Chereads / Love Trap by Hot Model / Chapter 6 - Romantisme Tak Dilarang

Chapter 6 - Romantisme Tak Dilarang

Perjalanan bisnis yang diminta Ayahnya, membuat Laksa kalang kabut. Bagaimana ia memberitahukannya pada Cleo?

Mengikuti rapat pemegang saham di Belanda bukanlah ide bagus menurut Laksa. Tapi ia harus. Dirinya tak membayangkan pergi dua minggu jauh dari Cleo, gadisnya. LDR, yang benar saja! Mati rasa ia jika tak bisa mencicipi bibir manis Cleo barang sehari saja.

Bagi Laksa, yang lebih hebat dari heroin, ganja, ataupun sebatas nikotin adalah mencumbu Cleo setiap hari. Otaknya memproduksi dopamine berlebihan sepertinya, sampai harus merasakan Cleo setiap hari, dan Cleo adalah aprosidiak yang harus ia konsumsi tiap hari guna menekam dopaminnya sendiri. Ini gila, kemunculan tyrosine membuatnya terus menempel pada Cleo.

Seharusnya Laksa berkonsentrasi pada mata kuliah Konversi dan Konservasi Energi sekarang ini, bahkan dosennya sibuk menjelaskan teori rumit. Lalu kenapa otaknya menjadi rumit juga memikirkan omongan papanya kemarin sore?

Bagi Laksa, Cleo gadisnya tak bisa berdiri sendiri, bukan tak mandiri. Ia tak mempercayai gadis itu bisa mengurus rumah atau bahkan mengurus jam makannya sendiri. Sudah terkena gastritis bahkan Cleo mempunya hipoglikemia. Karena, bagi Cleo makan bukanlah prioritas.

Haruskah ia meminta tolong sepupunya? Nara? Untuk mengurus Cleo? Hanya Nara yang kenal dekat Cleo.

"Baik jam MK sudah selesai, dan minggu depan di pertemuan selanjutnya, buat artikel Sumber Daya Energi Air, saya mau kalian mengambil minimal lima referensi Scopus, dan diharapkan artikel yang kalian buat bukan abal-abal," tegas dosen di depan kelas.

Kelas berakhir membuat kekalutan Laksa bertambah, apa Cleo akan kecewa padanya? Berbulan-bulan tak pernah sejauh ini untuk mereka.

Laksa hanya berjalan gamang menuju kelas Cleo, dan menunggu kelas pacarnya itu berakhir. Untuk kali ini benar Ayahnya tak bisa dibantah sedikit pun.

Laksa berdiri bersandar di dinding. Suasana yang lumayan sepi menurutnya, tak ramai seperti biasanya. Suara gemuruh di kelas yang ditunggunya membuatnya mengalihkan pandangan. Mahasiswa di dalamnya tertawa terbahak-bahak, sepertinya pelajarannya menyenangkan. Bahkan terdengar kekecewaan seketika. Sepertinya kelas sudah berakhir.

Tak selang lama, seorang paruh baya keluar dari kelas. Menatap lama Laksa yang di seberangnya. Laksa yang merasa tak enak akhirnya mengangguk menghampiri dosen itu dan sedikit berbasa-basi.

Tanpa tahu menahu, Cleo sudah berdiri di sampingnya, membuat dosen itu terkekeh dan melanjutkan jalannya.

"Kamu kenapa?" tanya Cleo, mencium gelagat Laksa yang tak biasa.

"Peka sekali kamu." Laksa mendengus.

"Kalau aku tak peka seperti kamu berabe nanti." Cleo menyunggingkan bibirnya, memperlihatkan giginya yang berbaris rapi.

"Nanti deh bicara di rumah saja, yuk ke Sekretariat dulu. Rapat kita." Laksa menggandeng tangan kecil milik Cleo dan menggendong tas Cleo. Dia benar-benar seperti ksatria bagi putri dan pengasuh bagi anaknya.

Mereka menaiki lantai 3 gedung student centre, sudah banyak mahasiswa yang berkumpul di sana, bahkan sedang berkonsentrasi mendengarkan sekretaris SC bicara.

Mereka mengambil duduk paling belakang, membuka laptop dan ikut memperhatikan rapat. Erlangga yang duduk di depan dengan Rega, dan Wawan di samping Rega. Tumben sekali anak itu tak tengil, batin Cleo terkikik.

Sore ini pasti akan melelahkan, ditambah perwakilan aliansi BEM jurusan dan fakultas. Kalau sudah memegang BEM universitas dipastikan ada kubu yang mendukung dan tidak mendukung. Kali ini kedua kubu dipertemukan, di sinilah system politik kampus dimainkan, begitu menurut Laksa.

"Masalahnya dana kita ini mencukupi enggak, kita tau sendiri bagaimana kalau minta dana ke pusat, ruwet birokrasi belum lagi tenggang waktu yang enggak sesuai," ujar salah satu perwakilan BEM.

Erlangga menyahuti langsung, "kita berusaha untuk cover itu sendiri. Dana OSPEK kita yang pegang dan enggak bisa diganggu gugat untuk tahun ini sama pusat, dan untuk jurusan dan fakultas bisa langsung konfirmasi biaya ke bendahara."

"Jadi bagaimana untuk waktu pengenalan fakultas dan jurusan?"

"Seperti biasa di hari kedua dan ke tiga, di pagi sampai zuhur. Setelah zuhur BEM univ lagi yang megang. Untuk teknisnya terserah kalian gimana, asal mendidik dan bisa membuat wawasan mahasiswa bertambah saja," timpal Wawan selaku Sekretaris SC.

Cleo masih sibuk mencatat lagi selaku sekretaris II BEM. Dia kali ini hanya memperhatikan jalannya rapat, karena berfokus pada fakultas dan jurusan masing-masing.

Sudah empat jam rapat berjalan, sudah terdengar suara perut, menguap, terkantuk-kantuk, dan rebut sana sini. Seperti Laksa dan Cleo, mereka belum sempat makan siang. Laksa membuka gawainya, mencari aplikasi food delivery. Terkadang dia memang royal untuk urusan makan. Dipesannya 30 box pizza.

Layaknya surga bagi mahasiswa, lapar melanda sudah di ujung puncak dan terlihat pengantar makanan memasuki ruangan, sudah dipastikan ruangan bergemuruh hebat.

"Wooo, Laksa memang pengertian!" teriak salah satu peserta.

"Mas Laksa idaman banget,"

"Terima kasih loh cowoknya Cleo,"

"Akhirnya, ada cowok pengertian banget nih, ih enggak kayak yang lainnya."

Cleo tertawa sembari memegang dus berisi pizza yang dibagikan oleh beberapa orang. Sedang Laksa sibuk dengan gadgetnya, sudah biasa ia melakukan itu.

"Kamu dibilang peka tuh Yang." Cleo menggoda Laksa yang memang kaku dan menyodorkan potongan pizza ke arah mulut pria spesialnya itu.

"Dan cuma kamu yang bilang aku enggak peka," Laksa menerima dengan suka hati kalau disuapi oleh Cleo begini.

Mereka sudah asik membuat formasi lingkaran, memakan pizza dan mengobrol. Ada yang serius berdiskusi, ada yang bercanda, ada juga yang sibuk bertanya pada Erlangga, atau anggota BEM lainnya.

Hanya Laksa yang duduk di samping Cleo, bahkan Laksa sibuk menjadi sandaran Cleo. Memang pasangan yang membuat para mahasiswi menjerit iri dan mahasiswa yang ngenes berkhayal memiliki pacar secantik Cleo.

Setidaknya kegiatan ini membuat Cleo merasa lebih hidup, merasakan bersosial yang menyenangkan, apalagi bercanda dengan sang pacar. Jarang-jarang Laksa mau meladeninya, pria terlalu sibuk mengurus dirinya sendiri bahkan mengurus wanitanya.

Usai rapat akbar, mereka sudah berkumpul di area lapangan. Kata Erlangga ingin sedikit mengeluarkan keringat. Padahal ia sudah basah kuyup di rapat, emosi dan serius membuat mereka berkeringat.

"Jangan lama-lama, nanti kalian bau!" keluh Cleo sembari menatap jam tangannya yang menunjuk angka delapan.

"Udah sih relain bentaran si Laksa, lo tadi sudah puas dicipok sama dia." Wawan mengusak rambut cepol Cleo sembari menuju lapangan basket.

"Ihhh!!!" Cleo kesal dengan ulah lelaki gondrong itu, gadis itu mengambil duduk di pinggir lapangan beralaskan jaket besar milik Laksa.

Sedang para lelaki, sudah asik melakukan drible bola oranye itu. Erlangga, Rega, Wawan, Laksa dan dua orang lain yang tak Cleo kenali. Cleo harus membuka mata bila perlu tidak berkedip, melihat otot-otot bisep yang terbentuk. Bahkan Laksa dan Erlangga sudah tak memakai kemejanya, menyisakan singlet yang sudah basah kuyup, membuat cetakan otot-otot di dada bahkan perut. 'Ya tuhan! Bisa mimisan kalau begini.' Batin Cleo.

Permainan berakhir setelah satu jam berlarian dribbling bola, shoot, lay up bahkan slam-dunk. Mereka sudah terkapar di atas lapangan, saling berselonjoran di bawah langit yang menghitam.

Lapangan basket khusus di atap gedung membuat Cleo bisa memandang ke bawah, melihat lampu-lampu yang menyala.

"Si Laksa lagi galau tuh, ada rapat saham yang bikin harus jauh dari lo selama dua minggu nanti," ujar Wawan sembari ikut duduk di samping Cleo.

"Kok dia enggak bilang?"

"Karena dia bingung lo sama siapa dua minggu nanti, LDR dari Jakarta ke Amsterdam jauh loh,"

Deg! Jantung Cleo seperti diremas kuat. Menatap lamat-lamat Laksa yang sedang memejamkan matanya. Ada rasa cemas jika berjauhan dengan Laksa kalau begini.