Chereads / Love Trap by Hot Model / Chapter 4 - Rasa Penasaran

Chapter 4 - Rasa Penasaran

Flashback on

"Aduh, bagaimana ini? Pasti aku akan terlambat." Cleo semakin panik begitu menunggu taksi yang tadi sengaja dia telepon agar dirinya tak terlambat malah berujung panik. Bagaimana tidak? Kalau sudah 30 menit berlalu, tapi rupanya wujudnya masih tak nampak jua.

Kembali Cleo melirik arloji yang melingkar indah di pergelangan tangannya. Lagi-lagi dia bedecak kesal. Tanpa tahu kalau Laksa mengikutinya dan memperhatikannya sedari tadi.

"Mau sampai kapan kamu berdiri di situ?" sela Laksa yang sudah merasa kasihan.

Cleo sampai terperanjat begitu mendengar suara bass milik Laksa.

Dia berbalik dan mendapati Laksa yang tengah berdiri bersandar di tembok bangunan dengan santainya. Matanya memandangi sekelilingnya, lantas kembali menatap sosok Laksa dengan takut.

Tangannya yang sedari tadi menggenggam ponsel pun segera menarik tas yang berada di punggungnya dan memindahkannya ke depan dada.

Laksa yang memperhatikannya pun terkekeh geli melihatnya.

"Apa aku seperti penjahat yang bersiap mencuri uangmu hm?" Laksa mulai melangkah mendekat Cleo.

Cleo semakin menampilkan sikap waspadanya. Langkah kakinya sudah menaik dua langkah mundur setiap Laksa melangkah satu kali.

Dug!

Cleo terdiam, wajahnya memucat dan pikirannya blank. Dia memikirkan hal aneh begitu Laksa semakin condong ke arahnya.

Drep!

Matanya spontan terpejam rapat-rapat dan mulutnya pun mulai meringis.

"Kau ini parnoan ya?" seru Laksa yang menatap Cleo lucu.

Gadis itu membuka matanya, lantas berkedip-kedip lucu. Bak anak anjing yang menatap manusia-manusia di sekelilingnya.

"Mau kuantar tidak?" Laksa menawarkan dirinya dengan lancang. Dia sendiri merasa terkejut dengan perlakuan tubuhnya yang spontan itu.

Cleo terdiam membisu. Dia … masih begitu waspada terhadap Laksa.

"Kau mau ke mana?" tanya Laksa kembali.

Barulah Cleo menjawab, "I--ingin ke Joey Entertainment," cicitnya dengan ragu-ragu.

Laksa pun mengernyit bingung.

"Kau … artis?" Laksa semakin ingin mengoreksi info tentang gadis di hadapannya itu banyak-banyak.

Cleo menggelengkan kepalanya cepat-cepat. "Ha--hanya mau mencoba jadi model, ada kompetisi model cover majalah remaja," jelas Cleo mencoba memberikan gambaran detailnya.

Laksa terdiam, dia memperhatikan kembali wajah Cleo. Satu kata bagi gadis itu. Cantik!

Tapi … dia memandang remeh tubuh kecil Cleo. "Memang kamu akan diterima?"

Cleo tergagap begitu mendengar lontaran kalimat Laksa. "A--aku akan mencobanya! Memangnya hanya wanita tinggi saja yang bisa!"

Padahal, tingginya masih terbilang di atas rata-rata. Namun, berhadapan dengan Laksa dia malah menjadi liliput. Mendadak rasa percaya dirinya menghilang.

Laksa semakin merasa tertarik pada gadis itu. Ada rasa yang tak bisa dia jelaskan untuk saat ini.

"Ya sudah, aku akan mengantarmu. Ayo," ajak Laksa yang berbalik dan berjalan menuju parkiran kampus.

Cleo yang awalnya ragu, malah menjadi setengah berlari mengejar Laksa.

Dia diam, kebingungan begitu Laksa menyodorkan helm untuknya. "Pakailah," ucap Laksa yang lantas menaiki motor andalannya, motor sport Ducati.

Laksa dapat melihat Cleo yang tengah kebingungan.

"Kenapa? Aku sedang tak membawa mobilku. Kau ingin terlambat hm?"

Cleo semakin menggigit bibir menggoda berwarna merah muda miliknya. "I--ini, bagaimana cara naiknya?" tanyanya dengan polos.

Laksa terdiam membisu, dia hampir saja menjatuhkan rahangnya begitu mendengar jawaban Cleo yang masih malu-malu itu.

"Kau … tak pernah menaiki motor?" tanyanya kembali.

Cleo menatap polos Laksa dan menggeleng kembali.

"Ya Tuhan, kau sebenarnya hidup di abad berapa sih?" Laksa merasa frustasi sendiri karenanya.

"Oke, kamu injak pedal dengan kaki kirimu, lalu kamu duduk di belakangmu. Angkat kaki kananmu, tanganmu pegang bahuku saja," imbuh Laksa memberikan interupsi kepadanya.

Cleo semakin merasa malu memikirkannya. Dia masih diam.

"Ayo tunggu apa lagi?" geram Laksa merasa gemas dengan tingkah Cleo.

"Bu--bukan begitu, aku … pakai …." Mendengar kalimat Cleo yang menggantung membuat Laksa paham maksudnya. Dia kembali menatap Cleo. Dia ingin memaki kepada pencipta rok lilit yang dikenakan oleh Cleo.

Merasa kalau tubuh Cleo tak boleh disaksikan oleh banyak mata.

Sambil menahan makiannya, akhirnya Laksa kembali turun dari motor besarnya. Membuka pelana sepeda motor miliknya dan mengambil jaket jeans kepunyaannya.

"Kemarilah!" perintah Laksa. Dia merasa seperti menghadapi anak SD saat berinteraksi dengan Cleo.

Cleo menurut, dia maju beberapa langkah mendekati Laksa.

Sret!

Tangan Laksa yang membentangkan jaketnya pun mulai menyelipkan kain itu di pinggang Cleo dan mengikatnya. Cleo terdiam, dia tak menyangka kalau Laksa akan membantunya sampai seperti ini.

Laksa sibuk mengikat kedua ujung lengan jaketnya. Dia berkacak pinggang, menatap puas hasil karyanya yang kini menutupi kaki Cleo, melewati batas lututnya. Membayangkan Cleo mengenakan pakaiannya malah membuat dirinya merasa senang.

"Oke, ayo sekarang naik," perintahnya kembali dengan dia yang sudah memposisikan motornya untuk siap dikendarai.

Namun, Cleo masih canggung saat ingin menumpu di bahu Laksa.

Laksa kembali mengulurkan tangannya, merasa tak sabar dengan tingkah Cleo.

"Pegang tanganku dulu," perintahnya kembali dan dia harus bersyukur karena Cleo mau memegang tangannya.

Dia membantu gadis itu naik dan duduk di belakangnya.

Cleo merasa risih dan takut sekaligus. Dia bingung harus pegangan ke mana, sementara posisi duduknya condong dan seolah menempel di punggung Laksa.

Dadanya berdebar kian semakin kencang begitu deru motor semakin terdengar di telinganya.

"Mana tanganmu? Sini!" seru Laksa sambil mencari-cari tangan Cleo.

Cleo mengulurkan tangannya ke depan dan Laksa segera menarik tangannya. Menyatukan tangan Cleo melingkar di perutnya. Cleo terkejut bukan main, dia gugup sekaligus merasa risih. Berusaha melepaskan tangan yang memeluk perut Laksa, tapi Laksa mempertahankannya.

"Kau mau jatuh? Pegangan! Aku akan mempercepat motornya!" seru Laksa sedikit menaikkan nada suaranya di balik helm pelindung yang dipakainya.

Sebenarnya Laksa begitu merasa senang, dadanya berdebar kencang saat merasakan tangan kecil Cleo melingkar di pinggangnya saat ini.

Bahkan Cleo tak bisa bereaksi apa pun selain mendengarkan detak jantungnya sendiri.

"Bersandar padaku, nanti kamu pegal," imbuh Laksa kembali sebelum akhirnya menginjak persneling dan memindahkan gigi motor agar bisa melaju semakin cepat sembari tangan kirinya mengontrol kopling.

Cleo yang terkejut semakin mengeratkan pelukannya, lantas melingkar erat di perut Laksa begitu motor pria itu semakin melaju kencang. Angin menerpa wajahnya kencang, dia yang tak terbiasa pun menutup matanya merasa ngeri.

Laksa hampir saja menekan rem saat merasakan tubuh Cleo yang menempel di punggungnya. Reaksi tubuhnya terbilang begitu cepat sampai dia merasakan tubuhnya terbakar saat merasakan punggungnya bersentuhan dengan gunung kembar milik gadis itu.

Flashback off

***

Laksa memasuki ruangan rapat BEM, di sana juga gadisnya sedang serius memperhatikan pembicara di depannya. Mereka sedang rapat prihal OSPEK universitas untuk mahasiswa baru.

"Kebiasaan si Laksa, telat," tegur Erlangga, selaku Mapres atau Mahasiswa Presiden. Sosok tinggi yang tak kalah keren dari Laksamana dan famous.

"Sorry deh," Laksa berjalan memasuki ruangan dan menuju sosok Cleo.

Laksa mengisyaratkan teman Cleo, Tatu untuk pindah duduk, "ih datang-datang sudah monopoli aja," gerutu Tatu langsung menyingkir menggeser duduknya di belakang.

Tatu sedikit menarik rambut Laksa dengan kesal.

Mereka masih fokus membicarakan acara nanti, sedang Cleo masih sibuk mencatat, karena notulensi kali ini memang harus dia.

"Dana sudah didapatkan sekitar 500 juta, data maba yang masuk sekarang sekitar 3000 orang, terus untuk guest-nya siapa kira-kira?" tanya ketua SC (Steering Comite) Erlangga.

"Kalau aku sih lebih baik mengundang Hamish Daud, dia kan salah satu aktivis di bidang lingkungan, Sea Soldier Foundation, lalu dia juga aktif bidang sosial terutama bidang pendidikan," tutur Cleo memberi masukan.

"Itu bagus, bisa dimasukkan ke opsi, yang lain?"

"Gue usul Nadya Hutagalung deh, dia model tapi aktivis juga, mendirikan rumah ramah lingkungan pertama di Singapura, terus membangun Green Kampong di Bali semacam sekolah alam. Bagusnya ospek kali ini jangan politik lah, banyak aktivis yang sudah menggerakkan untuk aware sama lingkungan juga. Bisa kita undang founder-founder beberapa NGO (Non-Government Organization) yang ada di Indonesia, kayak Greenpeace Indonesia, terus Borneo Orangutan Survival Foundation juga." Laksa mencoba menjelaskan, tak ada yang menyela, karena mereka tahu kalau Laksa memiliki wibawa dan ketegasan.

"Inikan ospek Universitas, Sa. Enggak semua jurusan bakal kena targetnya, oke sih bagus banget ide kalian berdua. Tapi kita masih mikir dong jurusan sosialnya gimana?" tanya salah satu anggota rapat lainnya.

'"Kalau menurut gue enggak cuma tentang alam kok, apalagi sekarang zamannya gen-Z juga, platform data analis, dan juga pastinya serba instant. Tapi kalau Cuma ambil untuk bidang bisnis aja kan enggak semua tentang bisnis, gue inginnya kita aware dan care, tapi dua hal itu masuk ke ranah bisnis juga. Gue ada saran kayak ngajak zerowaste dan waste4change, dan gue juga pengen masukin Unilever, katanya mereka udah ada gerakan zerowaste gitu.," tambah Erlangga.

"Kalau memang ingin menambahkan platform lainnya, ya kita bagi tugas untuk list bidang dan siapa guest-nya. Nanti kan bisa disesuaikan," tukas Laksa, sembari memegang bahu Cleo, gadisnya.

Cleo masih fokus pada acara rapat. Sedang Laksa sedang kambuh sifat usilnya, bahkan tangannya sudah berpindah memainkan rambut lurus Cleo sembari memilinnya. Kebiasaan Laksamana saat bosan.

Orang-orang di dalam kelas sudah tak lagi heran melihat tingkah Laksa yang sedang berulah, mereka bersikap professional untuk memperhatikan jalannya rapat. Karena, bila menegur Laksayang ada skakmat.

"Oke, gue tutup dulu rapat hari ini. Untuk notulen nanti langsung share di grup apa saja tugasnya. Dua minggu lagi kita kumpul bareng BEM fakultas dan jurusan, dan gue harap semua sudah tau job-desc masing-masing. Apalagi menyangkut keuangan, sekecil apa pun transaksinya wajib pakai nota. Oke sekian, gue sebagai sekretaris menutup rapat kali ini. Selamat malam." Wawan menutup pembicaraan.