"Louis ayo kita makan sekarang, kau tak diet seperti biasanya kebanyakan wanita bukan?" tanya Jack pada Louis dengan santai.
"Yak! Mengapa kau menyamakan aku dengan wanita?" kesal Louis pada Jack yang menjadi sahabat sekaligus tangan kanan nya di perusahaan tersebut.
Jack terkekeh mendengar celotehan Louis yang menurutnya tampak menyenangkan baginya, apalagi setelah rapat yang menghabiskan waktu yang cukup panjang.
"Aku kira seperti itu, berhubung aku tak melihat kau berniat untuk makan siang, jelas terlihat di wajah mu bahwa kau tidak akan makan siang ini jika bukan aku yang mengajakmu."
"Ck, kau menyebalkan," decak Louis pada Jack.
Sepertinya menggoda Louis akan menjadi kebiasaan Jack yang baru.
Setelah nya Louis dan Jack melangkahkan kakinya menuju restoran yang berada dekat dengan kantor nya yang masih dapat di tempuh dengan berjalan kaki.
Sepanjang perjalanan Louis tampak terdiam benar benar tak berbicara sama sekali dengan Jack.
"Mmm ... Louis, apakah kau memang benar benar berniat mendiamkanku karena kau marah padaku? Atau—"
Belum sempat Jack sibuk berkeluh kesah pada Louis, sahabat nya itu dengan cepat menghentikan perkataan Jack dengan menatap nya dan menghentikan langkah kakinya.
Tatapan Louis seketika membuat Jack mengatup mulut nya rapat rapat. Sungguh ia tak menyukai tatapan Louis saat ini.
"Bisakah kau diam jika masih ingin makan bersamaku?"
Jack menghela nafasnya pelan, dan mengusap dada nya pelan, bahkan suara yang ingin ia utarakan saja tak dapat ia keluarkan, seolah tenggorokannya terhalang benda atau semacamnya sehingga tak ada satupun suara yang dapat terdengar oleh Louis sebagai jawaban.
Hanya sebuah anggukan kepala yang dapat Jack berikan pada Louis sebagai jawaban.
Hening....
Cling
Bunyi lonceng pada pintu resto terdengar cukup jelas sedikit mencairkan suasana antara Jack dan Louis.
"Maaf."
Deg!
"Kau meminta maaf padaku?" tanya Jack cepat.
Dengungan kecil Louis berikan pada Jack.
"Aku banyak pikiran."
"That's Okay."
Jack menghela nafasnya panjang sembari mengusap dada nya pelan, seolah dengan begitu ia dapat melepaskan rasa ketakutan dan kecanggungan sebelumnya.
"Akhirnya kau kembali normal, kukira kau akan seperti tadi hingga nanti kita kembali ke kantor," celoteh Jack pada Louis.
Louis mengerutkan kening nya pelan tak paham maksud dari perkataan Jack.
"Sudah tak usah kau fikirkan, hanya saja yang perlu kau sadari bahwa sebelumnya kau tampak menyeramkan untukku."
Mendengar ucapan sang sahabat Louis hanya mengusap tengkuk nya yang tak gatal. Ia sendiri tak menyadari apa yang terjadi sebelumnya, yang ia ingat hanyalah pikiran yang tak menentu.
"Apakah menurutmu aku wajar jika menginginkan melihat wajah Nara saat ini?" tanya Louis tiba tiba pada Jack.
Seketika Jack terbatuk batuk mendengar perkataan Louis yang menurutnya sangat aneh.
Bukankah sahabat nya itu biasanya adalah seorang pecinta wanita, dan seringkali bergonta ganti pasangan? Jadi bukankah seharusnya Louis memahami betul mengenai perasaannya pada wanita.
"Apakah kau yakin bertanya hal ini padaku? Bukankah kau selalu mengatakan padaku seorang pecundang karena aku tak sanggup mengajak seorang gadis untuk berkencan denganku?"
"Ck, sepertinya memang aku salah mengatakannya padamu," decak Louis melangkahkan kakinya menuju meja yang ingin ia tempati.
"What?! Apakah seburuk itu pandanganmu padaku? Oh ayolah Louis ini tak lucu, kau jangan menjatuhkan ku seperti itu, walaupun aku tak memiliki pengalaman seperti mu hanya saja aku banyak melihat pengalaman pengalaman kisah cintamu dan juga kau masih ingat bahwa aku senang membaca buku bukan?"
Untuk sesaat Louis terdiam mencerna perkataan Jack yang cukup panjang.
"Begitukah?"
Hanya kata itu yang keluar dari mulut Louis.
"Woah ... kau semakin menyebalkan Louis."
Setelahnya Louis yang malas melayani Jack yang tengah merajuk padanya hanya menyuruh sahabat nya itu duduk di bangku kosong yang ada di hadapannya.
"Jika kau memang dapat mengerti apa yang tengah terjadi padaku, dan ingin aku memuji mu jika kau benar benar paham tentang cinta, jadi menurutmu apa yang tengah terjadi padaku? dan bagaimana mengenai perkataanku sebelumnya?"
Dengan cepat Jack duduk di tempatnya dan mencoba membasahi tenggorokannya lebih dulu sebelum memulai petuah petuah cemerlangnya pada Louis.
"Menurutmu apa yang terjadi adalah hal yang wajar bagi orang yang tengah jatuh cinta sepertimu, dan bisa ku katakan kali ini kau benar benar menyukai Nara, bukan seperti gadis gadis lain yang selama ini kau permainkan, dan bahkan kau berkencan dengan mereka dalam waktu yang singkat."
"Begitukah?" tanya Louis sambil mengangguk anggukan kepalanya membenarkan apa yang di katakan oleh Jack.
Kali ini Louis berharap ucapan Jack memang benar dan bukan lah sebuah bualan semata.
Ia memang telah meyakinkan dirinya bahwa ia benar benar menyukai Nara, dan ia telah mengatakan pada dirinya bahwa ia tak akan menyakiti hati Nara seperti gadis gadis sebelumnya jika Nara menerima cintanya.
"Kuharap ucapan mu benar, apakah menurutmu jika aku menelfonnya dengan keadaan dia sekarang tidak akan jadi masalah?"
Sejenak Jack berfikir. Ia sendiri tak tahu sebenarnya apakah akan menjadi masalah atau tidak nantinya jika Louis memilih untuk menghubungi Nara demi mengobati rasa rindunya.
"Coba saja, aku tak tahu akan jadi masalah atau tidak, hanya saja menurutku jika kau hanya diam memendamnya maka seharian ini kau akan terus menerus gusar dan itu menganggu pekerjaanku."
Tak lama Louis mengambil handphone nya yang berada di saku nya dan mencoba menghubungi Nara yang berada di Jerman.
Butuh beberapa kali Louis benar benar dapat menghubungi Nara.
"Hallo Nar, apakah aku mengganggumu?"
"Kurang lebih, ada apa? Adakah yang ingin kau tanyakan padaku?"
"Tidak ada, hanya saja aku mengkhawatirkan mu, apakah kau sudah makan?"
Terdengar keheningan untuk sesaat.
"Belum, sebentar lagi."
Nada suara di seberang telefon masih terdengar santai dan tak terlalu terdengar suara serak seperti bersedih seperti terakhir kali.
"Makanlah, kau harus memikirkan kesehatanmu juga, aku senang suaramu akhirnya dapat kembali seperti biasanya tak seperti sebelumnya yang terdengar parau."
"Ah ... itu ..."
"Aku tahu, tak usah kau ceritakan, aku tak ingin membuat mu bersedih."
"Ter—"
"Nate matikan telefonnya! Ka Ed dan Ka Dru datang!"
Pip
Telefon terputus begitu saja. Untuk beberapa saat Louis diam mematung mencoba mengingat ingat apa yang ia dengar terakhir kali.
'Nate? Bukankah seharusnya Nara? Apa aku salah dengar?' Monolog Louis mencoba bertanya pada dirinya sendiri.
"Ada apa? Mengapa telefon mu terputus?"
"Ah ini ... seperti nya Kakak nya datang dan ia tak ingin telefon ku di ketahui oleh kakak-kakak nya sehingga secara mendadak ia mematikan telefonku begitu saja."
Jack menganggukan kepalanya, dan mengatakan pada Louis bahwa ia dapat menduga nya bahwa Nara selama ini berkomunikasi dengan Louis tanpa sepengetahuan saudara nya yang lain.
'Malang sekali Louis harus menyukai Nara yang memiliki banyak bodyguard.'
———
Leave a comment, vote and gift