Chereads / Love Trap by Hot Model / Chapter 10 - Who is Anggara?

Chapter 10 - Who is Anggara?

Bau ruangan yang sangat dibencinya tercium samar-samar oleh indera penciumannya. Kelopak matanya terbuka perlahan, menyesuaikan intensitas cahaya yang masuk ke netranya. Bau obat dan bau rumah sakit. Itulah tepatnya.

Cleo mencoba bangun dari posisi berbaringnya, kepalanya sedikit terasa berat, tangan kirinya sudah tertancap jarum infus rupanya. Berapa lama ia pingsan?

Ia memandangi sekelilingnya, ruangan berwarna putih, sofa di ujung ruangan, televise dan dispenser beserta galonnya. Ini dipastikan ruangan VVIP. Matanya menangkap sosok yang sedang tertidur disampingnya, kepalanya menyandar dipinggir ranjang dan posisi menelungkup. Melihat punggungnya dipastikan ia Laksamana Samudera.

Ia mengusap kepala Laksa perlahan, lelakinya selalu berada disampingnya bahkan saat seperti ini. Betapa romantisnya seorang Laksamana, beapa gagahnya bak jendral perang seorang Laksamana dan betapa kokohnya ia sebagai Samudera. Namanya memang tak main-main.

"Sudah bangun?" Suara serak terdengar, Laksa merasakan sentuhan dikepalanya membuat tidur ayamnya terganggu.

"Heum, aku pingsan berapa lama?"

Laksa menyodorkan minum , melihat gadisnya terduduk lemah.

"Mungkin dua hari,"

"Lama banget ya? Mana besok aku ditinggal pergi ke Amsterdam juga. Q-time nya malah terdampar di rumah sakit gini." Keluh Cleo.

Laksa mengusap pelan rambutnya, "Kalau gitu aku yang cancel penerbangan kesana."

"Aku ga nyuruh kamu untuk batalin kesana ya?!" Cleo mendelik sebal.

"Kamu yang sakit kayak gini ga usah sok-sokan ngga butuh aku. Kamu tau ngga gimana paniknya aku pas kamu pingsan heum? Bahkan kamu ngigau manggilin aku tapi kamu ga bangun-bangun." Laksa mendengus kesal.

"Ya aku ini udah bangun kok, kan aku bisa sama mba Nara."

Laksa menatap geli melihat Cleo yang menunduk, wajahnya tertutupi rambut panjangnya, gadisnya sedang tak fashionale, karena harus berpakaian warna biru menjadi salah satu pasien.

"Aku ga yakin sama kamu sayang, will you be okey after this?" Laksa mengusap pucuk kepala gadisnya dengan perasaan sayang.

"Trust me, I'll be okay and I am hungry now."

"Hahaha, ya kamu pake pingsan dua hari juga, bentar aku bilang perawatnya dulu." Laksa bangkit dari duduknya.

Begitulah Laksanya, ketika gejala PTSD (post-traumatic stress disorder)nya kambuh, ia tak menanyakan hal itu. Selalu menampilkan wajah tenangnya, hanya terlihat urat disekitar tangan tanda emosi.

Laksa kembali bersama perawat dan psikiater langganannya.

"Sudah bangun?" Tanya perempuan berjas putih, ia menampilkan senyumannya.

"Ya hehe," Cleo mengangguk pelan.

"Kali ini apalagi yang buat seorang Cleo pingsan sampai berhari-hari?" Tanya psikiater itu lagi.

"Anggara." Laksa berucap menyebutkan satu nama.

Reaksi yang diterima Cleo, tangannya bergetar, dadanya bergemuruh hebat, bahkan keringat mengalir dipelipisnya. Laksa segera memeluk Cleo, mengusap punggungnya berusaha memberikan rasa aman.

"Lagi? Kamu udah kasih peringatan sama dia kan?" Tanya psikiater itu pada Laksa.

"Bahkan aku ga segan kasih peringatan pada orangtuanya juga, yang aku bisa lakuin sekarang cuma nyembunyiin Senja semampuku, tante." Laksa memang sudah berusaha.

Memang antara keluarga Cleo dengan keluarganya adalah musuh bisnis, apalagi dengan ayahnya yang menentangnya berhubungan dengan Cleo. Sudah pasti sulit menarik Anggara, kakak angkat Cleo dan juga pewaris sah grup Venderson.

"Oke saatnya kita terapi, ini setidaknya membuat gejala traumamu berkurang Cleo." Tesha sudah bersiap dengan alat psikologisnya.

Sudah berkali-kali, bahkan dari awal memang Cleo ditangani olehnya. Dan yang lalu pun gejala PTSD nya bermunculan. Bahkan Cleo pernah melukai dirinya sendiri sampai Laksa harus mengikatnya saat tidur.

Cleo dipinta untuk mengikuti gerakan tangan Tesha, lambat laun matanya terasa berat sampai ia tertidur dan memasuki alam bawah sadarnya. Yang ia dengar hanya dentingan jam dan suara Tesha.

"Aku harap kamu tenang, kamu berjalan di atas rumput ilalang luas dan disana ada film yang berputar. Bisakah kamu menceritakan film kejadian kemarin sore?" Pinta Tesha.

Mulut Cleo bergerak menjawab pertanyaan Tesha, "kemarin aku pergi menemani Laksa latihan basket, aku duduk pinggir lapangan memegang handuk dan botol minum. Lalu aku bosan, dan memainkan ponselku mengambil foto Samudera, aku upload di instagram da nada komentar dari… Anggara," Cleo berhenti, ingatannya langsung terdistraksi membuatnya berada di alam bawah sadar tanpa bisa berbicara. Ia meras bermimpi buruk.

"Sayang, Senja, bangun…" Laksa mencoba menyadarkan Cleo dibawah hipnoterapi. Ia memerhatikan tubuh Cleo yang bergerak gelisah.

"Hah!!! Hah!" Cleo terbangun dengan nafas terengah-engah.

"Keep calm dear," Laksa segera memeluknya, menangkan Cleo yang masih terengah.

Memorinya kembali saat ia berumur tiga belas tahun. Saat Laksa menemukannya dengan penampilannya compang camping, lengannya terdapat sayatan panjang, roknya sudah sobek sampai terbelah disebelah kiri, dan lengan bajunya sudah koyak. Ia berlarian meminta tolong.

Saat itu, Cleo, gadis remaja yang sedang tumbuh menjadi bunga mekar pergi kesekolah bersama Anggara, kakak angkatnya. Ia sudah memasuki SMA saat usianya tiga belas tahun, akibat didikan keras ayah angkatnya. Ia tak menyadari Anggara bersikap aneh padanya. Saat itu Anggara berumur tujuh belas tahun dan ditahun ketiga.

Saat pulang Anggara memintanya untuk ditemani, mampi sebentar kerumah temannya. Ia ingat jelas rumah mewah dibelakang gedung kosong tak terpakai. Anggara memberinya minum, dan tanpa waspada ia meminumnya. Matanya berkunang-kunang dan badannya lemas seketika.

Ia hanya bisa melihat Anggara menggendongnya keluar mobil memasuki rumah temannya, yang ternyata mereka berpesta seks. Ia ingin meronta, matanya bahkan sudah meneteskan air mata namun, ia benar-benar tak bisa bergerak.

Cleo kecil dibaringkan di atas kasur, dilihatnya Anggara melepas baju seragamnya dan menaiki dirinya. Efek obat yang sudah habis membuat Cleo dapat menggerakkan tangannya.

Plakk! Cleo menampar pipi kakaknya, ia mendorong kakaknya dengan kuat.

"Kak sadar kak! Aku Cleo adik kakak!" Cleo bangkit dengan sempoyongan.

"Persetan dengan hal itu, kamu terlalu cantik untuk tidak disentuh." Anggara mencoba menangkapnya.

Cleo melemparkan apa saja yang ada didalam ruangan itu. Ia benar-benar merasakan pusing menderanya, ia sudah terkurung didalam kungkungan Anggara. Tak segan Anggara menjambaknya bahkan membenturkan kepalanya ketembok. Anggara menyeretnya dan melemparnya kembali kekasur.

Cleo terisak melihat sikap kakaknya, "Gue akan tanggung jawab Cleo, asal lo nurut sama gue." Ucap Anggara.

Cleo hanya bisa menangis ketakutan, bibirnya bergetar hebat saat Anggara berusaha membuka paksa seragamnya. Cleo tak tinggal diam, tangannya meraih benda pipih disamping ranjang. Ia mencoba melukai tangan Anggara yang berujung sayatan pada tangannya juga.

"Please kak, lepasin aku! Papa sama mama akan marah kalau tau! Sadar kak!" Cleo masih mencoba menyadarkan kakaknya, namun Anggara sudah tertutup hasratnya pada Cleo.

Anggara marah besar, ditamparnya pipi mulus adik angkatnya berkali-kali sampai kepala Cleo ikut berpaling. Rasa nyeri menjalar sampai telinganya berdenging hebat. Cleo berusaha melepaskan diri, Anggara menciumnya secara paksa, tangannya sudah bermain didadanya bahkan tangannya memaksa bermain dipusat dirinya, namun ia terus menendang kakaknya secara brutal, yang tersungkur akibat selangkangannya terkena sasaran. Cleo segera bangkit keluar dan menutup pintu ruangan kakaknya. Ia berlari melewati pintu yang entah menuju kemana. Ia hanya terus berlari sampai kakinya terluka banyak dan roknya tersangkut. Ia berjongkok ke dibelakang gedung, menutupi mulutnya agar tak bersuara saat terdengar langkah kaki berderap.

Cleo kecil merasakan lelah mendera, ia berusaha bertahan sampai tidak terdengar suara umpatan dan langkah kaki orang yang mencarinya. Ia keluar dan berjalan terus sampai berada di jalan besar. Cleo tersungkur tak sadarkan diri, dan di sana Laksa melihatnya. Gadis kecil yang tiba-tiba pingsan dipnggir jalan. Ia menepikan mobilnya dan menggotong Cleo segera, tak dipikirkannya dimana alamat gadis itu. Ia hanya berusaha untuk membawanya ke rumah sakit.