Jupiter keluar tak lama setelah wanita yang dipakai oleh Rei keluar dalam keadaan kacau. Ia lalu memberi kode pada dua orang pegawainya untuk mencegah wanita itu keluar klub dalam keadaan seperti itu. Wanita bernama Drew itu pun baru dibawa masuk ke sebuah ruangan untuk diganti pakaiannya dan diberikan minuman atau makanan. Ia dilayani dengan baik sebelum Jupiter masuk ke dalam ruangan itu.
Salah satu anak buahnya lantas berbisik pada Jupiter tentang identitas wanita itu. Jupiter mengangguk dan berjalan lalu berdiri di depan wanita tersebut sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.
"Namamu Drew?" Wanita itu mengangguk sambil memandang Jupiter tanpa tersenyum.
"Klub akan memberikan padamu pelayanan kelas satu sebagai kompensasi ... " wanita itu langsung berdiri dengan raut kesal dan menantang Jupiter yang belum selesai berbicara.
"Apa dia temanmu? Dia itu gila!" balas Drew dengan nada marah. Jupiter langsung memasang wajah dingin dan makin mendekat.
"Jika kamu bicara satu kata saja di luar sana, aku akan menelanjangimu dan mengirim video pornomu ke titshard.com. Aku yakin kamu tahu situs apa itu, Nona Freidman!" ujar Jupiter mengancam dengan membawa nama keluarga Drew. Drew diam dan menelan ludahnya. Ia mulai tercekat dengan tenggorokan yang tiba-tiba kering.
"Aku bukan pria penyayang ... sama sekali. Jadi terima saja bayaranmu dan tutup mulutmu, sebelum aku melaporkanmu pada salah satu ... penjagamu oh, kalian menyebutnya ... Daddy?" Jupiter sedikit menyeringai lalu mundur dan mengambil ponselnya. Ia lalu menyodorkan pada Drew.
"Masukkan akunmu, aku akan mengirimkan uangnya!" sambung Jupiter lagi. Drew pun mengambil ponsel dan mengetikkan beberapa kombinasi nomor lalu menyerahkan lagi pada Jupiter. Jupiter hanya menyelesaikan beberapa hal dan memperlihatkan bukti pengiriman.
"Aku rasa 5000 dolar cukup untuk adegan panas tadi, bukan? Hanya satu jam?" ucapnya lagi sambil melirik pada jam tangan mahal miliknya dengan sikap angkuh. Drew lalu duduk lagi dan melipat kakinya dengan sikap angkuh yang tak jauh berbeda.
"Aku mau makan malam!" ucap Drew singkat. Jupiter mengangguk dan menjentikkan jarinya pada pelayan yang menunggu di dekat pintu. Pelayan itu mengangguk pada perintah Jupiter.
"Layani Nona Freidman dengan baik, dia tamu spesial malam ini!" perintah Jupiter lalu menoleh pada Drew yang memamerkan pahanya di depan Jupiter. Jupiter sempat menyeringai nakal dan berbalik pergi dari ruangan itu. Ternyata di luar, Ares tak berhasil bicara dengan Rei. Rei memilih pulang daripada meneruskan bersenang-senang.
Daripada pulang ke apartemen mewahnya, Rei memilih pulang ke rumah orang tuanya. Entah mengapa ia ingin bertemu dengan Venus. Rei perlu bicara pada satu-satunya wanita yang mau mendengarkan dirinya yaitu adik pertamanya, Venus Harristian.
Namun ketika Rei tiba di ruang tengah, ia malah melihat kedua orang tuanya tengah bicara. Tapi masalahnya, Ayahnya Arjoona separuh menangis. Rei terpaksa berhenti untuk menguping. Ia menyandarkan punggung pada pintu kaca yang menghubungkan ruang tamu dan tengah.
"Kamu bilang kamu akan ngasih aku kesempatan, Princess. Aku ingin pulang, aku ingin sama kamu lagi!" ujar Arjoona dengan suara bergetar. Claire tampak memegang kepala dengan kedua tangannya tak ingin berhadapan dengan suaminya.
"Kenapa kamu masih pergi sama laki-laki itu, aku suami kamu, Claire!" tambah Joona lagi. Claire mendengus dan mengangkat kepalanya. Ia juga menangis karena cinta Arjoona terus menerus menyakitinya.
"Joona, kita udah saling menyakiti terlalu lama. Aku udah gak tahan lagi. Kenapa kita gak akhiri saja semua ini!" Arjoona langsung berlutut di dekat lutut Claire yang kemudian menutup wajahnya.
"Tolong jangan tinggalin aku!" pinta Arjoona mencoba menggenggam tangan Claire kembali. Claire malah membuang muka dan makin terisak.
"Claire, aku benar-benar cinta sama kamu," sambung Arjoona makin memohon.
"Udahlah, Joona. Aku capek ..."
"Please, Sayang. Aku sedang berubah jadi lebih baik, aku udah gak minum lagi!"
"Ini bukan cuma soal ketergantungan kamu sama alkohol. Tapi kamu udah nyakitin aku berkali-kali. Kamu udah ninggalin aku bertahun-tahun!" sahut Claire separauh memekik dengan marah dan Arjoona pun mengangguk.
"Aku tahu. Aku membuang kamu karena rasa bersalahku sama James dan Shawn. Tapi kamu harus tau, Sayang. Aku uda berubah, aku gak seperti itu lagi." Claire malah menangis dengan lebih keras dan Arjoona lantas memeluknya. Joona paham jika perjuangannya mendapatkan Claire kali ini jauh lebih sulit. Ia sudah mengabaikan istrinya nyaris 8 tahun dan itu tak akan bisa dimaafkan.
"Maafkan aku, aku mohon kasih aku kesempatan sekali lagi!" pinta Arjoona sambil bergumam dan terus memeluk Claire. Claire hanya bisa terus menangis dan tak punya tenaga untuk terus bertengkar dengan Joona.
Rei yang mengintip dari balik pintu hampir meneteskan air matanya. Keluarganya dulu adalah keluarga yang bahagia. Ia punya orang tua lengkap dengan dua adik perempuan yang cantik dan lucu. Tapi semua seperti kilat terjadi. Badai itu datang dan merengut ayah mereka yang memilih meninggalkan rumah dan keluarganya.
"Aku hanya menghabiskan masa tuaku bersamamu. Bukankah itu cita-cita yang terus aku ucapkan sama kamu saat kita berdansa di rumah gudang dulu? Aku sangat mencintai kamu, Claire. Aku mohon, jangan pergi. Aku benar-benar akan mati jika kamu pergi. Kamu keluargaku, Sayang. Kamu hidupku!" gumam Arjoona makin meneteskan air matanya. Claire makin menangis lebih keras dan meremas sisi kemeja Joona yang tengah memeluknya.
Rei tak mau menguping lagi, ia berbalik dan menelusuri koridor dan naik ke lantai atas. Langkahnya membawa dirinya ke kamar Venus. Mungkin Venus belum pulang, Rei tak masalah. Ia bisa saja beristirahat sebentar.
Rei pun mengetuk pintu dan pintu kamar itu terbuka tak berapa lama kemudian. Venus sedikit mengintip lalu tersenyum melihat kakaknya, Rei yang datang.
"Kamu uda tidur ya?" tanya Rei dengan wajah kusut masih berdiri di depan pintu.
"Belum, Kak. Aku lagi baca buku, ayo masuk!" Venus menarik Kakaknya Rei masuk ke dalam kamarnya sebelum ia menutup dan mengunci pintunya lagi. Rei menghela napas dan berjalan ke arah ranjang milik Venus lalu duduk bersandar dengan kedua kaki menjulur terlipat ke depan. Venus pun naik ke ranjang yang sama dan duduk di sebelah Rei.
"Tumben Kakak datang. Uda ketemu Mommy?" Rei sedikit menaikkan ujung bibirnya tersenyum dan mengangguk. Ia berbohong agar Venus tak bertanya lebih lanjut.
"Kenapa Kak Rei kok kusut banget, lagi ada masalah ya?" tanya Venus dengan lembut sambil memegang lengannya. Rei menelan ludahnya dan menoleh pada adiknya yang cantik.
"Kakak mau ngomong sama kamu, boleh kan?" Venus menyengir dan mengangguk tanpa ragu.
"Boleh, kita uda lama gak ngobrol dan aku udah lama gak dengar curhatan Kak Rei." Rei tergelak kecil dan mengangguk lagi.
"Maaf ya, Sayang. Kak Rei sibuk banget belakangan ini. Banyak masalah," gumam Rei lalu menunduk. Venus yang sudah mendengar gosip-gosip miring tentang kakaknya selama beberapa minggu ini lantas mengelus pundaknya. Ia berharap bisa sedikit melegakan beban di pundak Rei yang makin berat.
"Cerita Kak, aku pasti dengerin," balas Venus lalu menggenggam tangan Rei. Rei mengangguk dan air matanya jatuh.
"Ven, Kakak rasa Kakak udah memperkosa seorang perempuan."