Bella mencari keberadaan Salsha tapi tak kunjung ia temukan. Bella sudah mencari Salsha ke kelas, taman sekolah, toilet, tapi Bella sama sekali tidak menemukan gadis itu.
Bella berjalan santai di koridor sembari matanya menatap ke segala arah. Bella tak akan bisa tenang sebelum ia bisa berbicara kepada Salsha. Mata Bella tak sengaja melihat Salsha sedang duduk sendirian di depan ruang musik dengan menikmati sebungkus es jeruk di tangannya. Tanpa berpikir dua kali lagi, Bella segera melangkahkan kakinya untuk menemui Salsha.
"Sha!" panggi Bella dengan nada emosi. Kali ini Bella tidak akan mau mengalah lagi. Sudah cukup selama ini ia selalu diam dan mengalah.
Salsha menatap Bella tanpa minat. Ia melempar bungkus es jeruknya ke sembarang arah dan berdiri. Balas menatap Bella dengan sinis.
"Kenapa lo nyariin gue?"
Bella mengepalkan tangannya. Dengan emosi yang menggebu, Bella melayangkan tamparan keras ke pipi Salsha. Baru kali ini Bella bisa berbuat kurang ajar kepada Salsha. Itupun karena gadis itu tidak bisa bekerja sama dengannya.
Salsha mengusap pipinya dan terasa sakit. Tentu saja Salsha kaget karena tiba-tiba Bella menamparnya tanpa sebab.
"Lo ngapain nampar gue, anjing!"
Bella menaikkan sebelah sudut bibirnya. Tak peduli jika mereka sekarang tengah berada di sekolah dan di saksikan oleh banyak murid. Yang terpenting Bella bisa mengeluarkan uneg-unegnya kepada Salsha.
"Lo nggak sadar salah lo apa?" tanya Bella sarkastik.
"Salah gue? Salah gue apaan, anjing! Gue bahkan nggak ngapain-ngapain lo!" maki Salsha. Ia tak terima di tampar begitu saja oleh Bella.
"Lo emang cewek yang nggak punya harga diri, ya!" komentar Bella pedas. "Farel itu udah jadi milik gue, nggak seharusnya lo masih keganjenan sama dia!"
"Siapa yang keganjenan sama cowok lo, hah?" tanya Salsha dengan suara mengeras. "Lo kayak orang gila, ya datang-datang main nuduh gue gitu aja."
"Lo pikir gue nggak tahu kalo lo ngasih makanan sama Farel. Lo masakin dia nasi goreng. Bisa masak lo? Lo kan nggak bisa apa-apa selain caper sama cowok orang," kata Bella pedas. Ia menatap Salsha dengan sorot penuh kebenciaan.
Salsha terdiam tetapi tangannya mengepal. Bella sudah sangat keterlaluan. Pertama, Bella sudah menamparnya. Kedua, Bella menuduhnya tanpa sebab. Salsha tidak melakukan seperti apa yang Bella tuduhkan.
Melihat Salsha yang hanya diam saja, membuat Bella kembali melanjutkan ucapan kasarnya. "Harusnya lo sadar diri, buka mata lo. Sampai kapanpun Farel nggak pernah cinta sama lo. Cinta lo sama Farel itu bertepuk sebelah tangan. Farel lebih milih gue daripada cewek manja kayak lo."
"Berhenti nurunin harga diri lo. Karen biarpun lo ngelakuin banyak cara buat pisahin gue sama Farel, lo nggak akan pernah berhasil. Karena gue sama Farel itu saling mencintai!"
Sudah cukup. Sudah cukup Salsha diam saja mendengar ucapan Bella yang tidak ada dasarnya itu. Salsha pias, ia balik melayangkan tamparan ke pipi Bella.
"Bisa-bisanya lo nuduh gue ngasih makanan sama Farel. Bisa-bisanya lo nuduh gue ngelakuin hal yang nggak pernah gue lakuin!" bentak Salsha. "Gue emang cinta sama Farel. Gue juga punya niatan buat ngehancurin hubungan lo sama dia. Tapi itu masih sebatas niat, belum gue lakuin. Gue masih punya otak dan harga diri, ya!"
Bella tersenyum sinis. Salsha sangat lihai bersilat lidah. Padahal dengan jelas Bella melihat ada tempat nasi yang berisi nasi goreng di meja tadi.
"Lo nggak usah bohong, nggak usah ngasih pembelaan," ketus Bella. "Lo tadi ngasih nasi goreng sama Farel. Segitu cintanya lo sama dia sampe bikin lo jadi cewek murahan kayak gini!"
Salsha kembali mengepalkan tangannya. Jika tak sadar ini adalah sekolah, Salsha pasti sudah menampar mulut Bella yang sudah dengan lancang memaki-makinya.
"Semua orang udah tau, Sha kalo lo ngejar-ngejar Farel. Lo cinta mati sama dia. Jadi bukan hal yang aneh lagi kalo lo masih caper sama dia." Bella menatap mata Salsha dengan menantang. Bella harus bisa menyadarkan Salsha jika Farel sudah menjadi miliknya.
"Gue bukan tipe orang yang nggak mau mengakui. Gue bakal bilang iya kalo emang gue ngelakuin itu. Tapi buat tuduhan lo yang bilang gue masakin nasi goreng buat Farel itu salah besar karena gue nggak pernah ngelakuin itu," jelas Salsha panjang lebar. "Gue tahu saat ini lo lagi di atas. Farel lagi sayang-sayangnya sama lo. Tapi dunia itu berputar. Yang sayang nggak bakal selamanya sayang. Ada saatnya dia bosan dan nyampakin lo!"
"Sekarang lo bisa ngasihanin gue, bisa nuduh gue sembarangan kayak gitu. Tapi nanti, saat hubungan lo sama Farel udah putus, gue adalah satu-satunya orang yang bakal senang banget dan ngetawain lo!"
Tak ingin berlama-lama lagi berhadapan dengan Bella, Salsha melangkahkan kakinya pergi. Tapi perbuatan Bella ini akan selalu ia ingat sampai kapanpun.
Sementara Bella menatap punggung Salsha yang semakin menjauh. Kini Bella mulai bimbang. Bella sangat kenal bagaimana Salsha. Gadis itu tidak berbakat menjadi pembohong. Salsha selalu mengatakan apapun yang sebenarnya. Tetapi Farel juga tidak mungkin berbohong kan. Tidak ada keuntungan apapun yang di dapatkan Farel dalam hal ini. Memikirkan ini semua membuat kepala Bella bingung. Siapa yang sebenarnya bersalah atas ini.
Aldi yang melihat dan mendengar semua kejadian itu hanya bisa geleng-geleng kepala melihat apa yang Bella lakukan. Selama ini, Bella tidak pernah seperti itu. Kenapa Farel memberikan dampak yang buruk kepada Bella. Apakah selama ini Bella hanya berpura-pura menjadi gadis yang baik dan penyabar padahal di balik itu semua Bella adalah gadis yang jahat dan tidak punya hati nurani.
Sepertinya Aldi perlu berbicara dengan Bella tentang sikapnya sebelum Bella semakin keterlaluan.