"Oh ... Hai, apakah kita saling mengenal?" tanya Nate dengan santai pada gadis yang baru saja menghalanginya masuk ke dalam toilet tersebut.
Gadis itu tampak memberikan cengirannya dan melangkah kan kaki nya mendekat ke arah Nate, sedangkan Nate hanya diam di posisinya tanpa terpengaruh akan gerakan berupa gertakan yang di timbulkan oleh gadis itu.
'Aneh, gadis ini tak merasa terancam olehku?' benak gadis yang baru saja mencoba menggertak Nate yang ia kira adalah Nara.
"Apa yang ingin kau bicarakan padaku? Aku rasa aku tak pernah mengenalmu, dan belum pernah melihat mu berada di sekelilingku, jika kau kenal nama ku, maka sekarang aku yang bertanya padamu, siapa kamu, dan siapa nama mu?" tanya Nate dengan santainya.
Untuk beberapa menit gadis itu terdiam, tak melanjutkan langkah kaki nya lebih dekat ke arah Nate.
"A..-aku? Kau tak mengenalku?" tanya gadis itu dengan nada sedikit bergetar. Sudah dapat di pastikan oleh Nate bahwa saat ini situasi berbanding terbalik.
Gadis itu merasa terintimidasi oleh nya!
"Kukira aku tak perlu menanyakannya secara berulang, karena sudah jelas disini hanya ada kau yang berniat menghalangiku masuk ke toilet."
Gadis itu mengepalkan tangannya, dengan mulutnya yang terkatup sempurna menatap ke arah Nate.
Nate sedari tadi mencoba mempelajari pergerakan gadis itu. Jujur saja memang benar adanya ia sejauh ini belum mengenal gadis itu berkeliaran di sekitarnya selama di kampus, hanya saja ia yakin merupakan gadis yang sama, dimana sebelumnya ia sempat curiga bahwa ada seseorang yang tengah mengikutinya dari jauh.
"Apa kau berada di sini, karena tadi aku mesra dengan Nate? Kau menyukai Nate?" tanya Nate to the point penuh percaya diri tanpa basa basi.
Gelak tawa tiba tiba saja terdengar dari belah bibir gadis itu.
'Ada apa dengan gadis ini? Apakah ada yang salah dengan ucapanku tadi?' benak Nate yang bingung dengan sikap gadis di hadapannya.
"Mana mungkin aku menyukai pria dengan gaya dinginnya yang selangit, dan sikap angkuh nya pada orang lain,"
'What? Apa ada masalah dengan gayaku? dan mana mungkin aku bisa dibilang ... angkuh?! dasar gadis gila!'
"La..-lalu apa tujuanmu? aku tak memiliki urusan dengan mu sama sekali, dan aku tak mengenalmu," ujar Nate pada akhirnya.
Emosi nya masih meluap, hanya saja ia mencoba menekannya. Ia tahu diri. Ia tak mungkin membiarkan orang lain tahu akan rahasia besar yang ditutupi olehnya dan Nara.
"Well, kau benar aku kesini karena pria itu, hanya saja alasan yang kau bilang aku menyukai nya tak dapat di benarkan, aku hanya melakukan misi kecil, dan siapa sebenarnya kamu? Apakah kau kekasih pria itu?" tanya gadis itu dengan penuh antusias dan percaya diri.
'Tunggu ... misi? Misi apa yang ia maksud? Apakah sebenarnya ada orang yang menyuruhnya, dan ia hanya kaki tangannya saja.'
Disaat ia masih tengah berfikir akan siapa gadis di hadapannya, gadis itu tiba tiba memanggil nama Nara kembali.
"Apakah kau tak mendengar pertanyaanku tadi ... Nara?" tanya gadis itu pada Nate.
"Apakah kau bisa menebak aku siapa? dan coba kau perhatikan baik baik wajah ku dan juga wajah Nate, kurasa kau akan menemukan jawaban yang kau inginkan ... sebaik nya aku kembali ke mejaku, terimakasih sudah menghalangi ku ke toilet, dan kuharap kau tak menyesal telah bertemu denganku," ujar Nate dengan santai seolah tak terusik dengan keberadaan gadis itu.
Butuh beberapa menit gadis itu mencerna apa yang tengah terjadi.
Dengan penuh percaya diri Nate berbalik melangkahkan kakinya menuju mejanya tadi.
Tangan Nate tampak merogoh kantong nya dan mengambil foto gadis itu sejenak. Tentu saja gadis itu tak menyadari Nate mengambil gambarnya.
'Sepertinya aku harus mencari siapa sebenarnya gadis itu.'
.
.
"Sudah kau pesan?" tanya Nate saat berada di meja nya kembali pada Nara.
Nara menganggukan kepalanya pelan, dan mengatakan ia telah membeli makanan yang di sukai oleh Nate dan juga dirinya.Nate hanya menganggukan kepalanya mendengar jawaban dari Nara.
Tanpa sadar Nate memberikan senyuman kecil pada Nara.
"Sepertinya kau tampak senang sekali setelah dari toilet, kau tak senang karena berhasil mengintip wanita bukan?"
Tuk
"Yak! mengapa kau menjitakku," lirih Nara kesal sambil mengusap keningnya.
"Siapa suruh kau menuduhku hal yang tak mungkin," ujar Nate kesal pada sang adik.
Nara menghela nafasnya pelan dan meminta jawaban pada Nate alasan sebenarnya jika apa yang di katakan oleh nya tidak lah benar.
"Dia menemui ku, dan dia mengatakan bahwa ia adalah kaki tangan seseorang, jadi sebentar lagi aku akan mengetahui siapa gadis itu, dan mengapa ia membuntuti ku."
Nara memutarkan maniknya malas mendengar perkataan Nate. Jujur ia tak terlalu tertarik dengan gadis yang membuntuti nya itu, sebab menurutnya tidak lah penting, lain hal nya dengan Nate, pemuda itu justru semangat mencari tahu dengan siapa gadis itu sebenarnya, terlebih ia sudah mendengar hal yang tak diinginkan oleh nya dari mulut gadis itu.
***
Setelah menempuh perjalanan jauh Louis akhirnya sampai kembali di rumahnya. Sebelumnya sempat ia meminta Jack membawa nya ke kantor, hanya saja Jack sendiri yang mengatakan pada Louis untuk beristirahat menyiapkan persiapannya untuk rapat besok, untuk itu dengan penuh pertimbangan Louis akhirnya mengiyakan perkataan Jack yang meminta nya untuk pulang.
Jack tahu betul Louis masih banyak pikiran mengenai hal hal yang baru saja terjadi, terlebih sebelumnya ia bertemu dengan pria tua yang sedikit mistis sebab ia tak menemukan kembali pria tua itu saat ia benar benar mencarinya.
"Sudah kau istirahat saja, tak usah memikirkan hal tadi, dan kurasa hal ini pertanda agar kau tak bisa mengabaikan hal hal yang menurutmu tak masuk akal bisa menjadi masuk akal," ujar Jack dengan bijak.
Louis yang mendengarnya tampak terkekeh pelan. Ia merasa aneh dengan kata kata Jack yang tiba tiba saja terdengar sangat bijak untuknya.
"Kau baik baik saja kan Jack?" tanya Louis sebelum membuka pintunya keluar dari mobilnya.
Jack berdecak pelan dan memutarkan maniknya malas. Sungguh ia sedikit kesal mendapatkan respon dari perhatiannya seperti itu.
"Aku baik baik saja, bahkan sangat baik, untuk itu kau harus mendengarkan perkataan ku, jika aku sudah berhasil menghubungi Ed, aku akan mengabarimu, jadi istirahatlah sekarang," ujar Jack kembali menasihatinya.
Mau tak mau Louis hanya menganggukan kepalanya mengiyakan perkataan Jack. Memang tak ada salahnya juga perkataan Jack yang terdengar sangat masuk akal untuknya.
"Thank you Jack, kau memang sahabat terbaikku, oh iya jangan lupa kau persiapkan untuk rapat besok, aku turun dulu ... hati hati di jalan Jack."
Sebuah dengungan pelan yang dapat Louis dengar dari belah bibir Jack.
———
Leave a comment, vote, and gift