"Sha bangun dong, lo bilang cuma bentar tidurnya, tapi lo tidur udah kayak latihan meninggoy tau gak, Sha ishh bangun!!!."
Riva menggoyang-goyangkan lengan Shacy yang tidak merespon sedikitpun, bahkan bergerak sedikitpun tidak.
"Gue bosen elah, mana gue laper lagi."
Riva berceloteh sendirian sembari mengelus perutnya bermaksud menenangkan cacing-cacing diperutnya yang sudah mengadakan konser sejak tadi, tanpa disadari perempuan itu ternyata Saga sudah berada dibelakangnya.
"Shacy masih tidur? Biar saya yang jagain dia sekarang, kebetulan urusan saya sudah beres sama Pak Alex."
Riva terlonjak kaget mendengar suara Saga yang tiba-tiba terdengar dari arah belakangnya itu.
"Astaga, Pak Saga! Ngagetin saya aja, sejak kapan bapak ada disini?"
"Belum lama sih."
Riva merapihkan barang-barangnya, karna kedatangan Saga ia jadi bisa mengisi perutnya terlebih dahulu di kantin kantor.
"Pak, saya titip temen saya ya, tapi jangan diapa-apain lho pak, temen saya galak soalnya, mirip anjing helder kalo lagi marah, hihi."
Riva langsung buru-buru keluar dari ruangan itu sebelum Shacy terbangun dan mendengar omongannya barusan.
Setelah kepergian Riva, dengan perlahan Saga menempati kursi yang semula diduduki Riva, memandang wajah Shacy yang terlihat damai dalam tidurnya, terlihat peluh membasahi keningnya, dan lelaki itu berinisiatif mengelapnya dengan tissu.
"Kamu makin cantik, aku janji bakal bikin kamu balik lagi sama aku."
Tentu saja omongannya itu tidak didengar oleh Shacy, karna gadis itu tengah terlelap dalam tidurnya.
Saga mengelus surai lembut gadis itu dengan perasaan sendu, bahkan wanginya masih sama seperti dulu.
"Kamu keliatannya benci banget sama aku sekarang, keliatan banget dari cara kamu tiap natap aku, tapi gak apa-apa, aku terima karna semuanya emang salah aku, harusnya dulu aku jelasin sama kamu dari awal biar gak kayak gini jadinya, maafin aku Sha, aku sayang banget sama kamu, sampai saat inipun masih sama, cepet sembuh ya, jangan bikin aku khawatir."
Dalam alam bawah sadarnya, Shacy bermimpi tentang Saga yang memohon maaf padanya dengan wajah pucat pasi seperti seseorang yang tengah menderita sakit parah, dalam mimpinya pria itu menjelaskan semua tentang masa lalu kelam yang mereka alami dulu sebelum akhirnya Saga pergi dengan wajah pucatnya, membuat perasaannya menjadi tidak karuan.
"Kamu pasti mimpi buruk ya? Jangan lama-lama sakitnya, aku gak bisa liat kamu sakit kayak gini."
Saga mengusap kening gadis yang masih terlelap dalam tidurnya itu dengan gerakan pelan, bermaksud menghilangkan gelisah dalam tidur sang gadis.
***
"Ngggghhh.."
Shacy melenguh perlahan, dengan perlahan kedua matanya terbuka, gadis itu melihat kearah sekelilingnya, ternyata ia masih berada di klinik kantor, ia merogoh saku blazernya mencari handphone miliknya.
12.45
"Hah? Gak salah nih? Masa gue tidur lama banget sih, efek obat kali ya, tapi badan gue udah enakan sih!" Shacy berbicara pada dirinya sendiri, tidak menyadari bahwa diruangan itu ia tidak sendirian.
"Kamu udah bangun? Gimana badannya? Udah enakan belum?"
Deg! Itu kan suara Saga, ngapain dia masih disini coba, si Riva kemana lagi? katanya mau tungguin gue sampe bangun, dasar temen kampret tuh si Riva!
"Temen kamu tadi ke kantin kalo kamu cari dia."
Shacy pun ber-oh ria tanpa suara, suasana canggung sangat terasa didalam ruangan itu, hingga akhirnya Shacy yang berinisiatif duluan memecah keheningan yang sempat tercipta diantara mereka
"Kenapa nolongin?"
Saga yang mendengar pertanyaan aneh dari Shacy tadi berdehem sejenak sebelum menjawab.
"Ekhhm.. Masa iya ada orang pingsan didepan mata dibiarin gitu aja, ya aku tolong lah."
Saga terlihat tengah mengingat kejadian tadi, ia sempat membentak karyawan pria yang menghalangi jalannya saat membawa Shacy kesini, karna pria itu hendak mengambil alih Shacy yang berada digendongannya.
Hening kembali terasa diruangan yang hanya berisikan dua makhluk berlainan jenis itu, Saga terlihat terperangah setelah mendengar kalimat gadis itu selanjutnya.
"Kamu tau, yang kamu bentak tadi itu calon suami aku!"