Chereads / Love Trap by Hot Model / Chapter 7 - Kebuasan Laksa

Chapter 7 - Kebuasan Laksa

Kedua insan sedang duduk di sofa, pria yang mendekap wanitanya yang duduk di depannya. Keduanya menatap kosong layar kotak yang menyala. Namun, mata mereka kosong dan pikiran mereka berlarian.

"Hiks … kamu tega sekali padaku. Aku harus tau dulu dari Wawan dari pada kamu yang tidur denganku," cicit Cleo sambil terisak, bahunya bergetar menahan tangis.

"I'm sorry, I don't mean like that princess. Aku enggak tega meninggalkanmu dua minggu. Bahkan kita sehari pun tak pernah pisah," tutur Laksa, termangu menyandarkan dagunya di atas kepala milik gadisnya.

"Itu kan Papa kamu yang minta, enggak mungkin kamu nolak. Huhu … nanti kalau aku kangen bagaimana? Huaaa!" Tangisan Cleo pecah sudah.

Laksa hanya memeluk erat gadisnya, masih diam menunggu tangisan kesayangannya itu reda. Bagaimanapun Cleo sudah mengetahui hal itu dari Wawan, sahabatnya. Mereka terdiam beberapa saat tanpa ada ucapan.

Memang Cleo terllau mellow sampai perasaannya terlalu sensitif. Laksa sangat memahami bagaimana sifat gadisnya.

Cleo menyandarkan tubuhnya di dada bidang milik prianya. Mencoba memberhentikan tangisannya. Memang mereka tak pernah terpisahkan, bagaimana Cleo bisa tidur tanpa dekapan Laksa.

"Dua minggu nanti jauh-jauhan, aku menitipkanmu dengan Nara ya?" bujuk Laksa sambil mengelusi punggung gadis yang sedang didekapnya.

"Harus ya dengan Mbak Nara?" Cleo mendongak memandangi wajah bak dewa yunani, garis wajahnya terbentuk tegas.

"Heum, aku tidak bisa meninggalkan kamu dengan yang lain apalagi sendirian. I know all about you, Senja." Laksa memandang manik coklat milik Cleo.

"Tapi kamu harus v-call sama aku tiap malam sebelum aku tidur!" Cleo mulai merajuk, bibirnya mengerucut, menuntut permintaan pada Laksa.

"Sure, I'll do everything for you. What again heum?" Laksa merasa nyaman menyandarkan kepalanya di bahu kecil milik Cleo, merasa tenang saat Cleo mengusap rambut atau dagunya.

"Nothing, bawain aku oleh-oleh dari Amsterdam saja yang banyak."

"I promise, my love."

Dua kesenangan Laksa saat bersama Cleo, mengusili pacarnya atau dimanja oleh jemari lentik Cleo.

"Dua minggu nanti jangan terima buat jadi model dulu ya? Aku tidak bisa mengawasi pria-pria keganjenan di sana nanti," desis Laksa, sembari memotong bahan makanan yang akan dimasaknya.

Lelakinya memang sangat sempurna, dianugerahi tubuh yang ideal dengan wajah aristokrat, otak encer, bisa memasak dan mengurus rumah, bahkan mengerti kondisi pacarnya. Benar-benar sudah tak diragukan lagi.

Terkadang Cleo ingin berkata ya kalau Laksa menanyakan perihal pernikahan, tapi ia tahu, Laksa banyak berkorban saat berpacaran dengannya, apalagi kalau menikah. Ya dirinya belum diinginkan oleh papa Laksa. Laksa memenuhi permintaan ayahnya untuk terjun di perusahaan ayahnya, asal bisa tinggal dengan Cleo.

Cleo memeluk laksa dari belakang, mengikuti gerak Laksa yang sedang memasak untuk makan malam mereka. Hari ini, mereka tak pulang telat karena rapat, atau basket atau pekerjaan model Cleo.

"Kalau kamu enggak ada dan aku enggak menerima job model, aku harus apa di rumah? Pasti di rumah sepi,"

"Minta Nara mengajarimu memasak,"

"Kamu dulu melarang aku turun ke dapur, kok sekarang minta?"

"Karena, kali ini aku harus merelakan kamu belajar masak. Mungkin dalam waktu dekat aku akan menikahimu dan kamu menjadi Mommy untuk anak kita nanti." Laksa berbalik memandangi wajah Cleo yang cantik.

Cleo mendongak, menatap punggung lebar milik Laksa. Wajahnya memerah begitu mendengar pernyataan Laksa.

"Kamu lagi gombal ya?"

"Aku berusaha menjadi lebih romantis padamu." Laksa membawa piring berisi spaghetti lasagna menuju meja makan.

Cleo duduk di pangkuan Laksa seperti biasa. Mereka makan sepiring berdua dengan Cleo menyuapi Laksa. Mereka bercengkerama usai Cleo menangis histeris tadi.

"Nonton yuk Sam," ajak Cleo tiba-tiba.

"Nonton?" Laksa membeo.

"Ya nonton, ke bioskop, kita sudah lama enggak jalan,"

"Emang mau nonton apa?"

"Makmum, kata temanku filmnya seru." Cleo menjawab dengan semangat.

Laksa menatap jam di nakas, sudah menunjukkan pukul delapan malam.

"Memang genrenya apa Sayang?"

"Eh, enggak tau aku lupa nanya hehe …." Cleo terkikik mengingat keteledorannya.

Laksa segera menjelajahi browser menggunakan ponsel mahalnya, ternyata movie bergenre horror.

"Ini horror lho, adanya juga jam sepuluh nanti."

"Ya sudah tak pa-pa, kita bisa jalan-jalan dulu sekalian beli apa gitu, skincare-ku juga sudah mau habis." Cleo berseru.

"Ya sudah siap-siap gih sana, pakai jaket dan celana panjang. Biar tak kedinginan." Laksa memerintah, mengelus surai panjang Cleo dan mengecup puncak kepala gadisnya yang tiba-tiba bersemangat begitu.

Ya, ia akui, mereka jarang beromantis ria, selain aktivitas yang padat, bahkan entah berapa lama mereka tak berkencan.

Cleo keluar dari kamar dengan rok panjangnya, namun ia menggunakan Long-shirt warna putih yang memperlihatkan bra yang dikenakannya.

"Kamu serius pakai begitu hum? Apa mau menggodaku biar kita sekalian enggak usah jalan?" protes Laksa menunjukkan ekspresi ketidaksukaan.

"Ih, normal kok baju aku."

"Ambil jaketmu sekarang," tegas Laksa membuat Cleo berbalik dengan menghentakkan kakinya.

Hal-hal kecil inilah yang melibatkan Laksa. Kalau gadisnya bertingkah centil saat bersamanya, ia tak masalah. Karena ia akan memberi hukumannya. Tapi, kalau dia tidak ada di sisi gadisnya bagaimana?

Mereka menuju Central Park, menggunakan Jeep kesayangan milik Laksa.

Cleo menggandeng lengan besar Laksa, sedikit menariknya. Ada satu hal yang mengganjal di benak Laksa, ah ya! Ke mana jaket gadisnya itu?! Dengan sebal Laksa menarik tubuh Cleo ke dekapannya.

"Jaketmu ke mana heum?" tanya Laksa.

"Eh, iya lupa. Di mobil hehe …." Cleo memandang Laksa yang sedikit kesal dengan puppy eyesnya.

"Ck," Laksa berdecak, melepas jaket berbahan blue jeans dan memasangkannya di tubuh kecil milik Cleo.

"Ayo,"

Laksa mendekap pinggang Cleo dan berjalan memasuki mall.

Cleo dan Laksa menuju skincare outlet, memilih-milih serumnya yang menghabiskan waktu lebih dari sepuluh menit.

Laksa tak keberatan untuk menemani Cleo yang sedang mencoba skincare, hanya ia merasa terganggu pada SPG yang terus menghampiri mereka dan menatapnya dengan tatapan kagumnya.

"Sam, liat aku," pinta Cleo, sambil menjinjitkan tubuhnya mencoba meraih wajah Laksa.

Laksa hanya diam saat wajahnya dijadikan eksperimen dari mulai facial foam sampai sunscreen. Kata Cleo, ia juga harus mengenakan skincare. Ya meski sekadar facial foam dan sunscreen, sisanya Cleo yang memakaikan masker, atau printilan lainnya saat senggang.

Bahkan tak tanggung-tanggung Cleo malah mencoba foundation, lipgloss, pada Laksa. Namun, sekali lagi. Laksa tetap cuek dengan diperbuat gadisnya terhadapnya.

Usai puas bereksperimen dan memilih produk yang akan dibeli, barulah Cleo membersihkan wajah tampan Laksa. Mereka menuju kasir, dan Laksa memberikan credit card platinum.

Jam sudah menunjukkan sepuluh lewat, mereka bergegas menukar tiket, membeli popcorn beserta minumannya.

Baru tiga puluh menit mereka menikmati film, sejujurnya Laksa memainkan ponselnya saja. Cleo yang tadi menggenggam erat jemarinya, dan bersandar pada bahunya, kini sudah terdengar napasnya yang teratur. Rupanya gadisnya tertidur.

Laksa sedikit usil, hanya beberapa orang yang menonton, mungkin kurang dari sepuluh dan mereka berjauh-jauhan. Otaknya sudah tak lagi berfikir normal. Digesernya tubuh kecil Cleo menuju pangkuannya.

Ditekannya tengkuk gadis itu, ia melumat kasar bibir merah merekah milik gadisnya. Damn! Tangan satunya sudah menyusup meraba perut rata gadis di dekapannya, lidahnya bergerilya menjelajahi mulut yang terasa manis itu.

Cleo yang merasakan sesak, kesulitan bernapas membuka matanya, dan merasakan semakin sesak dan nikmat. Ia yang setengah sadar, merangkul tengkuk Laksa, meminta lebih pagutan Laksa.

"Eungh …." Cleo melenguh, merasakan bibir Laksa berpindah menuju lehernya yang terekspos.

Jemari Laksa menjelajahi kedua bukit gadisnya, merasakan selangkanya makin sesak. Ia menggesekkan selangkanya, dan jarinya berpindah di bawah perut Cleo dan menelusup memasuk rok Cleo.

Jemarinya sudah menggesek inti tubuh Cleo, membuat Cleo mengejang, napasnya pendek-pendek, merasakan gairahnya meningkat. Laksa terus memainkan titik sensitifnya, Laksa hanya bermain di sana, menjamin tak sampai menjamah kesucian gadisnya, gadisnya masihlah virgin.

Cleo merasakan suaranya tak dapat dibendung, dengan Laksa yang semakin gencar menyerangnya di titik paling sensitive. Laksa segera melumat kasar bibir gadisnya, saat Cleo mengejang dan tengkuknya makin ditekan oleh pelukan Cleo. Ciuman Laksa begitu kasar dan tergesa-gesa.

"I'm sorry," bisik Laksa, usai kelakuannya.

Diusapnya bibir bengkak gadisnya karena ulahnya, ia mengelus kepala Cleo yang kembali tertidur di sandarannya.

Film yang sebentar lagi habis, membuatnya sedikit mengambil waktu istirahat usai berkeringat dan mengeluarkan sebagian energinya. Salah satu alasan yang membuatnya lebih baik di rumah saja, karena Laksa merasakan sakau dan butuh melahap gadisnya.