Chereads / It's Not Goodbye / Chapter 15 - The Reason

Chapter 15 - The Reason

Terdengar pintu yang diketuk sebelum akhirnya Mike yang merupakan orang kepercayaan Saga memasuki ruang kerja lelaki itu.

"Permisi tuan, saya mempunyai sesuatu hal tentang Alfish Dion Utomo."

Saga terlihat mengabaikan kertas-kertas yang tadi tengah dibacanya dan mulai fokus pada Mike.

"Apa itu?"

Mike terlihat mengotak-atik handphone dalam genggamannya, setelah itu terdengar suara notifikasi yang berasal dari handphone Saga yang terletak diatas meja kerja lelaki itu.

Dengan segera Saga menyambar handphonenya, terlihat sebuah file video yang tadi dikirim Mike padanya.

"Kau mengirim video?" Saga bertanya dengan suara datarnya.

"Tuan harus melihatnya sendiri."

Mike kembali menampilkan sikap diamnya saat Saga tengah sibuk memperhatikan isi video yang membuatnya langsung mengepalkan kedua tangannya, raut emosi terpampang jelas diwajah tampan lelaki itu.

"Kurang ajar, beraninya dia mempermainkan kekasihku!" Saga menggebrak meja dengan keras, sedangkan Mike hanya menundukkan kepalanya, sudah menduga reaksi tuannya akan seperti itu.

"Darimana kau mendapatkan video ini Mike?"

"Di Cafe XX beberapa jam yang lalu tuan, saya merekamnya sendiri, saya mengikuti nona beserta kedua temannya yang sedang makan malam disana."

Saga menghembuskan nafasnya dengan kasar, sebelum kembali duduk dan mulai memijat pangkal hidungnya.

"Lain kali beritahu aku bila ada hal semacam ini lagi, biar aku bisa memberi pelajaran berharga pada bajingan itu."

"Baik tuan, kalau begitu saya permisi tuan."

Sepeninggal Mike, Saga langsung menghubungi orang kepercayaannya yang lain.

"Siapkan. beberapa bodyguard dan kawal terus gadisku, tapi ingat jangan terlalu dekat, kalian cukup mengawalnya dari jarak jauh saja, agar gadisku tidak curiga."

Klik.

Setelah mengakhiri obrolannya secara sepihak, lelaki tampan itu langsung menyambar kunci mobil dan beberapa barangnya sebelum akhirnya meninggalkan ruang kerjanya karna waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

***

Terlihat seorang wanita yang sudah berumur namun masih terlihat cantik diusianya sedang duduk diatas sofa dengan majalah pada pangkuannya, sesekali wanita itu menyesap teh hangat yang berada ditangan kanannya dengan gerakan perlahan.

Atensi wanita itu teralihkan kala melihat putranya baru saja memasuki rumahnya.

"Sudah pulang sayang?"

Saga terlihat lelah, pria itu langsung menduduki sofa disebelah ibunya setelah sebelumnya menyalami tangan sang ibu dengan lembut.

"Saga capek Ma, kerjaan dikantor banyak banget, Saga langsung ke kamar ya."

Setelah berpamitan pada ibunya, lelaki tampan itu langsung berjalan dengan cepat menuju kamarnya yang berada dilantai atas.

Setelah kepergian putranya, Kania yang merupakan ibu dari Saga itu menggelengkan kepalanya dan mulai melanjutkan membaca majalahnya kembali.

Saga selalu berusaha menghindarinya semenjak pertunangannya dengan Nasya batal, ya Kania sendiri yang memilih Nasya untuk menjadi pendamping anaknya tanpa tau kelakuan sebenarnya dari perempuan pilihannya itu.

Dengan tegas Saga menolak mentah-mentah perjodohan yang sudah dia rancang sedemikian rupa dengan alasan dia sudah mempunyai gadis pilihannya sendiri, namun memang dasarnya Kania adalah seorang ibu yang keras kepala yang segala keinginannya harus dipenuhi itu tidak menerima keputusan Saga dan tetap menjodohkannya dengan Nasya tanpa memikirkan perasaan Saga bagaimana.

"Sebaiknya kamu berhenti menjodohkan Saga dengan Nasya, mau dipaksa seperti apapun putra kita tidak akan pernah mau menerimanya, yang ada dia hanya akan semakin menjauhimu, Kania."

Kania menghela nafasnya sembari menyimpan cangkir teh yang sedari tadi dipegangnya dan menutup majalahnya, perkataan Fredy yang tak lain adalah suaminya itu memang benar, Saga selalu menghindarinya setelah dia gencar menjodoh-jodohkan anaknya tersebut dengan Nasya, anak dari salah satu temannya.

"Anak kita sudah dewasa, berhenti mengatur kehidupannya seperti yang sudah-sudah, Saga sudah mempunyai jalan hidupnya sendiri."

Fredy meraih remote tv yang terletak diatas meja dan mulai memilih channel mencari tayangan yang menarik.

Sedangkan Kania tengah disibukkan dengan isi kepalanya yang mulai memikirkan ucapan suaminya yang mampu menyentil hatinya sebagai seorang ibu.

Sepertinya sudah saatnya dia memghentikan segala macam rencana perjodohan untuk anak lelaki satu-satunya itu sebelum semuanya terlambat yang membuat Saga semakin memjauhinya, karna Kania ingin menjadi ibu yang baik untuk Saga.