Louis bersama Jack kini sudah berada di ruang rapat, tentu saja dengan tamu lainnya yang dimana memang sengaja ia undang untuk merapatkan mengenai perubahan rencana akan tata letak bangunan yang akan di bangun dari project yang sudah di rapatkan sebelumnya.
Jika bangunan sebelumnya tak ada pohon yang akan berdiri di tengah tengah bangunan, maka lain hal nya dengan kali ini yang dimana mau tak mau harus diubah dengan pohon tersebut tetap berada disana tanpa di otak atik sedikit pun.
"Jadi konsep seperti apa yang pak Louis usulkan?" tanya sang arsitek yang sedari tadi mencoba memahami maksud kedatangan dirinya bersama para tamu lainnya.
Dengan tenang Louis di bantu Jack yang memperlihatkan akan denah yang telah di buat kepada para tamu yang hadir.
"Sebenarnya kita hanya harus mengubah satu space yang seharusnya ada bangunan tambahan yang saling terhubung, dengan terpaksa harus di ubah layak nya bangunan berbentuk letter U yang masih saling terhubung."
Beberapa tamu disana tampak menganggukan kepalanya, tanpa bertanya akan alasan Louis mengapa tiba tiba saja merubah tata letaknya.
Mungkin sebagian disana ingin menanyakan nya pada Louis, hanya saja ada rasa enggan yang mereka rasakan sehingga kalimat pertanyaan itu tak terlontar dari mulut tamu tersebut.
'Kurasa akan berlangsung lancar tak seperti dugaan ku sebelumnya.' Monolog Louis dalam hati dengan penuh percaya diri.
Sejauh ini rapat masih berlangsung seksama, dan bisa di bilang usulan Louis dapat di terima oleh tamu yang hadir, yang diantara nya terdapat investor pada project nya kali ini.
***
Dru dan Hence tengah berada di kantin rumah sakit, sebagaimana sebelumnya Hence mengajak Dru untuk sarapan bersama nya disana.
"Ternyata aku sedikit salah mendugamu," ujar Hence tiba tiba saat Dru tengah asik sendiri dengan makanan yang ada di hadapannya, bahkan wajah Dru saja hanya fokus pada makanan itu, tanpa memerhatikan Hence sedikit pun yang ada di depannya.
Spontan Dru menghentikan aktivitasnya dan menatap ke arah Hence.
"Maksudmu?"
Hence sedikit memberikan senyumannya dan menggelengkan kepalanya seolah ia tak ingin mempermasalahkan apa yang baru saja terjadi lebih lanjut.
"Ck, uncle menyebalkan."
Gelak tawa Hence sedikit lebih keras dari dugaan Dru.
"Uncle jangan berisik jika kau tak mau anak buah mu memberikan julukan padamu menjadi 'Atasan Aneh'."
Mendengar perkataan Dru, tawa Hence justru menjadi semakin menjadi jadi.
Sungguh ia tak mengira keponakan yang ia kira sangar akan berkata ke kanak - kanakan.
"Kurasa kau salah, justru mereka merasa kagum pada uncle dan sedikit mengubah pandangan mereka akan uncle."
Dru mengerutkan keningnya bingung. Jujur saja ia benar benar tak mengerti dengan jalan pikiran Hence.
"Baiklah, kau tahu aku disini di juluki Leopard?"
Lagi lagi Dru semakin tak mengerti. Bisakah Hence mempermudah yang dapat ia pahami?
Dru bukanlah tipikal pemikir seperti Ed, atau mungkin Nate, ia lebih cenderung bertindak dengan apa yang ia lihat saat itu juga.
"Inti nya dengan uncle berinteraksi dengan mu tersenyum ataupun tertawa seperti ini, berarti sama artinya uncle memperlihat kan sisi uncle yang jarang sekali terlihat."
"Ah... mengapa Uncle pelit senyum? Bukankah kau suka sekali tersenyum dan tertawa, apalagi jika bersangkutan dengan menertawakanku bukan?" lirih Dru menyelidik pada Hence.
"Aku tak mencampuri sikap ku di pekerjaan dan di kantor Dru."
Untuk beberapa saat setelah nya Dru menganggukan kepalanya menyetujui apa yang di katakan oleh Hence. Menurutnya memang sikap seperti itulah yang di perlukan.
Dru yang ingin memastikan perkataan Hence sebelumnya langsung menatap sekeliling Hence. Memang benar beberapa dokter muda, perawat wanita yang berada di sekitar mereka langsung terpana saat melihat Hence tersenyum seolah hal yang mereka lihat saat ini ingin mereka abadikan.
"Woah, aku tak menyangka perkataan mu memang benar adanya, mereka seolah terpesona padamu uncle," bisik Dru terus terang pada Hence.
Hence yang mendengar perkataan Dru hanya tergelitik atas pernyataan itu.
Sebelumnya Hence asal bicara berdasarkan logikanya, tetapi mendengar apa yang diucapkan Dru, Hence semakin menyadari bahwa memang logikanya tampak masuk akal.
***
"Nar, makanlah, atau ingin aku belikan sesuatu untukmu?" tanya Nate sedikit berbisik di meja makan yang ada di kamar hotel dimana keluarganya tinggal disana.
"Thank you Nate, aku akan memakan ini saja, jika aku meminta mu dan kau keluar dengan alasan diriku pastinya akan sangat aneh Nate."
Nate menghela nafasnya pelan sembari mengusap lembut rambut Nara.
"Nate tak bisakah kau mencari cara agar kita dapat kembali ke tubuh kita masing masing?"
Lagi lagi Nate menghela nafasnya pelan. Ia sendiri pun tak tahu bagaimana cara agar ia dapat kembali ke tubuhnya, sebab sejauh ini ia belum dapat memikirkan apa alasan jiwanya dan juga Nara tertukar.
Memang ia akui ia sempat berfikir bahwa menjadi seorang Nara tampak menyenangkan pikirnya, hanya saja di balik itu semua seingat nya ia tak pernah memiliki keinginan khusus untuk bertukar jiwa dengan saudara kembarnya itu.
Lalu mengapa justru terjadi?
Nara mempoutkan bibirnya pelan. Gadis itu benar benar harus menahan emosi yang sedang ia rasakan, tak dapat menjadi dirinya sendiri.
"Morning semuanya, kalian sudah disini rupanya, apakah kau sudah lebih baik Nara?" tanya Ed pada Nate sembari mengusap punggung Nate lembut.
Nate mau tak mau hanya menganggukan kepalanya pelan sebagai jawaban pada Ed.
"Ka, sebenarnya bagaimana bisa kecelakaan itu menimpa Dad? Apakah memang di sengaja atau pun memang murni kecelakaan?" tanya Nate tiba tiba.
Ed mengerutkan keningnya bingung. Sebelumnya ia tak pernah memikirkan apa yang di katakan oleh Nate. Seketika jari jemari Ed lebih dulu mengambil handphone nya dan memberikan pesan teks pada seseorang yang ia percaya guna mencari tahu kronologis kejadian yang menimpa Craige yang sebenarnya.
"Thank you Nara."
Kali ini Nate lah yang bingung atas perkataan sang kakak. Bukankah sebelumnya ia hanya menanyakan mengenai kronologis yang sebenarnya, dan fakta apakah sang ayah murni kecelakaan atau sebaliknya? Lalu mengapa Ed justru mengucapkan terimakasih padanya?
"Maksudmu?"
Tak lama Ed memberi tahu pada Nate dan juga Nara bahwa sebenarnya ia sendiri belum mencari tahu akan fakta kronologis secara utuh atas kejadian yang menimpa Craige. Setahu nya sopir yang mengendarai mobil Craige selama lebih dari sepuluh tahun selalu mengendarai mobil dengan aman, lalu mengapa kecelakaan tersebut pada akhirnya terjadi?
Apakah memang memungkinkan kecelakaan tersebut bukan lah murni kecelakaan, melainkan ada orang lain yang berniat mencelakakan Craige ayah mereka?
Nara yang mendengarkan percakapan Nate dan juga Ed semakin menjadi hancur dibuatnya, bahkan ia bersumpah pada dirinya jika memang ada orang yang sengaja mencelakakan Craige maka ia akan memberi pelajaran pada orang itu.
'Ah, aku harus mencari tahu lebih lanjut.'
———
Leave a comment, and vote