Chereads / It's Not Goodbye / Chapter 7 - So Sick

Chapter 7 - So Sick

Hari ini aku telat bangun pagi padahal hari ini adalah hari senin, hari senin adalah harinya para budak sepertiku yang harusnya sibuk bekerja dari pagi hingga menjelang malam dengan tumpukan tugas yang harus diselesaikan dalam waktu cepat, tapi hari ini sepertinya tubuhku enggan beranjak dari kasur kesayanganku, kepalaku terasa berat, aku merasa tidak enak badan, sepertinya aku tidak akan masuk kerja hari ini.

Baru saja niat tidak masuk kerja namun notifikasi yang menandakan pesan masuk dari handphoneku membuatku langsung menyambar handphoneku yang kuletakkan dimeja samping tempat tidurku, terpampang nama bosku yang baru saja mengirim pesan padaku.

•Bosque•

Sha, kamu bisa datang lebih pagi hari ini? Pak Sagara akan berkunjung ke kantor kita hari ini, saya ada urusan mendadak pagi ini jadi kamu saya tugasin buat nemenin dia selama saya tidak dikantor ya!"

Niat untuk menghabiskan waktu diatas kasurku seharian ini sepertinya harus ditunda dulu, ingin menolak namun tidak enak karna ini perintah mutlak dari bosku, memangnya siapa aku yang bisa menolak perintah bos besar?

Setelah membalas pesan bosku tadi aku langsung bergegas meninggalkan kasurku menuju kamar mandi untuk segera bersiap-siap kerja.

***

Dan disinilah aku sekarang, berdiri didepan rumahku sembari berharap mendapatkan taxi yang kosong agar aku bisa sampai tepat waktu dikantor, kepalaku masih terasa berat namun aku mencoba menghiraukannya, meskipun aku sangat tidak ingin bertemu dengan Saga, namun ini demi bosku yang sudah begitu baik selama aku bekerja dengannya.

Beberapa menit berlalu dengan cepat aku mengecek jam dipergelangan tanganku yang sudah menunjukan pukul 07.30 pagi, tapi tidak ada satupun taxi yang lewat pagi ini, aku bisa telat kalau begini caranya, dengan gelisah aku mengotak-atik handphoneku bermaksud memesan ojek online saja, tidak lama terdengar sebuah deru sepeda motor yang berhenti tepat didepanku.

"Untung gue lewat sini, mau bareng gak? Taxi hari ini ga akan ada yang lewat, supir taxi lagi pada demo dijalan XX."

Hah, ternyata Galih, emang temen paling baik nih si Galih, selalu muncul disaat dibutuhkan!

"Pantes aja gue nunggu dari tadi gak ada satupun taxi yang lewat, ya udah gue nebeng ya Gal."

"Iya makanya buruan naik, keburu telat nih."

"Oke, thanks ya Gal."

Galih memberikan helm yang selalu aku kenakan bila aku nebeng, setelah helmnya kupakai aku langsung berpegangan pada jaket Galih karna sebentar lagi pasti Galih akan melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata seperti yang sudah-sudah.

"Sans, ngebut apa selow nih?"

"Lo nanya? Ya ngebut lah, biar cepet nyampe nih."

"Oke!"

Dan benar saja Galih menjalankan sepeda motornya seperti Valentinno Rossi yang sedang mengejar garis finish, sehingga kami berdua sampai dikantor pukul 07.45.

"Gila nih si Galih, nyawa gue berasa ketinggalan dijalan nih."

Aku merapikan baju dan tatanan rambutku yang berantakan terkena terpaan angin saat ngebut tadi, mataku tertuju pada sebuah mobil asing yang terparkir dideretan mobil para petinggi perusahaan. Mobil siapa tuh? Kok kayaknya baru liat deh?

"Eh Gal, lo liat mobil yang disana itu? Mobil siapa sih? Kok gue kayak baru liat tuh mobil hari ini ya?"

Galih memandang kearah yang kutunjuk tadi, namun Galihpun sepertinya tidak mengetahui perihal pemilik mobil asing tersebut.

"Gak tau, kemaren-kemaren gue gak liat itu mobil disana, mobil tamu si bos kali."

"Hmm.. Iya juga sih, ya udah gue duluan ya Gal, thank you buat tebengannya!"

Dengan cepat aku berjalan menuju meja kerjaku, masih 10 menit lagi jam masuk kantorku, namun entah kenapa aku ingin segera sampai dimejaku bermaksud agar aku bisa merebahkan sebentar tubuhku yang mulai terasa panas, sepertinya aku akan demam.

Baru saja aku sampai dimejaku, terdengar sebuah suara yang sudah familiar ditelingaku.

"Jadi begini ya kinerja sekretaris Pak Alex."

Deg! Aku lupa bahwa hari ini aku ditugaskan menemani lelaki menyebalkan ini selama Pak Alex tidak ada dikantor, aku terlalu sibuk memikirkan perihal mobil asing diparkiran tadi sehingga melupakan tugas yang sebenarnya sangat tidak ingin kulakukan.

"Maksudnya apa ya?"

Aku mencoba tidak terpancing dengan kata-katanya barusan, dia pasti sengaja ingin memancing emosiku.

"Kamu telat!"

Telat katanya!? Padahal saat ini waktu masih menunjukan pukul 07.56, aku tidak telat sama sekali!

"Jam masuk kantor ini pukul delapan, bahkan sekarang masih pukul 07.56 Pak Sagara Revellion yang terhormat, jadi saya tidak telat!"

Setelah menjawab dengan sedikit membentak aku langsung beranjak meninggalkan mejaku, aku ingin membuat secangkir teh hangat untuk diriku sendiri, kepalaku semakin terasa sakit dikarenakan kehadiran pria itu disini.

"Mau kemana kamu? Saya belum selesai bicara."

Tidak menghiraukan ucapannya aku langsung meninggalkan ruangan tempat kerjaku dengan membanting pintu agak keras, aku ingin lelaki itu tau bahwa aku merasa risih berada satu ruangan dengannya.

Setelah kepergian Shacy, lelaki itu tersenyum sendiri sembari duduk dikursi sekertaris Pak Alex yang tidak lain adalah mantan kekasihnya itu.

"Dia masih ingat namaku."

***

"Bikin orang darting aja pagi-pagi, gak tau apa nih pala gue lagi sakit banget."

Gadis bernama Shacy itu bersungut-sungut sendiri sembari mengaduk teh yang baru saja dibuatnya.

"Awas aja kalo dia ngomong macem-macem lagi, gue siramin nih teh panas ke kepalanya!"

"Buset Sha, pagi-pagi udah marah-marah aja nih, kenapa lo?"

Ternyata Riva yang datang, temanku yang satu itu memang sama denganku, menyukai secangkir teh hangat sebelum memulai aktivitas kami.

"Sha, lo sakit, muka lo pucet banget."

"Badan gue gak enak Va, tadinya gue gak masuk hari ini, cuma bos gue ngasih gue tugas yang gak bisa gue tolak."

"Gitu ya, tapi mata lo ga sembab, bagus deh, berarti lo ga nangisin si Dion."

Yang benar saja, bahkan aku sama sekali tidak ingat pada kekasihku yang sampai saat ini tidak memberi kabar padaku itu karna terlalu sibuk memikirkan pria menyebalkan yang tadi kutinggal diruanganku, semoga saja dia tidak membuat kekacauan disana.

"Ngga kok, gue duluan Va."

"Oke, tapi beneran lo gak pa-pa Sha, muka lo pucet banget sumpah, mending lo titip absen aja gih daripada maksain kerja kayak gitu."

"Beneran gue gak apa-apa Va, lo aja yang terlalu berlebihan, udah ya."

Aku meninggalkan Riva di pantry sebelum perempuan cerewet itu berceloteh panjang lebar yang hanya akan menambah sakit dikepalaku untuk kembali ke ruanganku, kali ini aku berjalan perlahan-lahan karna pandanganku sedikit berkunang-kunang.

Dengan hati-hati aku meletakkan cangkir teh yang masih mengepulkan asap panas itu diatas mejaku, kepalaku makin terasa berat saja, berdentam-dentam seperti ada yang tengah memukul kepalaku dari dalam.

"Pak Alex bilang kamu yang bakal temenin saya selama beliau tidak dikantor, kalau begitu kita mulai sekarang saja."

Aku memandangnya yang kini tengah berdiri tepat didepan mejaku, bulir keringat dingin sudah berjatuhan dipelipisku, bahkan aku melihat Saga menjadi dua.

Aku merasakan badanku seringan kapas, pandanganku menggelap dan yang kudengar terakhir kali hanya suara lelaki menyebalkan itu yang meneriakki namaku sebelum kesadaranku hilang.