Chereads / ATASHA : SPARKLING LOVE / Chapter 7 - Rasanya aku yang sakit sekarang

Chapter 7 - Rasanya aku yang sakit sekarang

SELAMAT MEMBACA!

Aku akan mengatakannya jika memang itu perlu dikatakan, tetapi aku akan diam jika itu memang tidak penting.

***

Natasha ingat bahwa Raga akan mengambil sepedanya sore ini, pasti dan dirinya tidak akan tidur karena tidak bisa.

Semenjak tinggal sendiri dan mandiri, Natasha sering membuat dirinya sekreatif mungkin karena jika tidak dia akan selalu diam di rumah. Tetapi hari ini tidak ada yang bisa dia lakukan  karena perasaannya tidak karuan saat setelah membalas pesan dari Raga.

"Terserah aja, gak perduli juga lagian."

Natasha pergi ke kamarnya mengambil laptop, nonton mungkin jadi salah satu jalan menuntaskan kegabutan ini.

"Youtube aja kali ya," gumamnya,

Natasha beritahu sekarang, sedari dulu dia menyukai beberapa youtuber yang selalu membuat lagu atau meng-cover lagu. Natasha itu introvert, dia tidak bisa berteman dengan orang banyak. Dia pintar, tetapi dia sendiri.

"Misel update youtube," gumamnya,

Dia lupa hari ini ulangtahun Misel, sama seperti dirinya. Sweet seventeen, gadis itu bisa membuat lagu yang benar-benar indah mengalun untuk didengar.

Natasha ingat betapa dia menginginkan ulang tahun ke tujuh belas miliknya. Dia selalu bilang kepada ayah dan bunda nya bahwa akan merayakan hari itu dengan besar dan megah. Tetapi, apa yang malah menjadi hadiah terburuknya.

"Sweet seventeen," ucapnya tanpa minat.

Banyak yang ingin dia lakukan di ulang tahun nya ini, karena 17 bagaikan umur legal miliknya. Dia akan mendapatkan kartu Identitas, dia bisa membuat SIM, dia bisa mendaftar ke Universitas terbaik, dia bisa menonton film dengan rate 18 ke atas, adegan kekerasan ataupun film fantasi yang memiliki rated itu. Natasha menyukainya, ketika pertama kali melihat. Tetapi saat mengetahui bahwa film itu mendapatkan rate 18, Natasha berhenti menonton dan memilih menunggu.

Tujuh belas tahun juga Natasha tunggu karena dia ingin pergi ke luar negri sendiri, meski dulu juga bisa. Tetapi sekarang lebih bisa dan leluasa karena dia merasa sudah pantas.

Saat sedang melamun panjang, pintu kos nya diketuk. Biasanya Raga yang mengetuk, mungkin itu memang dia.

"Tumben ngetuk, biasanya mangg—"

"Oh, ada apa kesini?"

Natasha tersenyum canggung pada Raga, pria itu membawa gadis yang dia temui tadi di minimarket. Untuk apa membawa gadis itu kemari?! Natasha mengajukan pertanyaannya pada gadis itu.

"Mau ambil sepeda,"

"Ah, sepeda ya! Padahal mah ambil aja nanti tinggal chat," ucap Natasha,

Tatapanya tidak berpaling dari gadis di sebelah Raga, siapakah gadis itu? Apa kekasih Raga? Kenapa Raga tidak mengatakan apapun? Apa memang dia tidak boleh tau?

"Oh, pantes. Aku kan bukan siapa-siapa," gumam Natasha tipis,

"Ngomong apa, Nat?"

"Hah?"

Natasha menunjukkan wajah bingungnya, "Ah, ngga. Lagi ngomong sendiri," jawab Natasha asal,

"Gila kali dia ngomong sendiri."

Natasha berdecih saat mendengar itu, tetapi dia tetap bodo amat dan tidak perduli.

"Saya gak bisa jemput kamu besok, biasanya ada tukang ojek kok lewat sini. Nanti saya kasih tau dia suruh jemput kamu, besok berangkat sekolah kan?"

Natasha diam, apa karena gadis di sebelah Raga jadi pria itu tidak bisa mengantarnya seperti biasa? Bahkan biasanya jika Natasha menolak untuk di antarkan, Raga selalu memaksa.

"Gak usah, aku bisa jalan sekalian joging." ucap Natasha,

"Oh, yaudah. Saya pulang ya,"

Udah? Bukankah seharusnya Raga menentang dirinya seperti biasa? Berkata bahwa tidak apa-apa, pria itu akan memberitahu tukang ojek suruh mengantar Natasha sekolah. Atau lebih bagus jika Raga mengantarnya menghiraukan masalah apapun yang sedang dia alami.

Kenyataannya dia dan Raga hanya sebatas penolong dan korban.

"Hm, ati-ati kalau udah sampe kabarin." ucap Natasha langsung menutup pintunya.

Raga pernah bilang bahwa jika ada yang membuat dirimu takut, bayangkan saja seseorang yang akan menemani masa-masa menakutkan yang sedang kamu lewati sekarang. Dan yang muncul pertama kali di pikiran Natasha adalah pria itu, Raga yang menemani dirinya.

"Mikir apa sih kamu, ternyata dari dulu kamu suka sama dia?" tanyanya pada diri sendiri,

"Gak mungkin, mana ada orang yang mau di pacarin sama anak koruptor gini," gumamnya menyerah.

Daripada memikirkan hal-hal yang membuat dia merasa sakit, Natasha memilih untuk tidur saja lagipula ini juga sudah agak malam. Dan dia harus sekolah esok.

***

"Sial kesiangan!"

Natasha mengambil sepatunya memakai sambil berlari, dia lupa bahwa hari ini Raga tidak menjemputnya dan dia menolak tawaran Raga untuk menyuruh ojek. Alhasil dia akan telat sampai sekolah pastinya.

"Jam setengah tujuh!"

Bahkan untuk naik bus dari gang komplek sampai sekolah saja sudha memakan waktu 45 menit.

"AAA omaygat gimanaa!" teriak Natasha,

Dia kesusahan mengunci pintu kamar kos karena terlalu panik.

"Ah sial enam tiga lima!"

Panik! Panik!

Natasha turun dari tangga dan berlari keluar, dia harus mencari ojek yang katanya lewat ke sini. Tapi nihil, tidak ada.

"Lari aja,"

Dengan tangan yang yang masih memegang dasi dan kaos kaki, Natasha berlari. Dan sekarang dia lupa bahwa bus yang biasa dia tumpangi adalah bus terakhir pada jam itu.

Langkahnya melambat.

"Bodoh, kenapa gengsi! Tinggal iyain aja ojek yang Raga tawarin! Liat, apa kamu bisa jalan sampe ke depan?!"

"AISH!"

Natasha tetap berlari, dia memakai sepatu sebelah sembari berlari. Baru sekarang dia sadar bahwa rumahnya benar-benar jauh dari jalan depan, tempat dimana dia bisa mendapatkan bus dengan cepat.

"Ah! pertolongan dong!" gumamnya.

Berharap sekali ada tukang ojek lewat atau setidaknya ada Raga yang mendadak menghampiri dirinya, itu saja yang Natasha butuhkan. Dia butuh tumpangan intinya! Dia sangat butuh, bagaimana jika anak-anak sekolahnya tau kalau dia terlambat, bisa menjadi bahan bullyan berminggu-minggu kalau begini.

Saat tengah asik berlari, Natasha mendengar suara klakson mobil yang terus aja berbunyi ke arahnya.

"Gue udah minggir ya, sialan!" gumamnya kesal. Ada saja manusia menyebalkan yang benar-benar membuat hari hari nya terasa suram.

Natasha memejamkan matanya sembari berhenti, dia menghela napas, benar-benar jengah dengan suara klakson itu. Dia menghiraukan jam yang terus berdetik.

"Lo ada problem apa sih— Rag... a?"

"Ayo naik, terlambat kan?"

Natasha mengangguk dengan cepat dan langsung membuka pintu depan mobil, duduk di sebelah kiri Raga. Tetapi Raga tidak kunjung berangkat.

"Seatbelt nya," Raga mendekatkan diri pada Natasha dan memasangkan sabuk pengaman dengan perlahan. Itu membuat sensasi menggelitik di perutnya, seperti butterfly effect? semacam yang sering diceritakan orang lain tentang perasaan bahagia seperti ada kupu-kupu tanah berterbangan.

"Sorry telat,"

Natasha terpaku, bohong jika dia tidak terharu sekarang. Rasanya ada orang yang memperdulikan dirinya, selain dia sendiri.

"Ayo ayo buruan! Udah telat!" Natasha hanya butuh pelarian dari rasa bertemunya sekarang, sementara Raga yang menarik sudut bibirnya tipis.

***

SEE YOU NEXT CHAPTER!