Chereads / One Perfect Mistake / Chapter 18 - Memory

Chapter 18 - Memory

Sesaat kemudian aku berdiri karena posisi kami yang kurang nyaman. Aku melepas pakaianku yang masih tersisa. Aku menggendong Anne dan dia menunjuk sebuah kamar. Badannya sangat ringan seperti anak kecil.

Lalu aku membawa Anne masuk ke dalam kamarnya. Kamar Anne terlihat sederhana tapi nyaman. Ada sebuah tempat tidur berwarna putih pink seperti tempat tidur anak remaja. Ada sebuah meja tulis belajar dan rak buku cukup besar. Anne pasti telah menempati kamar ini seumur hidupnya. Dan dia mungkin tidak ada waktu untuk mengubah dekornya karena sibuk bekerja.

Anne bahkan tidak sempat menikmati masa remajanya karena harus mendekam di penjara. Hatiku terasa sakit bila memikirkan hal itu.

Aku meletakkan Anne lembut ke atas tempat tidurnya dan kembali menekuni tubuh Anne. Mungil dan berisi. Kulitnya yang pucat tampak semakin pucat saat semua penutup tubuhnya terbuka. Ada sekilas cahaya yanh masuk dari jendela di samping tempat tidur Anne.

Aku mempelajari badan Anne dengan seksama seperti seorang dokter yang teliti. Muka Anne memerah saat melihat wajahku sekilas karena cahaya yang masuk.

"James, aahh… sudah begitu lama aku tidak…" Anne tidak sanggup menyelesaikan kalimatnya.

Kakinya yang panjang melingkari tubuhku, mendorong pinggulku semakin mendekat. Aku mengerang. Aku menahan diriku. Aku terus menelusuri titik-titik sensitifnya.

Tangan Anne memegang erat sprei saat mencapai puncak. Anne mengerang dan aku pun kembali menyatukan tubuh kami yang berkeringat dengan intens. Aku bergerak lebih pelan kali ini. Aku ingin menikmati tubuh Anne secara perlahan.

Kami mencapai puncak secara bersamaan. Suara erangan keluar tanpa bisa kami tahan

"Anne… oh… Anne."

"Jameess… !!"

Penyatuan tubuh ini begitu berbeda dari yang sering kulakukan. Baik dengan Lucy ataupun dengan wanita-wanita pelacur kelas atas sewaan yang biasa dipesankan Rey untukku. Aku merasa melayang jauh. Kenikmatan tiada tara yang tidak pernah menyentuh relung hatiku sebelumnya.

Aku merengkuh tubuh Anne yang lemas lunglai ke dalam pelukanku. Mengecup keningnya. Lalu kami pun jatuh tertidur.

***

Keesokan harinya, aku terbangun dan kulihat Anne tidak ada di sebelahku. Aku bangkit dan mengerang. Sudah lama aku tidak bercinta dengan penuh semangat seperti kemarin. Otot-ototku memprotes. Tapi aku merasa sangat puas. Bercinta dengan penuh perasaan akan menguras tenaga sekaligus emosi kita.

Aku melihat arlojiku, dan aku membelalak. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan. Aku buru-buru berdiri untuk mencari Anne. Aku keluar dari ruangan tapi tidak ada tanda-tanda Anne ada di manapun. Lalu aku kembali ke dalam kamar untuk mencari bajuku. Ternyata bajuku telah terlipat rapi di atas meja rias Anne dan ada sepucuk surat di atasnya.

"James, aku berangkat dulu ya. Terima kasih untuk semalam. Aku sudah menyiapkan sarapanmu di atas meja makan. Kalau kamu sudah akan berangkat tolong tutup pagar depannya ya. Anne."

Pesan singkat itu mau tidak mau membuatku jengah. Seperti surat dari orang asing. Tidak ada tanda-tanda seperti surat dari kekasih. Aku seperti merasakan dejavu, seperti saat sikap Lucy yang mendingin setelah setiap kali kami selesai bercinta.

Aku segera masuk ke kamar mandi dan membasuh diri. Aku melihat beberapa bekas kuku dan gigitan Anne di badanku. Aku tertawa. Di balik penampilannya yang mungil dan malu-malu, Anne bercinta dengan sangat liar.

Aku terpaksa mengenakan pakaianku yang beberapa kancingnya lepas karena aktivitas semalam. Untungnya aku memakai blazer kemarin malam. Jadi aku bisa menutupinya.

Aku mengendarai mobilku ke arah kantor dengan perasaan penuh tanda tanya. Apakah Anne akan mendepak diriku seperti Lucy mendepakku setelah keinginannya dipenuhi? Apakah Anne menyesal atas apa yang terjadi semalam?

Banyak skenario di dalam kepalaku, tapi aku berusaha mengusirnya. Anne bukan Lucy. Anne tidak akan melakukan hal yang sama seperti Lucy. Anne berbeda. Anne bukan manipulator seperti Lucy.

Jalanan yang kulalui basah dan becek karena hujan semalam. Langit pun tampaknya masih mendung pagi ini. Aku membuka jendela dan menghirup udara yang segar setelah hujan. Aku mulai merasa tenang. Aku memutuskan untuk menjemput Anne lagi hari ini. Aku mulai merasa riang dan rasa lapar mulai datang. Aku seharusnya sarapan pagi dulu.

Sarapan pagi!!

Aku melewatkan sarapan pagi dan pertemuanku dengan Mike hari ini. Aku mendesah.

Sesampainya di kantor, aku langsung masuk ke dalam ruangan dan mengirimkan pesan singkat kepada Mike.

"Mike, maaf pagi ini ayah tidak bisa sarapan pagi denganmu. Hati-hati dijalan ya, sepertinya hujan akan turun." Begitu bunyi pesan singkatku. Aku merasa bersalah. Tapi aku belum siap bercerita kepada Mike tentang Anne. Masih terlalu dini.

Tidak lama Mike telah membalasnya.

"Baik ayah. Sampai ketemu nanti malam."

Aku mulai kebingungan. Nanti malam aku akan bertemu Anne lagi. Lalu aku membalasnya.

"Kita bertemu saat sarapan besok ya Mike. Ayah ada meeting malam ini."

"Baik." Jawab Mike singkat. Ada sepintas rasa bersalah dalam benakku. Aku berjanji akan meluangkan waktu lebih banyak untuk Mike. Tapi hari ini aku harus menegaskan hubunganku dengan Anne.

Aku memberikan instruksi pada sekretarisku untuk mengambil setelan baju kerjaku di rumah. Aku lalu segera berganti pakaian.

Lalu aku menyelesaikan pekerjaanku seperti orang kesetanan. Aku melewatkan sarapan dan menikmati makan siang di dalam kantor sambil bekerja.

Di saat aku ingin cepat-cepat pulang, selalu ada saja pekerjaan yang memerlukan perhatianku. Aku hampir kehabisan nafas karena bekerja dengan kecepatan dua kali biasanya. Membaca laporan-laporan yang masuk dengan kilat dan menyetujui beberapa proposal yang masuk.

Waktu berlalu sangat cepat bagi mereka yang sedang sibuk dan waktu bergerak begitu lambat bagi mereka yang sedang tidak ada kerjaan. Hal itu benar adanya. Tanpa sadar hari sudah semakin sore.

Aku melihat jam dinding di ujung ruangan. Waktu sudah menunjukkan pukul empat lebih. Tekanan darahku langsung naik dan aku buru-buru memberikan pesan pada sekretarisku untuk disampaikan ke beberapa orang dan memacu mobilku ke arah Star Noodle.

Saat aku turun dari mobil, tiba-tiba rintik hujan mulai turun. Aku melihat pintu depan kacanya, plakat "tutup" menghadap ke arahku. Di dalam terlihat gelap karena lampunya sudah dimatikan.

Aku mencoba mendorong pintu kacanya tapi tidak bergerak. Mereka pasti sudah tutup dari tadi. Aku mengintip arlojiku, waktu sudah menunjukkan pukul lima lebih lima belas.

Aku mengemudikan mobilku ke arah rumah Anne. Jalanan mulai macet di sore hari saat kantor-kantor mulai tutup. Ribuan atau bahkan jutaan manusia bergerak dari tempat kerjanya menuju rumah masing-masing. Ada yang mengendarai mobil, naik bus, naik kereta bawah tanah, naik sepeda motor dan bahkan ada yang berjalan kaki. Semuanya bergerak bersamaan di satu waktu.

Aku membutuhkan waktu lebih lama untuk sampai ke rumah Anne karena lalu lintas yang padat dan hujan yang turun. Wiper mobil bergerak kekanan dan kekiri tapi guyuran air hujan terus menyerbu tanpa ampun.

Sesampainya aku di depan rumah Anne, hujan yang turun semakin lebat saja. Angin kencang berhembus dan melewatiku. Aku mengambil payung dan turun dari mobilku. Deraan hujan deras dan angin yang kencang membuat setelanku basah. Payung yang kupegang hanya bisa melindungi bagian atas kepalaku tapi dari bahu ke bawah semuanya basah terkena air hujan.

Aku menekan tombol bel pada rumah Anne. Sesaat tidak ada yang bergerak atau bersuara. Aku lalu kembali menekannya. Kali ini ada suara pintu depan rumah yang dibuka.

Anne keluar dari sana dengan T-shirt ketat dan celana pendek rumah yang amat pendek. Gairahku kembali muncul hanya karena melihat Anne. Kakinya yang putih dan panjang beralaskan sandal tipis.

"James, ada apa James?" Anne berteriak karena suara hujan yang begitu deras, sambil berjalan ke arahku dan membukakan pintu pagar.

"Anne… aku hanya ingin bertemu denganmu." Sahutku pelan.

Anne tampak seperti kebingungan, "masuk dulu James, hujan deras ini. Nanti kamu basah lho."

Pelan-pelan aku melepas blazerku dan menaruhnya di kursi di teras karena tidak ingin membasahi lantai rumah Anne. Lalu aku mengikuti Anne masuk ke dalam rumah.