Goresan 57 ; Pendapat Sandyakala
----
Arunika menangis, kala ingatannya membawa ia mengingat kakaknya, bagaimana sang kakak yang selalu mendukung dan memberikan support untuk dirinya disaat Arunika benar-benar tidak tahu harus bagaimana disaat sang Papa menentangnya untuk mengikuti kelas seni.
Bagaimana sang Papa yang mengancurkan semua peralatan dan lukisan milik Arunika setelah kepergian kakaknya Gina, padahal hanya itu yang bisa Arunika lakukan jika ia tertekan, jika semua seakan tidak mudah untuk ia lalui tanpa nasihat dan bantuan kakaknya Gina.
Tuhan, mengapa sakit sekali?
Mengapa kau ambil semua yang berharga dalam hidupku, bahkan sesuatu yang lebih berharga dari dunia, kenapa Tuhan? Mengapa juga Arunika harus diciptakan jika tidak ada kebahagiaan sedikit saja?
"Nggak, lo nggak boleh cengeng Arunika, lo dibentuk buat jadi kuat." Gumam Arunika, berusaha menyemangati dirinya sendiri.
Arunika menghela nafas, ia menghapus air mata yang tiba-tiba jatuh tanpa inginnya.