Lelaki Bayaran dari Saudara Ku

Leony_Ackerman
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 104.6k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Awal

Suasana hening ditambah hangatnya perapian klasik yang menyala di malam hari menemani waktu musim gugur seorang wanita bersurai oranye bernama Alyosha Vermigoun.

Wanita berusia tiga puluh dua tahun tersebut tengah menikmati waktu musim gugur di Chicago, tepatnya di Columbia Street, 33 Garfield Place, Park Slope. Rumah dengan nuansa klasik, pagar besi dengan halaman kecil di depan rumah merupakan pilihan yang pas menurut wanita cantik tersebut.

Dia berlibur di rumah pribadinya. Ya, rumah berbentuk segiempat yang simetris, terdiri dari empat lantai dan nampak dari luar rumah itu memiliki sembilan jendela yang simetris.

"Wisky dengan sandwich daging sapi pilihan memang yang terbaik," ucap Alyosha sembari mengunyah kembali sandwich kesukaannya tersebut.

Alyosha tak memilih berlibur di sebuah resort mewah dengan puluhan pelayan yang siap melayaninya setiap saat, atau resort berisi perabotan mewah yang langsung menyuguhkan pantai indah memanjakan mata.

Tidak, untuk sekarang ini Alyosha tidak ingin ke sana.

Karena ia sudah bosan mendatangi resort mewah miliknya hampir setiap bulan. Alyosha punya tiga buah resort mewah yang harga permalam nya di sana sungguh membuat dompet menangis. Tidak kurang dari dua ratus juta permalam, kalau kalian bertanya siapa yang ingin ke sana, jawabannya adalah....BANYAK!

Pebisnis konglomerat, pejabat dengan pangkat tinggi, aktris dan aktor yang punya harta ratusan miliar, dan juga jajaran pebisnis gelap yang punya bisnis ilegal dengan penghasilan yang bisa membuat kepala menggeleng saking besarnya penghasilan mereka.

Sebagai seorang wanita sukses Alyosha tidak selalu ingin dimanjakan kemewahan. Alyosha dulunya juga merupakan gadis kecil yang hanya makan spagetti yang dibagi sepiring berdua bersama adiknya. Kalian mengira spagetti itu mewah? untuk orang italia itu adalah hal yang wajar, karena mereka membuat spagetti sendiri dari tepung hingga jadi. Bukan seperti kalian yang membelinya secara instan di minimarket. Oh ayolah, Alyosha lahir tahun 1989. Minimarket tentunya bukan sebuah hal lumrah seperti sekarang ini.

Kedua orang tuanya dulu tidak memiliki penghasilan sebesar para orang tua lain. Dan kini, kedua orangtuanya hanya tinggal duduk santai di atas sebuah sofa mahal seharga seratus dua puluh juta bersulamakan kulit sapi asli dan emas.

"Anda mau yang mana Tuan?" tanya seorang pelayan berpakaian rapih dengan setelan khas tahun 80 an.

(Penggunaan kata Tuan bukan hanya diperuntukkan untuk pria, tapi juga wanita. Penggunaan kata ini opsional.)

Meski telah berada di zaman modern, kecintaan pelayan itu dengan gaya era 80 an masih mendominasi hatinya sampai sekarang.

"Maccalan 64 saja untuk sekarang," jawab Alyosha tanpa menatap pelayannya tersebut.

Telah terpampang dua botol minuman keras, yang satunya berjenis Gin dengan botol yang didesain khusus dari rumah perhiasan paling terkenal di london, Garrard. Dengan ukiran khusus dengan bahan dasar dari kristal Baccarat, safir, dan berlian. Ya! apa lagi kalau bukan Bombay Saphire Relevation.

Lalu ada botol lain dengan ukiran unik yang sangat ikonik. Tak lupa angka 64 yang sangat mendominasi ikon dari scotch yang terkenal paling mahal ini, tentu saja itu adalah Maccalan 64. Pilihan Alyosha untuk menemani waktu santainya.

Boleh jadi ia memilih tempat yang sederhana untuk berlibur, tapi untuk urusan minumannya Alyosha takkan sembarang pilih. Menikmati 464 ribu dollar dalam sekali teguk baginya bukan suatu pemasalahan besar.

Alyosha tak bisa beralih dari kenikmatan minuman beralkohol yang terbuat dari fermentasi serelia atau fermentasi gandum dan beras. Justru itu pilihan minuman alkohol Alysoha adalah sejenis Wishky, Vodka, dan Brandy. Dan Alyosha tidak suka minuman beralkohol yang berasal dari fermentasi anggur seperti wine dan champagne entah kenapa tapi intinya dia tidak suka. Menurut Alyosha minuman dari fermentasi beras lebih memanjakan dirinya.

Alyosha kini berlibur di tempat yang sangat-sangat ia kenal. Tempat yang sangat ia rindukan selama ini, tempat yang berisi kenangannya bersama kedua orangtuanya dan adik satu-satunya. Rumahnya sendiri.

Sudah beberapa tahun sejak terakhir kali Alyosha mengunjungi rumah ini. Semuanya masih tampak sama, tak ada debu satupun, semuanya begitu terawat dan terjaga. Tentu saja, Alyosha sudah membayar orang untuk menjaga rumah tersebut agar selalu bersih dan rapi seperti dulu.

Tiba-tiba pintu ruangan tempat Alyosha bersantai terbuka. Menampilkan sosok lelaki denfan rambut panjang lurus yang rapi, poni panjang yang tipis sengaja ia tinggalkan tergerai di depan wajahnya. Memang itu adalah ciri khas penampilan dari seorang Elisio Vermigoun.

"Kenapa kau terlihat terburu-buru begitu hm? aku memang sudah terbiasa membuka pintu atau melihat para musuh ku mendobrak pintu dengan keras. Bahkan sampai pintu itu terlepas. Tapi kau sedang berhadapan dengan kakak mu sendiri, disuasana yang santai seperti ini. Sopan kah diri mu begitu?" ujar Alyosha dengan intonasi yang tak bisa dideskripsikan. Antara santai, jahil, dan dingin.

"Kenapa kakak tidak pernah mengatakan pada ku kalau mau pergi ke rumah?" tanya Elisio balik. Dahinya yang mengkerut menandakan ia sedang kesal dengan kakak semata wayangnya tersebut.

"Aku kira kau sedang sibuk. Kau juga tak pernah memberi kabar pada kakak mu ini," jawab Alyosha santai. Ia meneguk kembali scotch kesukaannya tersebut.

"Aku selalu memberi kabar pada kakak," balas Elisio masih tak bergerak dari tempatnya.

"Iya, dan itu dua minggu yang lalu." Alyosha melirik adiknya dari sudut matanya.

"Iya dan itu karena kakak selalu memutuskan sambungan ketika aku menghubungi mu," balas Elisio. Ia ingin sekali memaki kakaknya ini, tapi ia selalu diajarkan oleh kedua orangtuanya untuk bersikap sopan dengan sanak saudara dan keluarga.

"Yeah, maaf." Alyosha mengucapkan itu dengan mudahnya. Tak merasa bersalah sama sekali.

Mata Elisio berkedut berkali-kali, menandakan ia sangat kesal. Bisa-bisanya wanita di hadapannya ini berkata demikian. Padahal dia berjanji untuk mengajak dirinya ke sini, dan sudah 8 bulan sejak itu dia selalu melanggar janjinya hingga sekarang.

"Memangnya kenapa kau sampai sekesal ini hm? aku rasa kau sedikit berlebihan akhir-akhir ini. Yeah, walau ku akui kau memang selalu perfeksionis." Alyosha mengambil cerutu dari nampan yang dipegang oleh pelayannya.

Apa yang dikatakan Alyosha benar, Elisio bukan tipe orang sentimentil, malah cenderung lebih santai daripada Alyosha. Namun, sebenarnya Elisio punya sebuah rencana. Rencana untuk kakak tersayangnya tersebut. Namun kakaknya sendiri lah yang membuat Elisio harus merombak rencananya itu lebih dari dua puluh kali selama delapan bulan.

"Tidak ada," jawab Elisio singkat.

"Berikan champagne kesukaannya," ujar Alyosha pada pelayannya tersebut.

"Baik Tuan," jawab pelayannya dengan sopan seraya meninggalkan mereka berdua di ruangan tersebut.

Elisio cenderung berbeda dengan Alyosha dalam urusan memilih minuman, karena Elisio lebih suka minuman dengan bahan fermentasi anggur seperti wine dan champagne.

"Kau akan berada di sini sampai ka---"

"Lebih lama lah di sini bersama ku," ucap Elisio.

"Kenapa tiba-tiba begitu?" tanya Alyosha heran. "Wah! jangan-jangan kau sebentar lagi meninggal ya? sampai-sampai punya permintaan begitu."