Chereads / Ka, Aku Mencintainya! / Chapter 32 - Sejarah Pohon Kota Obelix

Chapter 32 - Sejarah Pohon Kota Obelix

Pagi pagi sekali Louis telah berada di ruangan kantor miliknya, bahkan Jack yang biasanya datang lebih dulu darinya kini datang terlambat di bandingkan Louis.

Entah apa yang merasuki Louis sehingga pemuda itu telah berada di mejanya dengan tangannya yang sudah sibuk dengan layar laptop yang ada di hadapannya itu.

Tok Tok

Ceklek

"Morning Louis, tumben sekali kau datang lebih dahulu dari ku? Apakah ada hal yang merasuki pikiran mu sehingga kebiasaan mu berubah?" tanya Jack dengan  nada santai nya dengan sahabatnya itu tak peduli jika Louis di kantor itu adalah sebagai atasannya.

Louis tak menjawab, melainkan sebuah gendikkan bahu pelan sebagai jawaban atas pertanyaan dari Jack padanya.

Merasa penasaran dengan apa yang di kerjakan oleh Louis, Jack dengan inisiatif nya langsung mengambil langkah besar untuk mendekat ke arah sahabatnya agar dapat mengetahui apa yang sedang di kerjakan oleh Louis.

"Kota Obelix? Ah ... bukankah Kota tersebut adalah kota yang menjadi project kita sekarang? Mengapa kau mencarinya?" tanya Jack bingung.

"Ada hal janggal yang terjadi disana Jack."

Jack mengerutkan keningnya pelan. Pikiran Jack melayang kesana kemari, serta jangan lupakan bahwa Jack meyakini bahwa Louis bukanlah seorang pemuda yang percaya akan hal tak logis.

"Ini benar kau bukan?"

Jemari Louis yang sebelumnya sibuk mengetik, kini tampak terhenti sejenak, dan menatap wajah Jack dengan seksama.

"Apa yang kau fikirkan tentangku?" pertanyaan itulah yang keluar dari mulutnya begitu saja saat Louis menatap lekat Jack.

"Kau aneh Louis," ujar Jack menatap tak biasa pada Louis.

"Aku?" tanya Louis bingung.

Jack menganggukan kepalanya membenarkan ucapan Louis.

Mendengar jawaban itu Louis hanya berdecak pelan menanggapinya. Menurut nya apa yang di lakukan nya saat ini tidak lah aneh, lagipula apa yang ia cari masih dalam hal logis menurut pikirannya.

Ia hanya sebatas mencari mengenai sejarah dari kota Obelix yang tak ia ketahui, sekaligus mencari apakah memang keanehan yang ia rasa janggal kemarin itu sudah terjadi dari sejak lama atau semacamnya, tak lebih dari itu!

"Menurutmu, mengapa pohon ini diambil pada bulan yang sama dan tahun berbeda dapat berbeda warna? Bukankah pada bulan yang sama seharusnya mengalami musim yang sama?" tanya Louis pada Jack.

Jack yang sebelumnya tampak tak mengerti dengan maksud pencarian Louis, kini ia justru mendekat ke arah Louis melihat layar laptop yang baru saja di tunjuk oleh Louis padanya.

Sejenak manik Jack hanya fokus pada layar tersebut, bahkan tangannya sudah dengan lihai menggali lebih jauh mengenai hal hal yang di katakan oleh Louis sebelumnya.

Louis yang memperhatikan Jack sudah asik sendiri dengan laptop nya hanya dapat melipatkan kedua tangannya di dada sembari menunggu informasi terbaru apa yang ia lewat kan dari pencariannya itu.

Ia sadar betul di bandingkan dirinya, untuk hal dalam pencarian informasi seperti itu memang Jack lah yang lebih teliti darinya. Terkadang memang beberapa informasi kerap ia lewati.

"Seperti nya pohon ini berkaitan dengan issue yang ada di kota itu," ujar Jack setelah hampir mencari informasi pada laptop Louis selama hampir setengah jam.

"Maksudmu?" tanya Louis bingung tak mengerti dengan perkataan yang Jack lontarkan padanya sebelumnya.

"Ini, kau perhatikan issue yang ada di Kota Obelix, dan perhatikan warna pohon ini, dan unik nya pohon ini akan berubah warna semula tepat ketika case yang tadi terjadi."

Kali ini Louis lah yang mencoba menjadi serius seperti Jack sebelumnya.

"Ah ... kau benar, berarti kakek tua itu mengatakan yang sebenarnya?" tanya Louis setelah mengingat warna pohon yang ia datangi sebelumnya sama dengan warna pohon 5 tahun yang lalu.

Dengan cepat Jack membenarkan, ia memabg merasa hal seperti itu kemungkinan besar terjadi.

"Tetapi siapa kakek tua itu? bukankah saat kita mencari nya kembali dia sudah tak ada layaknya mempunyai keahlian magic yang menghilang begitu saja?"

Untuk pertanyaan Louis itu, Jack tentu saja tak dapat menjawabnya, ia sendiri pun sebenarnya meragukan apakah pria tua yang ia temui sebelumnya bersama Louis adalah seorang manusia yang sama dengannya atau justru memang bukan manusia, dan pria tua itu merupakan penjaga dari pohon itu.

"Aku tak yakin dia manusia biasa seperti kita Louis."

"Ck, kau ini."

Jack sedikit terkekeh mendengar decakan Louis lantaran ia tak dapat menjawab rasa penasaran yang sahabatnya itu pikirkan.

"Oh iya, hari ini aku sudah membuat jadwal rapat dengan arsitek, dan juga beberapa orang yang menurutku patut di undang dalam rapat mengenai perubahan desain itu bro."

Sebuah anggukan kepala Louis berikan pada Jack. Tak lupa Jack pun memberitahu bahwa rapat yang akan di adakan pada pukul 9 pagi, dan hanya satu jam lagi rapat tersebut akan berlangsung di ruangan rapat yang memang sudah Jack siapkan.

"Thank you Jack."

"Sama - sama Louis."

***

Dru kini tengah berada di ruangan rawat inap sang ayah.

Ya, pemuda itu yang bertugas menjaga sang ayah. Lalu kemana Lauren? Apakah masih bersama nya?

Lain hal nya dengan Dru yang masih berada di rumah sakit, Lauren justru sudah Dru bawa pulang ke hotel agar wanita paruh baya itu dapat mengistirahatkan tubuhnya yang ringkih. Ia tak tega jika ia melihat terus menerus sang ibu yang mengeluarkan air mata, karena meratapi kondisi sang ayah yang tak kunjung membaik.

Adapun Craige sendiri hingga saat ini masih dalam keadaan yang statis, belum menunjukkan perbaikan yang signifikan.

Hence masih berusaha dengan para staf dokter yang berada di rumah sakit nya untuk dapat mempelajari kasus yang terjadi, sebab segala tindakan yang akan di ambil nantinya akan sangat beresiko, mengingat usia Craige bukanlah pria muda seperti Dru dan anak anak lainnya.

"Dad, jangan tinggalkan kami, kami sangat menyanyangi mu."

"Morning Dru, kau masih disini rupanya, mau sarapan dengan ku?" tanya Hence saat mendapati Dru yang setia duduk di dekat Craige dengan sesekali mengusap tangan Craige lembut.

"Morning uncle, Mmm ... terimakasih atas tawarannya uncle, tapi aku masih ingin menemani Dad."

Hence terkekeh kecil, dan mengatakan bahwa Craige tak akan kemana mana jika sekalipun pria paruh baya itu terbangun.

Dengan sedikit malu Dru mengusap tengkuk leher nya yang tak gatal.

"Baiklah jika Uncle Hence memaksaku, aku setuju akan sarapan bersamamu uncle."

"Let's go!"

Mau tak mau Dru terpaksa meninggalkan Hence sementara waktu sendirian berada disana.

Tanpa adanya pembicaraan keduanya berjalan tenang menuju kantin yang ada di sana.

"Kau harus kuat Dru, saat ini kau lah yang akan menjadi patokan bagi adikmu dan juga ibumu."

Dru tak menjawab melainkan memberikan sebuah anggukan dan juga senyuman pada Hence semata.

———

Leave a comment, vote and gift