"Ternyata selain nyebelin, lo juga punya pikiran yang dewasa, ya."
Salsha dan Aldi sedang berjalan beriringan di koridor menuju kelas. Suatu pemandangan yang langka tentunya karena selama Aldi bersekolah disini, mereka berdua tampak tidak akur dan tidak pernah berjalan beriringan seperti ini.
"Oh, jelass." Aldi membanggakan dirinya. "Nyebelin cuma kamuflase aja. Aslinya gue bijak dan dewasa banget."
"Bacot," ledek Salsha sembari terkekeh pelan. Salsha melirik Aldi sekilas. Ia tak menyangka akan bisa sedekat ini dengan Aldi. Padahal sebelumnya Salsha bahkan mengutuk kehadiran lelaki itu.
Keduanya semakin dekat menuju kelas. Di depan kelas ada Farel dan Bella yang sedang berbicara. Sepertinya Farel mengantar Bella sampai ke kelasnya.
"Ada Farel di depan. Mending lo nunduk atau pura-pura nggak lihat aja. Daripada lo lemah lagi dan nangis di depan mereka," peringat Aldi.
Bukannya mendengarkan ucapan Aldi, Salsha malah sengaja menatap Farel dan Bella. Salsha tak ingin menghindari masalah. Meskipun sakit, Salsha harus tetap menghadapinya.
"Lo tenang aja, gue nggak bakal nangis lagi," kata Salsha. "Farel doang nggak bakal bikin gue nangis."
"Jadi tadi yang nangis di rooftop bukan lo, ya? Apa kembaran lo?" ledek Aldi.
Salsha mencubit lengan lelaki itu. "Nyebelin lo."
Salsha menatap Bella dan Farel sekilas kemudian melangkah masuk kedalam kelas. Aldi mengikuti langkah Salsha tetapi langkahnya terhenti kala Bella memanggilnya.
"Aldi, bisa bicara bentar aja?" tanya Bella.
Aldi menatap Bella dan Farel dengan wajah datarnya kemudian mengangguk pelan. "Panggil aja ke dalam kalo lo mau bicara."
Bella mengangguk paham. Aldi pun segera masuk ke dalam kelas. Sementara itu Bella menatap Farel dengan senyum manisnya.
"Yaudah, kamu balik aja ke kelas."
"Kamu mau ngomong apa sama Aldi?" tany Farel penasaran.
"Ada deh, penting." Bella tak ingin memberitahu Farel. Lagipula Farel tidak akan hubungannya dengan apa yang ingin ia bicarakan ini.
"Yaudah, kalo gitu aku balik ke kelas dulu, ya," kata Farel. "Nanti pulang sekolah kita ketemu di parkiran. See you, cantikku."
"See you, Rel," jawab Bella dengan senyum manisnya.
Farel melambaikan tangannya dan pergi dari hadapan Bella. Selepas kepergian Farel, Bella menghela nafasnya. Kini saatnya Bella bertanya kepada Aldi tentang apa sebenarnya hubungan Aldi dan Salsha. Bella ingin mengakhiri rasa penasarannya itu.
Bella masuk ke dalam kelas. Bertatapan dengan Salsha yang menatapnya dengan sorot tajam dan penuh kebencian. Tak ingin mencari perkara dengan Salsha saat ini, Bella memutuskan kontak mata mereka dan menuju bangku Aldi.
"Ngomongnya di taman aja," ajak Bella pada Aldi.
"Emang gurunya nggak masuk?" tanya Aldi.
Bella menggeleng. "Lagi jamkos. Semua guru lagi rapat."
Aldi mengganggukkan kepalanya dan berdiri, mengikuti langkah Bella yang telah lebih dulu melangkah pergi.
Salsha menatap kepergian Aldi dan Bella dengan kening berkerut. Dari raut wajah Bella sepertinya gadis itu ingin mengatakan hal yang penting. Salsha penasaran tentang apa yang ingin mereka bicarakan tetapi untuk mengurusinya Salsha tak ingin.
Dinda yang berada di samping Salsha menatap gadis itu dengan sinis. Dinda melihat semuanya. Ia melihat Salsha dan Aldi masuk kedalam kelas bersamaan. Dinda tentu tidak suka. Dinda tak ingin Aldi dekat atau dimiliki oleh orang lain termasuk sahabatnya sendiri.
"Tadi lo darimana sama Aldi?" tanya Dinda dengan sinis. "Lo nggak nyoba buat ambil Aldi dari gue 'kan?"
Salsha menghela nafasnya. Ia baru saja merasa tenang dan sekarang sudah di tanya tentang hal yang tak mengenakkan seperti itu.
"Maksud lo apa?"
"Setelah lo nggak dapetin Farel, lo nggak berniat buat ngambil Aldi dari gue 'kan?" tuduh Dinda kepada Salsha.
Salsha menatap Dinda dengan tatapan tak percaya. "Lo nuduh gue ngerebut Aldi dari lo?"
"Buktinya lo datang ke kelas bareng sama Aldi. Tumben-tumbenan. Padahal lo itu benci banget sama dia."
Salsha mengeleng-gelengkan kepalanya tak percaya. Dinda bisa punya pikiran buruk seperti itu kepadanya. "Lo salah nuduh gue mau ngerebut Aldi dari lo. Gue nggak suka sama cowok modelan kayak Aldi."
"Terus kenapa lo bisa bareng sama Aldi?" cecar Dinda tak percaya.
"Tadi gue ngintipin Bella dan Farel di taman. Gue dengar kalo mereka resmi pacaran. Gue syok, gue sakit hati dan gue lari ke rooftop," jelas Salsha. "Dan ternyata Aldi juga ngelihat itu. Dia ngikutin gue ke rooftop dan nenangin gue. Gitu doang, kok."
Dinda menatap Salsha dengan tatapan menyelidik. "Lo nggak bohong kan sama gue?"
"Gue nggak suka sama Aldi!" kata Salsha kesal. Yang ia inginkan hanya Farel, bukan Aldi. "Gue capek, Din. Gue baru aja nangis dan bikin mata gue sembab. Tapi lo malah nuduh gue yang bukan-bukan. Lo teman gue bukan, sih."
Dinda menghela nafasnya. Mencoba mempercayai ucapan Salsha. Dinda juga sebenarnya yakin jika Salsha tidak mungkin menikungnya tetapi Dinda hanya ingin meluruskan saja.
"Gue minta maaf, deh. Gue cuma takut aja lo suka sama Aldi." Dinda memeluk Salsha dari samping. "Gue nggak mau saingan sama sahabat gue sendiri cuma karena cowok."
*****
Bella menatap Aldi dengan lekat-lekat. Mereka berdua tengah duduk di taman tempat Farel menembak Bella tadi. Aldi sendiri bingung kenapa Bella mengajaknya kesini. Sepertinya ada hal penting yang ingin Bella katakan kepadanya.
"Selamat ya, akhirnya lo jadian juga sama Farel," kata Aldi memecahkan keheningan. Sudah lima belas menit mereka berada disana, tetapi Bella masih diam saja.
Bella menatap Aldi dengan kening berkerut. "Lo ngintilin gue sama Farel tadi?"
"Gue nggak sengaja lewat dari taman trus ngelihat lo sama Farel. Nggk sengaja dengar juga." Nada bicara Aldi terdengar sinis.
Bella jelas merasakan ada keanehan di diri Aldi. Sepertinya lelaki itu tak suka jika Bella dan Farel berpacaran.
"Kok lo aneh, ya?" Bella mengutarakan apa yang ia rasakan. "Lo nggak suka gue pacaran sama Farel?"
Aldi menatap Bella kemudian menggeleng. "Gue bukan siapa-siapa lo, jadi gue nggak punya hak buat nggak suka sama pilihan lo."
Bella semakin merasakan ada yang aneh dari Aldi. Bella tidak menyukai sikap Aldi yang seperti ini. "Lo makin aneh tau, nggak. Jujur sama gue, lo beneran nggak suka gue pacaran sama Farel? Apa ini ada hubungannya sama Salsha?"
"Nggak ada hubungannya sama Salsha," tegas Aldi. "Gue cuma ngerasa Farel itu bukan cowok yang tepat buat lo. Dia punya niat jahat sama lo."
"Lo tau apa soal Farel?" tandas Bella mulai kesal. "Lo baru kenal sama dia tapi kenapa lo seolah-olah tau segalanya tentang dia?"
Aldi terdiam. Tuduhannya kepada Farel memang tanpa alasan. Tidak ada bukti yang kuat yang menunjukkan jika Farel adalah lelaki yang tidak baik kepada Bella. Tapi hanya dengan melihat respon cuek Farel ketika Salsha dan Bella terlibat adu mulut sudah cukup membuktikan jika lelaki itu tak baik. Insting Aldi sangat kuat.
Melihat Aldi yang hanya diam saja, Bella kembali melanjutkan ucapannya. "Lo lupa, kemaren lo yang nyuruh gue buat ngerespon Aldi. Dan ketika gue udah ngerespon dan pacaran sama dia, lo kelihatan nggak suka. Lo kayak mempermainkan gue, Ald."
Aldi menghela nafasnya. Mungkin saat ini Aldi harus mengalah. Aldi tak ingin hubungannya dan Bella renggang hanya karena masalah ini. "Gue minta maaf. Gue cuma takut di mainin sama Farel."
"Farel nggak akan mainin gue," potong Bella cepat.
"Okey, Farel nggak akan mainin lo!" Aldi mengalah. "Tapi gue akan terus jagain lo, Bel. Gue nggak mau lo sakit hati. Gue udah nganggap lo kayak adik gue sendiri."
Perlahan senyuman di bibir Bella mulai mengembang. Jika begini, tak ada lagi hal yang perlu Bella pikirkan. Hubungannya dan Aldi kembali membaik.
Aldi menatap Bella dengan kening berkerut. Aldi bahkan lupa menanyakan Bella perihal apa yang ingin gadis itu tanyakan kepadanya.
"Bella, lo mau ngomong apa sama gue?" tanya Aldi.
Bella memasang wajah serius. Menatap Aldi dengan tatapan penuh intimidasi. Dengan satu tarikan nafas, Bella bertanya. "Lo ada hubungan apa sama Salsha?"