"Kita lagi kebanyakan uang, nih. Mau buang-buang duit!"
Bisma meletakkan uang pecahan seratus ribu sebanyak lima lembar di atas meja. Farel sudah mengerti betul apa maksud Dimas dan Bisma jika sudah mengeluarkan uang. Akan ada misi kecil yang harus di kerjakan olehnya.
"Kalian mau gue ngelakuin apa?" tanya Farel to the point. Sudah tahu jelas apa maksudnya.
Bisma dan Dimas tertawa kecil dan saling berpandangan. Kemudian secara serempak mereka berdua menatap Farel.
"Kerjannya simpel. Kita yakin lo pasti berhasil," kata Dimas basa-basi.
"Apa? Ngomong langsung aja. Gue nggak suka basa-basi," kata Farel. Farel begitu mendambakan uang yang tergeletak di atas meja itu. Farel memerlukan uang itu untuk menunjang gaya hidupnya.
Dimas mendekatkan badannya ke arah Farel dan berbisik di telinga lelaki itu. "Kita mau lo buat Bella marah sama Salsha!"
Alis Farel berkerut. "Maksudnya?"
"Selama ini kita tahu kalo Bella nggak pernah marah sama Salsha biarpun Salsha selalu maki-maki Bella. Kayaknya Bella sabar banget ngehadepin Salsha." Kini Bisma yang menjelaskan. "Dan sekarang kita mau Bella yang marah sama Salsha. Kalo lo berhasil, uang ini bisa jadi milik lo."
Farel tentu saja dengan senang hati menyanggupi permintaan Dimas dan Bisma. Permintaan mereka itu sangat mudah dan Farel yakin pasti bisa memenangkannya.
"Gue terima!" kata Farel semangat. "Tapi gue ke kelas dulu. Ada yang pengen gue ambil."
"Oke."
Farel berjalan kembali menuju kelasnya sambil memutar otak untuk membuat Bella marah kepada Salsha. Sepengetahuan Farel, Bella adalah gadis yang sabar dan tak pernah marah. Tapi Farel juga bukan lelaki yang mudah menyerah, apalagi ia belum mencobanya.
Di kelas, Farel melihat Putri, teman sekelasnya ingin memakan nasi goreng yang ia bawa dari rumah. Ide cemerlang memenuhi otak Farel. Sekarang ia tahu apa yang akan ia lakukan.
Farel berjalan mendekati Putri dan duduk di hadapan gadis itu. "Put, gue minta nasi goreng lo, dong."
Putri, gadis berkaca mata tebal itu menatap Farel dengan kening berkerut. "Kamu mau makan nasi goreng aku juga? Mau makan sama aku juga?"
Farel menggeleng. Bukan itu yang ia maksud. "Bukan gitu," tolak Farel. "Gue minta nasi goreng lo sama tempatnya. Mau gue bawa ke kantin."
"Kalo ini sama kamu, aku mau makan apa?" tanya Putri polos. Perlu di ketahui jika Putri diam-diam menyukai Farel dan sekarang ia sangat senang karena Farel mau berbicara dengannya.
Farel berpikir sejenak kemudian merogoh sakunya. Barang kali ada uang yang bisa ia berikan kepada Putri untuk mengganti nasi gorengnya itu. Farel menemukan uang lima puluh ribu dan memberikannya kepada Putri.
"Gue ganti lima puluh ribu. Jadi lo bisa jajan di kantin," kata Farel.
Putri berpikir sejenak. Putri adalah tipe orang yang lebih suka membawa makanan dari rumah dan makan di kelas daripada ke kantin. Tapi Putri juga tidak mungkin menolak permintaan Farel, orang yang di sukainya itu.
"Tapi tempatnya balikin ke aku, ya," pinta Putri.
Farel menganggukan kepalanya. "Yoi. Ntar gue balikin."
Putri menggeser nasi gorengnya kearah Farel dan mengambil uang itu. Tanpa berlama-lama lagi, Farel meninggalkan Putri dan kembali ke kantin.
Farel duduk di bangkunya semula dan meletakkan nasi goreng Putri itu di atas meja. Baik Dimas dan Bisma bingung dan tak mengerti dengan maksud Farel itu.
"Lo ngapain bawa bekal Putri kesini?" tanya Dimas sembari tertawa.
"Lo segitu nggak punya uangnya sampe malak bekal Putri?" tambah Bisma dengan tawanya juga.
Farel tersenyum meremehkan. Bisma dan Dimas belum mengerti dengan apa yang mereka rencanakan.
"Kalian nyuruh gue bikin Bella marah sama Salsha, 'kan?" tanya Farel. Dimas dan Bisma mengangguk bersamaan. "Dan ini caranya."
"Gimana caranya bambang!" ledek Bisma. "Bella nggak ada hubungannya sama bekal, Putri."
"Mending kalian liatin aja apa yang bakal terjadi dengan bekal ini." Farel tersenyum penuh rahasia. "Siap-siap uang kalian buat, gue!"
Tak berapa lama, Bella datang ke kantin. Seperti janjinya kepada Farel untuk makan bersama di kantin. Tetapi Bella datang terlambat karena Guru yang mengajar di kelasnya lama keluar.
"Kalian belum mesen apa-apa?" tanya Bella. Matanya tak sengaja melihat tempat nasi tergeletak di atas meja. "Ini punya siapa? Gaya-gayaan bawa bekal ke sekolah. Tumben!"
Farel berdehem singkat. Dengan wajah serius, Farel menjawab. "Itu dari Salsha."
"Salsha?" beo Bella.
Farel mengangguk semangat. Ia akan menjalankan aksinya untuk memanasi Bella. "Iya dari Salsha."
Raut wajah Bella mendadak berubah dan tidak seceria tadi. Dan Farel yakin Bella akan masuk ke perangkapnya.
"Salsha masih suka godain aku. Padahal dia udah tahu kalo kita pacaran. Aku nggak ngerti, deh maksud Salsha apaan." Farel memanasi Bella dengan kata-kata bualannya.
Dimas dan Bisma langsung paham dengan apa rencana Farel. Memang otak Farel tidak bisa di sepelekan. Ia selalu punya banyak cara untuk melakukan apa yang ia mau.
Bella hanya diam.
"Tadi dia juga ngasih ini sama aku. Dia juga bilang kalo dia bakal ngelakuin banyak cara buat pisahin kita. Dia nggak terima kalo aku jadian sama kamu. Dia dendam sama kamu"
Tanpa sengaja Bella mengepalkan tangannya. Tidak percaya Salsha akan selicik itu. Ia pikir Salsha akan menerima jika Farel sudah menjadi miliknya. Tapi ternyata ia salah, Salsha masih jadi gadis yang penuh obsesi.
Farel tersenyum dalam hati saat menyadari Bella sudah masuk ke dalam jebakan. Terlihat dari raut wajah gadis itu. Tak sampai disitu, Farel kembali melanjutkan kata-katanya.
"Dia nyoba buat rebut aku dari kamu. Padahal kan dia udah tahu kalo aku sayangnya cuma sama kamu."
"Yakin Salsha bilang gitu?" tanya Bella memastikan. Ia masih tidak percaya Salsha seperti itu.
"Kalo kamu nggak percaya, tanya aja Dimas sama Bisma. Tapi mereka disitu juga pas Salsha nyamperin aku," adu Farel.
Bella menatap Bisma dan Dimas bergantian seperti meminta jawaban. Paham dengan alur cerita yang Farel mainkan, Dimas dan Bisma dengan serentak menganggukkan kepalanya.
"Kayak lo nggak tau Salsha aja, Bell. Salsha kan emang suka caper sama Farel." Bisma ikut memanasi Bella.
"Betul. Mending lo ngomong deh sama Salsha biar nggak caper lagi sama Farel." Dimas menimpali.
Bella menggigit bibir bawahnya. Bingung harus bagaimana. Apakah ia harus melabrak Salsha atau diam saja. Tapi sepertinya, kali ini Bella harus bicara dengan Salsha. Kesabaran Bella seperti di uji terus oleh Salsha.
Bella berdiri dari duduknya. "Aku bakal nemuin Salsha dan nyuruh dia biar nggak caper lagi sama kamu."
Farel tersenyum senang. Memang ini yang ia malu. "Bilangin jangan ganggu aku lagi. Aku udah punya kamu."
Bella membuka tempat nasi yang berisi nasi goreng itu dan menuangkan segelas air putih ke dalamnya. Bella tak ingin Farel memakan nasi goreng buatan Salsha itu.
"Biar kamu nggak makan. Buang sekalian!" ketus Bella sembari melangkahkan kakinya meninggalkan kantin.
Sepeninggal Bella, Farel dan kedua temannya tertawa senang. Rencana mereka berhasil. Farel lagi-lagi berhasil memenangkan taruhan mereka.
"Sadis banget, tuh cewek," kata Dimas sembari tertawa.
"Jago juga akting lo," timpal Bisma.
Farel merapikan kerah seragamnya dan menyombongkan diri. Tak ada yang bisa menandingi Farel dan membodohi orang. Siapapun orangnya akan masuk kedalam perangkapnya.
"Mending kita ikutin Bella. Kepo gue gimana cara dia ngamuk sama Salsha. Biasanya kan dia diam mulu."