Jayden membisikkan nasehat terbaiknya pada Rei untuk membalas dengan cara yang elegan termasuk pada seorang wanita. Dan Rei terdiam setelah Jayden pergi untuk berpikir hal apa yang bisa ia lakukan untuk membalikkan keadaan.
"Biarkan saja, masalah seperti ini akan mereda nantinya," tukas Aldrich beberapa saat kemudian. Jupiter mendengus tersenyum dan menepuk pundak Rei.
"Aldrich benar, kadang bukan menyerah namanya. Tapi menarik diri untuk membalas lebih menyakitkan. Wanita itu pasti memiliki rahasia untuk merusak reputasinya. Kita bisa mencari ..."
"Tidak usah, Pit. Aku tahu semua hal tentang dia. Termasuk rahasia terburuknya." Jupiter menaikkan kedua alisnya bersamaan dan mengangguk.
"Ya sudah, lepaskan saja ke publik," sahut Jupiter kemudian. Rei terdiam dan masih terlihat berpikir.
"Aku bisa mengaturnya," tawar Aldrich lagi. Jupiter menoleh ke arahnya dan tersenyum mengangguk.
"Aku berpikir hal lain ..." gumam Rei tak lama kemudian.
"Soal apa?" Rei menoleh pada Jupiter lalu pada Aldrich bergantian.
"Jika aku menemukan gadis itu, dia bisa mengaku pada publik jika kami tengah bersama dan sekarang dia hamil, aku rasa bukan ide buruk membuat konferensi pers tentang itu." Jupiter dan Aldrich saling berpandangan dan mengernyit lalu menoleh pada Rei lagi.
"Tunggu dulu, kamu benar-benar tidur dengan seorang gadis dan dia hamil?" tanya Aldrich masih belum mengerti.
"Bagian dia tidur dengan seorang gadis itu benar, tapi bagian hamilnya ... aku rasa tidak. Rei hanya mengarang. Kami bahkan belum bisa menemukan gadis itu sekarang!" jelas Jupiter pada Aldrich lagi. Tapi Aldrich makin mengernyitkan keningnya.
"Sepertinya banyak yang aku lewatkan selama aku pergi!" celetuk Aldrich dan Jupiter tergelak mendengarnya. Jupiter pun mendekat lalu menceritakan semua yang terjadi pada Rei sewaktu ia di Boston dan belakangan setelahnya. Aldrich sempat terkekeh dan mengangguk sepanjang ia mendengarkan.
"Aku mengerti sekarang. Gadis itu bisa menjadi kotak pandoramu, Rei!" sahut Aldrich setelah mendengar cerita tersebut.
"Aku benci jika kamu mulai memberikan istilah sejarahmu, Aldrich!" balas Rei cepat. Aldrich terkekeh kecil dan mengangguk.
"Apa yang dia lakukan apakah bisa berdampak pada konsekuensi hukum?" tanya Jupiter. Aldrich mengatupkan bibirnya dan mengangguk.
"Hanya jika dia menuntut dan melaporkannya ke polisi, itu bisa dikategorikan pelecehan seksual tapi jika tak cukup bukti maka tidak ada yang bisa dilakukan, Rei bisa lolos dengan mudah. Apa ada laporan polisi sejauh ini?" tanya Aldrich kemudian. Jupiter dan Rei menggelengkan kepalanya.
"Selamat, gadis itu baru saja menyelamatkan reputasimu dari masuk penjara!" Aldrich mengangkat gelas wine nya separuh menyindir Rei. Jupiter terkekeh lagi dan Aldrich minum winenya dengan tenang.
"Apa jika aku meminta dia mengaku di depan publik bahwa kami berpacaran dan sekarang dia hamil, semuanya akan mereda?" tanya Rei pada Aldrich. Aldrich mengangguk dengan wajah yang lebih serius.
"Tapi masalahnya, dimana menemukan gadis itu? Kita bisa saja mengajukan penawaran yang menggiurkan untuknya, mungkin semacam pernikahan kontrak."
"Apa itu legal?" tanya Jupiter makin tertarik.
"Kita bisa samarkan dengan perjanjian pra nikah. Tidak masalah, asal perjanjian yang sebenarnya adalah antara Rei dan gadis itu dipegang oleh Rei. Siapa namanya?" tanya Aldrich mengarahkan pandangannya pada Rei.
"Aku tidak tahu!" sahutnya sarkas. Aldrich mengedikkan bahunya tanda tak bisa membantu lagi.
"Wow, sangat membantu!" sindir Aldrich kemudian. Rei makin meremas rambutnya. Jalan keluar ada di depannya tapi buntu.
"Aku butuh Ares untuk mencari gadis itu lebih cepat!" ujar Rei lagi.
"Tapi masalahnya kita tidak tahu gadis itu berasal dari negara bagian mana. Kamu tidak mungkin mencarinya di seluruh US, kamu tidak akan pernah menemukannya," sahut Jupiter lagi dengan nada sedikit tinggi. Ia sampai melipat kedua lengan di dadanya menyamping pada Rei.
"Lalu apa yang harus aku lakukan?" tukas Rei mulai kesal.
"Untuk sementara, lakukan pengalihan isu sementara kita melepaskan satu persatu gosip soal Christina," jawab Aldrich lagi. Rei memandang Aldrich begitu pula dengan Jupiter.
"Itu bukan ide jelek, kita bisa membangun pelindung. Mungkin untuk sementara label gay akan tetap melekat padamu tapi orang tidak akan terlalu fokus lagi karena sudah ada hal lain yang lebih menarik," jelas Jupiter menimpali Aldrich. Rei mengangguk perlahan dan ia mulai tenang memikirkan.
"Aku tahu Tritone punya masalah keuangan, mereka punya utang yang harus ditutupi. Aku yakin sebentar lagi mereka akan menjual saham dan aku bisa membeli ... dengan nama lain." Jupiter dan Aldrich tersenyum dan mengangguk.
"Tapi Ald, aku tetap butuh bantuanmu untuk membuat surat perjanjian pranikah antara aku dan gadis itu. Sebarkan ke media seolah surat itu bocor, semua orang akan tahu jika aku sudah menikah dan rumor gay itu bisa perlahan pudar, bukan begitu?" Rei mendekat memberikan usulannya. Aldrich menarik napasnya dan menoleh pada kedua temannya.
"Kamu memintaku membuat surat palsu?" Rei menaikkan kedua alisnya tanpa menjawab.
"Dengan satu syarat, temukan gadis itu secepatnya. Publik tidak bisa terus menerus percaya bahwa kamu menikah tapi kamu tidak pernah menunjukkan pasanganmu." Rei mengangguk setuju.
"Apa lisensi pengacaramu tak apa?" tanya Jupiter kemudian. Aldrich mengedikkan bahunya.
"Aku bisa mengatasinya asal NYU tidak tahu, masalahnya proses pengukuhan gelar profesor ku sedang berlangsung," jelas Aldrich menjelaskan situasinya.
"Aku rasa itu cukup riskan. Pit, kamu saja yang melakukannya kalau begitu!" tunjuk Rei pada Jupiter. Aldrich melirik pada Jupiter dan mengangguk.
"Aku akan memberikan semua yang kamu butuhkan, kamu hanya tinggal membuat dan menyebarkannya," ucap Aldrich itu lagi.
"Aku akan tetap membantumu, Rei. Kami berdua yang akan melakukannya. Tugasmu adalah menemukan gadis itu secepatnya," sambung Aldrich lagi dan Rei pun mengangguk setuju.
"Jika aku membuat surat perjanjian pranikah aku butuh nama seseorang, sekalipun itu palsu aku tidak mungkin hanya memberi inisial kan?" sahut Aldrich masih santai dengan wine-nya. Jupiter mengangguk lalu menoleh pada Rei yang tengah menatap lemari minuman dengan serius.
"Hei, kita butuh nama!" tukas Jupiter menepuk lengan Rei lagi. Rei mengangguk dan menoleh pada dua temannya itu.
"Jewel Belgenza!" jawab Rei cepat. Aldrich langsung tersedak dan nyaris menyemburkan wine yang sedang ia minum. Sedangkan, Jupiter terperangah dan membuka mulutnya. Tapi Rei malah tersenyum dengan yakin.
"Tulis nama Jewel Belgenza sebagai pasanganku di perjanjian pranikah itu!"
CRAWFORD
Angelica menggenggam tangan Honey lagi mencoba membujuknya agar ia mau memberitahukan ayah atau adiknya, Axel tentang kehamilannya. Tapi Honey masih tetap menolak.
"Honey, kamu tidak bisa menyembunyikan selamanya tentang kehamilanmu. Kamu harus ke dokter dan memeriksakan kandungan. Lagi pula perutmu akan membesar nantinya. Bagaimana kamu bisa menyembunyikannya?" ucap Angelica sambil duduk di beranda rumah Honey sembari membujuknya. Honey masih sangat bersedih dan menggelengkan kepalanya.
"Mereka akan marah dan kecewa padaku," ucap Honey dengan lirih. Angelica terus menggelengkan kepala meyakinkan Honey bahwa orang tuanya tak seperti itu.
"Kamu tahu Ayahmu kan? Dia adalah pria paling lembut penuh kasih sayang yang pernah aku kenal dalam hidupku, tidak akan mungkin dia marah padamu!" Honey masih menggelengkan kepala dan menutup wajahnya dengan kedua tangan makin frustrasi.
"Aku tidak ingin membuat dia kecewa."
"Aku yakin dia akan mengerti, mungkin dia bisa mencarikan solusinya untukmu. Honey, kita butuh bantuan. Kamu tidak berpikir untuk menggugurkan bayimu kan?" Honey menundukkan kepala dan memegang perutnya. Sekilas ia sempat berpikir seperti itu sebelumnya. Tapi sekarang ia merasa akan menjadi seorang pembunuh jika melakukannya. Belum lagi ia tak memiliki keberanian untuk menggugurkan kandungannya.
"Honey, percayalah padaku, bicara pada Ayahmu. Oke ... jika kamu merahasiakannya maka hal lebih buruk bisa saja terjadi!" sambung Angelica lagi dengan rasa cemas. Belum sempat Honey menjawab, terdengar bunyi suara mobil lantas masuk dan parkir di jalan depan rumahnya. Honey dan Angelica sama-sama berdiri untuk melihat siapa yang datang.
"Josh?" gumam Honey melihat Josh Hartlin datang dengan senyuman dan membawa sebuah buket bunga yang indah.