Sepanjang perjalanan tak ada pembicaraan antara Nate dan Nara. Sungguh Nara masih sedikit gengsi dengan perkataan yang tanpa sengaja ia utarakan pada sang kakak tersebut.
Hening ...
Nara yang lama kelamaan merasa aneh akan suasana yang terjadi antara dirinya dan Nate, akhirnya membuka mulut nya juga agar dapat keluar dari suasana kecanggungan yang ia buat sendiri.
"Mmm ... Nate, kalau hari ini siapa yang memantauku?"
Kata kata itulah yang keluar sebagai mulai perbincangan.
Nate tak langsung menjawab, melainkan ia mengecek handphonenya memastikan tak ada perubahan jadwal pada hari ini.
"Ka Dru," ujar Nate singkat padat dan jelas.
Terdengar suara helaan nafas dari belah bibir Nara.
'Sepertinya memang tidak bisa ketemu hari ini jika dia tiba tiba memiliki waktu free,Ka Dru pastinya memasang antek antek nya dimana mana, aku tak akan ceroboh.' Monolog Nara berfikir keras.
Nate yang berada di samping nya membaca respon adiknya itu. Nate dapat menyadari apa yang tengah di fikirkan Nara.
Pemikiran adiknya masih terlalu polos untuk ia baca.
"Jangan kau harap hari ini menyuruhku menemui Louis jika kau ingin Louis dalam keadaan baik baik saja," perkataan tegas dari mulut Nate yang terdengar sebagai peringatan untuk Nara.
"Huh, ia aku tahu, ishh ... mengapa kau membaca pikiranku sih? Menyebalkan!" pekik Nara cukup kesal pada Nate.
Pemuda itu hanya mengendikkan bahunya pelan mendengar ucapan Nara.
"Aku hanya mengingatkan, itupun untuk kebaikan mu bukan kebaikan ku," ujar Nate pada akhirnya demi meredakan sedikit emosi nya yang ia limpahkan padanya.
Nara menghela nafasnya panjang. Ia tahu betul bahwa Nate sangat mengenal dirinya, sebab tak di pungkiri berhubung Nate adalah saudara kembarnya jadi bisa di bilang Nate lah yang mengetahui betul apa saja perubahan yang terjadi dirinya, walaupun ia tak mengungkapkan isi hati nya secara langsung pada Nate.
Nate telah mampu membaca perasaannya!
"Iya, aku tahu Nate," cicit Nara pelan.
"Sepertinya hatimu mulai membaik, mau lihat pertunjukan kecil?" tanya Nate tiba tiba.
Nara mengerutkan alisnya bingung ia tak paham dengan perkataan kembarannya itu.
"Kau lihat spion mu, apa kau tak curiga dengan orang yang membuntuti kita sedari tadi? Dia jiga bukan suruhan Ka Dru," ujar Nate santai sembari menyuruh Nara melihat spion dengan kode lewat gerakan maniknya.
Nara yang kaget tentu saja refleks mengikuti perkataan Nate.
"Wah ... kau benar, kita diikuti, lalu apa yang harus kita lakukan?" tanya Nara pada Nate.
"Aku ingin tahu siapa dia, kita beri pertunjukan padanya dan apa responnya nanti."
"Apakah menurut mu tak akan terjadi masalah?" tanya Nara ragu ragu.
Nate menganggukan kepalanya, dan menjelaskan pada adik kesayangannya mengenai pertunjukan yang ia maksud, tak lain menyuruh Nara menghentikan mobil nya pada sebuah kafe, dan nantinya Nate yang terlihat sebagai Nara akan berlaku manja pada Nara yang terlihat sebagai Nate.
Nate ingin memastikan bahwa orang yang sedang membuntutinya adalah satu dari banyak gadis yang tengah mengejarnya.
Bukan hanya kali ini Nate sedikit memergoki plat nomer tersebut, melainkan beberapa kali saat ia masih berada di dalam jiwanya yang sebenarnya. Hanya saja biasanya ia lebih memilih mengabaikannya, tak terlalu memedulikan hal tersebut, tetapi kali ini ia merasa perlu tahu apa yang sedang gadis itu lakukan.
"Baiklah jika menurutmu pertunjukan ini akan aman terkendali, maka aku akan ikut sesuai instruksi mu, lagi pula tugas ku tak terlalu sulit."
"Itu bagus."
Tak lama keduanya menuju salah satu kafe yang sering mereka datangi.
Sebelum turun mobil, Nate memastikan mengatakan pada sang adik untuk mengingat bahwa perannya kali ini ia menjadi Nate,jadi ia disuruh untuk menjaga sikap nya yang terlihat tenang dan gentlemen, sebagaimana sikap Nate seharusnya dalam sehari hari.
"Ugh, baiklah aku akan mengingat nya, jadi kau tenang saja," ujar Nara yang cukup kesal dengan Nate mengingat kannya beberapa kali.
Setelah nya keduanya turun dari mobil, dengan Nate yang baru saja turun dari mobil langsung mengait tangan Nate menaruh kepalanya manja pada lengan Nate.
"Apakah menurutmu ini berhasil?" cicit Nara bertanya di telinga Nate.
"Sudah kau jalani saja peranmu, usap kepalaku," cicit Nate pada Nara dengan suara kecilnya yang hanya terdengar oleh keduanya.
Tepat setelah Nate dan Nara masuk ke dalam kafe tersebut, seorang gadis dengan celana jeans dan kaos santai turun dari mobil nya.
Gadis itu berjalan pelan jauh di belakang Nara dan Nate. Persis seperti orang sedang menguntit Nate dan Nara.
'Ck, siapa sebenarnya gadis itu?' benak gadis itu sembari melangkahkan kakinya ke dalam kafe mengikuti langkah Nara dan Nate.
Jujur saja Nate tak benar benar mengalihkan pandangannya ke depan, melainkan sekilas ia menatap ke arah belakang nya, memastikan gadis yang masuk setelah nya dan Nara yang masuk ke dalam kafe tersebut sebelum ia duduk di salah satu bangku disana.
"Kau mengenalnya?" tanya Nara setelah keduanya duduk, dan menyadari akan gadis yang baru saja datang setelah mereka.
Nate mengendikkan bahunya pelan. Ia tak tahu akan gadis itu, dan bisa di bilang ia belum pernah melihat gadis itu di kampus nya.
"Lalu?" tanya Nara kembali.
Lagi lagi hanya sebuah gendikkan bahu yang Nara dapatkan dari Nate.
"Kau pesan makanan, aku ingin memastikan sesuatu, aku harus ke toilet," ujar Nate sembari beranjak.
Sebelum benar benar beranjak dari tempat nya, Nara buru buri menghalanginya.
"Yak, kau mau apa di toilet? Kau tak berniat mengintip gadis lain bukan? Jangan membuat ku resah Nate," ujar Nara setengah berbisik.
"Astaga, kau tenang saja, aku bukan pemuda seperti itu Nara sayang, aku tak pernah mengintip gadis lain selain tubuhmu ini."
Blush
Seketika Nara terdiam. Ia merasa malu ketika kakaknya mengatakan itu, sedangkan Nate yang tak merasa bersalah atas perkataan nya menatap Nara penuh kebingungan.
"Yasudah sana," ujar Nara setengah kesal pada Nate.
'Ugh apa Nate benar benar melihat seluruh tubuhku? Jika begitu apakah bisa di sebut pelecehan, Yak sadarlah Nara bahwa apa yang di lakukan oleh Nate tak ada bedanya denganmu.' Monolog Nara merutuki dirinya sendiri.
'Aneh sekali Nara tiba tiba terdiam dan berlaku seperti tadi, memang nya apa yang sal—, Astaga! Kau bodoh sekali Nate!' ujar Nate yang baru saja menyadari kesalahan ucapan yang ia katakan pada Nara.
Sepanjang perjalanan menuju toilet Nate sibuk mengusak rambut nya kesal, lantaran salah ucapan pada sang adik kesayangannya.
Baru saja Nate masuk melangkahkan kaki nya ke toilet, seorang gadis tengah melipatkan kedua tangannya di dada menunggu kehadiran Nate.
"Hai ... Nara,"
———
Leave a comment, vote and gift