Chereads / Ka, Aku Mencintainya! / Chapter 22 - Bisakah Merasakan Hubungan yang Sebenarnya?

Chapter 22 - Bisakah Merasakan Hubungan yang Sebenarnya?

"Nate, Mmm ... sepertinya kau semakin dekat dengan Nara? Bukankah biasanya kau tak sedekat itu? Memang dulu saat kalian kecil kalian sangat dekat dan tak terpisahkan, tetapi saat kalian beranjak dewasa, terlebih saat kalian memasuki kuliah seperti sekarang ini, bukankah kau cenderung tak banyak bicara dengan Nara, tetapi sangat protect pada nya di balik layar?"

Deg!

Refleks Nara menghentikan langkah kakinya. Rasa gugup semakin menyelimuti diri Nara.

'Bagaimana ini apakah Ka Dru menyadarinya? Celaka!' benak Nara bingung.

"Apakah salah jika aku kembali ingin seperti dulu dengan adikku Ka?" tanya Nara dengan polos nya pada Dru.

Dru terdiam menatap ke arah Nara lekat. Entah mengapa saat Nara mengatakan hal tersebut pada Dru, pemuda itu seolah tersihir dan hanya menganggukan kepalanya.

'Wait? What's wrong with me? Mengapa aku seperti menurut dengan perkataan Nate? Ini aneh ... Apakah ini benar Nate?'

Lagi dan lagi Dru mencoba meyakinkan dirinya, bahwa tak ada yang salah dengan adiknya.

Memang dari perkataan yang di katakan oleh Nara tak ada yang salah menurutnya, hanya saja dari ia mengenal Nate dari kecil, jarang sekali pemuda itu mengatakan hal yang secara gamblang terus terang seperti itu tanpa ada rasa ingin ditutupi darinya.

"Are you ok Nate?" tanya Dru pada akhirnya.

"Tentu saja aku baik baik saja, memang nya ada yang salah dengan perkataan ku?" tanya Nara mencoba memberanikan diri tanpa gugup sedikit pun.

Kali ini tujuan Nara hanya satu, yang tak lain memengaruhi sang kakak untuk menuruti perkataannya tanpa menyanggahnya ataupun curiga padanya.

Dru menghela nafasnya, dan mengendikan bahunya pelan.

Ia mencoba menepis perasaan perasaan yang mengganjal di pemikirannya dan juga hatinya.

"Baiklah, aku mencoba memahami perkataan mu itu," ujar Dru mengalah.

Nara menganggukan kepalanya pelan, memberikan senyuman tipisnya dan membuka pintu kamarnya langsung segera berpamitan masuk ke dalam kamarnya.

Mau tak mau Dru mengiyakan Nara sembari melangkah menjauh dari kamar Nara dengan perasaan yang sulit di mengerti oleh dirinya sendiri.

.

.

"Ugh ... Ka Dru mengerikan, hampir saja jantungku copot karena Ka Dru curiga padaku, bersyukurlah kau Nara memiliki mulut yang sangat licin sehingga kakakmu mudah percaya padamu tanpa adanya kecurigaan," lirih Nara sembari mengusap dadanya bersender di pintu.

Degup jantung nya masih berdegup cepat saling menyaut satu sama lain, bahkan sedari tadi ia sudah berusaha menghirup dan menghela nafasnya dengan kuat, agar degup jantung nya dapat kembali normal.

'Nar, Slow ... It's Okay, semuanya terkendali.'

Setelah ia rasa mulai terkendali, barulah ia melangkah kakinya ke arah ranjang yang sedari tadi memanggilnya.

Badannya terasa lelah seketika saat Dru tiba tiba saja mencoba mengintrogasi nya.

Untuk beberapa saat memang Nara tak ingat mengenai sikap yang seharusnya ia lakukan selama berada di dalam tubuh Nate.

'Sebenarnya ini salah mu Nar, seharusnya kau mempelajari betul sikap Nate yang biasanya ia tunjukan pada yang lain, sebaik nya aku dan Nate harus bertemu dan berlatih untuk membicarakan hal ini,' benak Nara pada dirinya sendiri.

Selagi ia merebahkan tubuhnya di ranjang, ia memperhatikan tangannya saat melihat sebuah novel yang bertengger di tangannya.

"Tunggu, ini novel siapa? Sepertinya ini bukan milikku? Apakah Nate memang suka membaca novel seperti ini?" ujar Nara sembari mencoba membuka novel yang tengah di pegangnya itu.

Manik Nara membulat saat nyatanya novel yang ia baca hampir mirip dengan keadaannya saat ini dengan Nate, hanya saja di dalam novel tersebut kejadiannya adalah jiwa nya tertukar dengan seseorang yang pada akhirnya menjadi kekasih nya, berbeda dengannya yang dimana ia bertukar jiwa dengan kembarannya, yang ia sendiri tak tahu alasan mengapa jiwa nya bisa tertukar dengan kembarannya itu.

"It's Not My Body! Wow interesting! Apakah aku dapat menemukan kemungkinan alasan jiwa ku tertukar dari novel ini?" lirih Nara yang mulai tertarik dengan novel yang ia pegang, setelah membaca blurb yang terdapat di belakang novel.

Tak lama setelah nya Nara yang telah terlanjur tertarik dengan novel tersebut, langsung membaca baik baik novel itu, dan mencoba mencari jawaban dari apa yang menjadi tujuan awal ia membaca novel tersebut.

***

"Ah ... aku bisa tenang sekarang, Nara tak marah denganku, dan sepertinya kali ini semuanya akan berjalan dengan lancar," ujar Louis yang kembali percaya diri dengan dirinya sendiri.

Jika sebelumnya ia sempat ragu dengan dirinya sendiri dalam mendekati Nara, kini secara perlahan pemuda itu dapat kembali percaya diri, bahkan kembali mulai berkhayal jikalau ia telah bersama dengan Nara.

"Astaga aku lupa mengatakan pada Nara jika besok aku akan pergi cukup jauh karena proyek itu, bagaimana jika Nara memintaku bertemu besok?" lirih Louis saat mengingat perkataan Jack sebelumnya.

Dengan cepat Louis memberikan pesan singkat pada Nara mengenai keberadaannya besok yang sekiranya bisa di katakan bahwa besok ia tak bisa bertemu dengan gadis itu, lantaran ada pekerjaannya yang mengharuskan pergi cukup jauh demi menyelesaikan masalah tersebut.

[It's Okay, aku akan mengaturnya kembali, lagi pula jika aku sudah mendapatkan waktu yang pas, aku akan menghubungi mu lebih dulu]

Seulas senyum tercetak jelas di wajah Louis saat mendapatkan pesan balasan dari Nara yang terkesan sangat fleksible.

'Kamu memang berbeda Nara, Seharusnya aku sudah mengenalmu sejak lama, agar hatiku dapat tertuju padamu saja.'

Louis yang telah berada di kediamannya setelah sebelumnya cukup lama berdiam diri di kantornya, dapat merebahkan tubuhnya dengan nyaman.

Berkali kali ia menatap pesan Nara, dengan sesekali mengecupi pesan dari Nara sebelumnya.

Jika ia boleh mengingat kembali satu persatu dengan gadis gadis sebelum Nara, maka belum ada sejarahnya Louis mengejar ngejar seorang gadis. Biasanya gadis - gadis itulah yang mengejarnya, dan ia dengan malas nya mengiyakan para gadis itu satu persatu sebagai kekasihnya, karena alasan itu pula hubungan Louis dengan gadis gadis yang menjadi kekasihnya itu tak berlangsung lama.

Tak ada rasa menyukai berlebih, khawatir, senang atau perasaan yang biasanya di rasakan pada pasangan pasangan normal lainnya.

Hanya perasaan semu semata yang mencoba Louis buat untuk membuat sebuah hubungan yang sempurna sesuai dengan imajinasi saja.

Hanya itu!

Tak murni perasaan tulus Louis pada seorang gadis.

"Apakah setelah ini aku dapat merasakan hubungan yang sebenarnya tanpa adanya rekayasa yang akan kubuat sesuai dengan imajinasi ku agar terlihat seakan hubungan yang sempurna di mata orang orang yang melihatku? .... Mungkinkah?"

Setelah nya Louis melangkahkan kaki nya menuju toilet yang ada di kamarnya untuk mengguyur tubuhnya dan juga kepalanya agar kembali menjadi fresh.

———

Leave a comment, vote and gift