Dari jauh, Salsha melihat jika Farel sedang mengajari Bella bermain basket. Sesekali terdengar suara tawa bahaga dari Bella dan Farel. Salsha jelas tidak suka. Ia tidak suka jika Bella bisa merasakan kebahagiaan. Apalagi kebahagiaan itu karena Farel, orang yang ia cintai.
Salsha meremas botol mineral yang di pegangnya. Salsha tak akan tinggal diam. ia akan merusak kebahagiaan itu.
Salsha berlari kecil menghampiri Farel dan Bella. Salsha tersenyum kecil menyapa Farel. "Haii, Rel."
Bella dan Farel menghentikan kegiatannya dan menatap Salsha datar. Farel menyeka keringat yang bercucuran di dahinya.
"Lo ngapain kesini?"
"Mau ketemu sama kamu." Salsha tersenyum. "Aku bawain roti sama minum buat kamu. Kamu pasti capek 'kan?"
"Nggak perlu. Gue udah bawain makanan sama minuman buat Farel." Bella membantah ucapan Salsha.
"Gue nggak ngomong sama lo!" ketus Salsha sembari menatap kagum Farel. "Kamu sampe keringatan gitu, pasti capek, ya."
Salsha ingin menyeka keringat Farel, tetapi lelaki itu langsung menghindar. "Nggak usah."
Bella yang tau kalah lagi dengan Salsha pun mengambil minum dari pinggir lapangan dan menyerahkannya ke depan Farel. "Rel, minum dulu."
"Lo nggak lihat gue udah bawain minum sama Farel," tegas Salsha sembari menatap tajam Bella.
Bella tak menanggapi ucapan Salsha dan malah menyodorkannya ke tangan Farel. Disaat Farel ingin mengambil air mineral dari tangan Bella, Salsha segera menepisnya membuat air mineral itu jatuh ke tanah.
"Upsss, sengaja," ledek Salsha.
Bella mencoba mengontrol emosinya meskipun sikap Salsha sudah keterlaluan. Bella tak ingin mereka berantem di lapangan ini dan di saksikan banyak orang.
"Lo kenapa sih ganggu mulu," kata Bella tak tahan.
"Yang ganggu itu, elo. Nggak sadar diri banget," sinis Salsha.
"Gue yang lebih dulu disini sama Farel. Tapi kenapa lo datang dan gangguin kita. Lo bahkan sampe buang minuman yang mau gue kasih ke Farel. Nggak punya sopan banget." Bella kehilangan kendalinya. Ia sudah cukup sabar menghadapi tingkah kekanakan Salsha.
"Sopan lo bilang?" Salsha tak terima. "Yang nggak punya sopan itu elo, lo yang datang ngacauin hubungan gue dan Farel. Lo itu pengacau!" Salsha menunjuk Bella dengan jarinya.
"Gue nggak seperti yang lo bilang, Sha," balas Bella. "Gue nggak pernah ngacauin hubungan lo sama Farel. Farel nggak pernah cinta sama lo. Cuma lo yang terlalu over ngejar-ngejar Farel."
Bella dan Salsha semakin adu mulut. Tetapi orang yang di sebut-sebut hanya menikmati pemandangan di depannya tanpa berniat ikut campur atau menengahinya.
Salsha mengepalkan tangannya mendengar ucapan Bella. Bella sudah berani mengatainya. Bella kurang ajar. Tak mampu membendung emosinya, Salsha ingin melayangkan satu tamparan ke pipi Bella tetapi di cegah oleh Aldi yang baru saja datang dengan Dinda.
Aldi menahan tangan Salsha yang hampir menampar Bella. Salsha menatap tajam Aldi. "Lo ngapain lagi ikut campur?"
"Guue nggak suka kekerasan apalagi di sekolah kayak gini," kata Aldi datar. Aldi menatap Salsha dan Bella bergantian. "Kalian nggak bisa sekali aja nggak berantem kayak gini?"
"Dia duluan yang mulai," adu Bella kepada Aldi.
"Tukang ngadu," cibir Salsha. Salsha menatap Aldi. "Kalo gitu lo kasih tau sama teman lo ini biar nggak gangguin gue sama Farel."
"Gue nggak gangguin lo. Gue yang lebih dulu sama Farel disini," kata Bella menjelaskan.
"Tapi lo udah deketin Farel dan bikin gue ngejauh dari dia." Salsha tak mau kalah.
"Stop!" ujar Aldi tegas. "Din mending lo bawa Salsha dari sini."
Dinda mengangguk. Ia menarik tangan Salsha tetapi Salsha menolaknya. "Ayo, Sha."
"Gue nggak mau." Salsha bersikeras. "Gue masih mau sama Farel disini. Dia aja yang lo suruh pergi dari sini."
"Lo nggak malu ya ngejar-ngejar orang yang nggak suka sama lo bahkan terang-terangan ngejar cewek lain," komentar Aldi pedas. Sesekali Salsha memang harus di kerasin agar bisa mengerti. "Jadi cewek punya malu dikit kenapa, sih."
"Lo diam!" Salsha menunjuk Aldi dengan jarinya. "Lo itu cuma pendatang baru disini. Lo nggak tau apa-apa. Lo pasti belain dia karena dia teman lo!"
Farel jengah. Harusnya terjadi baku hantam antara Bella dan Salsha tetapi karena Aldi datang semuanya bubar.
"Mending gue aja yang cabut daripada kalian makin berantem kayak gini." Farel mengambil bola yang tergeletak di tanah dan melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu.
Aldi menatap punggung Farel yang semakin menjauh. Aldi merasa heran dengan sikap Farel. Lelaki itu tidak ada membantu atau menengahi pertengkaran yang terjadi padahal ini semua terjadi juga karena Farel. Aldi jadi merasa ada sesuatyu yang aneh dari Farel. Seperti lelaki itu bukan lelaki yang baik.
"Farel udah pergi, lo nggak ada niatan ngejar Farel?" sindir Aldi.
Salsha menghentakkan kakinya kesal dan menarik tangan Dinda untuk pergi dari sana. Meninggalkan Bella dan Aldi berdua disana.
"Gue kelepasan," keluh Bella. "Harusnya gue bisa lebih dewasa dan nggak kepancing kayak tadi."
Aldi beralih menatap Bella. "Gue ngerasa ada yang aneh dari Farel."
Bella mengernyitkan keningnya. "Aneh gimana?"
"Aneh aja," kata Aldi. "Lo sama Salsha hampir berantem. Tapi dia cuma diam aja nggak akan ada ngelakuin apapun. Gue rasa Farel bukan orang yang baik."
Bella terkekeh mendengar ucapan Aldi. "Lo kenapa mendadak jadi peramal gini?"
"Gue ngerasa kalo Farel itu bukan cowok yang baik buat lo. farel bukan cowok baik-baik." Ntah mengapa Aldi merasa seperti itu. Farel cuma memanfaatkan situasi. Tapi untuk apa, Aldi belum tau.
"Lo nggak usah sok tau gitu, deh." Bella tak percaya dengan ucapan Aldi. "Mungkin aja tadi Farel capek makanya dia diam aja. Lagipula yang salah kan gue sama Salsha."
Aldi memijat pelipisnya. "Gue cowok, gue tau mana cowok yang baik dan mana cowok yang nggak baik buat lo."
Bella hanya tertawa kecil menanggapi ucapan Aldi itu. Bella menepuk pundak Aldi. "Gue tau lo perhatian sama gue karena gue teman lo. Tapi gue lebih kenal gimana Farel daripada lo. Lagian lo juga kan yang nyuruh gue buat ngerespon Farel. Kenapa sekarang malah lo kayak nggak suka gue sama Farel."
"Udah ya, gue mau toilet dulu bersih-bersih." Bella pun pergi meninggalkan Aldi.
"Kenapa pikiran gue aneh gini sih," kata Aldi kepada dirinya sendiri. "Tapi gue bakal tetap jagain Bella biar dia nggak di jahatin sama Farel."
*****
"Gue senang bangettt."
Salsha menatap Dinda sinis dan melangkahkan kakinya makin cepat. Salsha masih kesal dengan apa yang menimpanya tadi. Harusnya Aldi tidak datang, agar Salsha bisa menyumpal mulut Bella dengan sepatunya.
"Senang karna gue di bully tadi?" sinis Salsha.
"Nggak dong Salsha, sayang," kata Dinda. "Gue nggak mungkin bahagia di atas penderitaan lo kayak gini."
"Trus lo senang kenapa?" Salsha masuk ke dalam kelas dan duduk di bangkunya. Hatinya masih terasa panas.
Dinda mengikuti Salsha dan duduk di samping gadis itu. "Gue senang karena berhasil ngejahilin Aldi sama pacarnya."
Salsha menatap Dinda dengan kening berkerut. "Ngejahilin gimana maksud lo?"
Dengan bangganya Dinda menjelaskan. "Tadi pas Aldi lagi telfonan sama pacarnya, gue datang. Gue bilang aja makasih karena Aldi udah nganterin gue pulang. Ehh langsung di matiin sama pacar Aldi. Kalo gitu kan gue jadi berhasil."
Salsha tertawa menertawai Dinda dengan tawa mengejek. "Hahaha, lo lucu!"
"Iya dong, jelas." Dinda membanggakan diri.
"Nggak ada orang yang lebih lucu dari lo," maki Salsha. "Lo nggak ngebolehin gue ganggu Bella dan Farel padahal mereka pacaran pun nggak. Sementara lo ganggu Aldi sama pacarnya. Sumpah yaa, lo lucu banget."
"Ya kan gue suka sama Aldi." Dinda membela diri. "Wajar dong gue kayak gitu."
Salsha menggeleng-gelengkan wajahnya prihatin melihat Dinda. "Ya wajar. Yang nggak wajar itu lo nyuruh gue buat mundur sementara lo maju terus. Emang ya orang itu pintar nasehatin orang lain tapi nggak bisa nasehatin dirinya sendiri."