Chereads / I Love You, Salsha! / Chapter 11 - Chapter 10

Chapter 11 - Chapter 10

Salsha menghela nafas panjangnya, tak mungkin semudah itu ia bisa melupakan sikap Aldi tadi, tapi melihat Aldi yang seperti ini membuat Salsha merasa kasihan.

"Gue maafin lo tapi lo masuk dulu. Di luar dingin dan lo basah. Nanti lo makin sakit lagi, gue juga yang di salahin."

Akhirnya Aldi menurut, ia mengikuti langkah Salsha untuk masuk ke dalam rumah itu. Suasana rumah Salsha tak ada yang berubah sejak dua tahun yang lalu.

Setelah mempersilahkan Aldi duduk di sofa ruang tamu, Salsha pamit untuk mengambil handuk ke kamar dan membuatkan teh hangat kepada Aldi. Di tangga Salsha berhenti, ia menatap Aldi yang kini sedang menggosokkan kedua tangannya. Aldi pasti sangat merasa kedinginan.

"Lo itu melet gue apa nggak sih, Ald? Kenapa rasanya gue susah banget marah sama lo. Tapi gue cukup senang karena lo bela-belain datang kerumah gue hujan-hujanan gini cuma buat minta maaf," batin Salsha.

Salsha menghela nafasnya lagi dan melanjutkan langkah menuju kamarnya.

Selang sepuluh menit berlalu, Salsha datang dengan membawa handuk dan juga teh hangat. Ia meletakkan teh hangat tersebut di atas meja dan menyodorkan handuk kepada Aldi.

"Keringin badan lo, Ald."

Aldi tersenyum dan meraih handuk tersebut. Ia mulai mengeringkan tubuhnya. Salsha mengambil teh hangat itu dan menyodorkannya lagi kepada Aldi.

"Di minum dulu, Ald, biar badan lo hangat."

Aldi tersenyum lebih lebar lagi, ia merasa lega melihat respon Salsha barusan. Aldi meraih teh hangat itu dan menyeruputnya dengan pelan-pelan, "Makasih, Sha. Lo perhatian banget sama gue."

Salsha mengangguk, tak mau merespon berlebihan. Ia masih sedikit kesal kepada Aldi. "Oiya, gue udah sediain baju sama celana di kamar tamu. Lo mandi gih, sama ganti baju biar lo nggak kedinginan lagi. Nanti, lo tinggal naik tangga trus belok kiri aja."

Aldi mengacak rambut Salsha gemas, "Makasih, cantik."

****

Tak ada yang merasa baik-baik saja setelah di kecewakan. Begitupun dengan Salsha, walaupun Aldi sudah datang dan meminta maaf kepadanya lantas tak membuat rasa kecewanya hilang seratus persen.

Aldi kembali lagi setelah menggantinya bajunya di kamar tamu rumah Salsha. Ia duduk di samping gadis itu, ini saatnya meminta maaf secara sungguh-sungguh kepada Salsha.

"Lo ngapain sih bela-belain datang kesini pas lagi hujan gini?" tanya Salsha sinis, ia menyenderkan tubuhnya di sandaran sofa.

"Mau minta maaf," Aldi menghela nafas sejenak, "Gue salah. Gue udah marahin lo tadi."

"Emang gue yang salah 'kan? Trus ngapain lo minta maaf?"

Aldi berusaha memegang tangan Salsha yang ada di sofa namun dengan cepat Salsha menepisnya, "Nggak usah pegang-pegang!"

"Lo nggak salah, Sha. Gue yang salah karena udah marahin lo tadi."

"Cewek tadi siapa? Dia juga kan yang gue lihat di cafe waktu itu?" tanya Salsha. Ia ingin mengulek sedikit informasi mengenai gadis itu. Walaupun Salsha sadar jika hal itu akan kembali membuatnya sakit hati.

"Dia Kezia."

"Gue nggak nanyak nama dia siapa. Dia siapa lo? Pacar? Gebetan atau lo suka sama dia?"

Dengan cepat, Aldi meraih tangan Salsha dan menggenggamnya dengan erat, "Gimana mungkin dia pacar gue kalo gue masih betah ngejomblo semenjak putus sama lo. Dan gimana mungkin gue suka sama dia kalo hati gue ada sama lo seutuhnya."

Salsha menatap lekat mata Aldi, sedikit tersentuh dengan ucapan Aldi itu. Hanya sebentar, karena selanjutnya, Salsha terkekeh dan melepaskan tangannya dari genggaman Aldi, "Bohong. Bisa-bisanya lo bilang gitu ke gue tetapi lo dekat sama cewek lain."

"Salsha," Aldi berusaha menjelaskan, "Kezia bukan siapa-siapa gue. Kita cuma temanan."

Salsha menghendikkan bahunya dan berdiri, "Dia siapa-siapa lo juga bukan urusan gue, sih. Toh, kita udah nggak ada hubungan apa-apa lagi. Lo bebas mau dekat sama siapa aja, mau ngapain sama siapa aja."

"Dan yaa, gue tahu, lo nggak jadi datang ke rumah gue karena cewek itu kan? Makasih Ald karena  sikap lo tadi malam dan tadi bikin gue ngerti kalo gue nggak ada artinya lagi di hidup lo."

Salsha berbalik dan menjauh dua langkah dari Aldi, "Permintaan maaf lo gue terima, lo boleh pulang sekarang. Gue mau istirahat."

Aldi mengepalkan tangannya, merasa tak berguna karena tak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Salah Aldi karena tak langsung jujur kepada Salsha mengenai Kezia. Bahkan setelah Salsha menaiki tangga pun Aldi hanya diam.

"Maafin gue, Sha. Maaf."

***

Aldi tahu, butuh usaha lebih untuk bisa mendapatkan maaf Salsha dan karena itu Aldi memutuskan untuk memberikan sebuket bunga mawar merah kepada Salsha. Pagi-pagi sekali Aldi meletakkan bunga itu di depan rumah Salsha dengan secarik kertas di dalamnya. Setelah itu Aldi melanjutkan perjalanannya ke kampus.

Sesampainya di kampus, Aldi meletakkan tasnya di meja. Dan mulai memainkan game online di ponselnya. Hanya itu rutinitas yang Aldi lakukan sembari menunggu dosen.

"Woy Ald, Kezia mana? Tumben lo nggak datang bareng sama dia."

Aldi menghentikan gamenya dan menatap Septian, teman sekelasnya dengan kening berkerut, "Maksud lo? Lo ngomong seolah-olah Kezia itu pacar gue."

"Memang pacar lo 'kan? Ayolah Ald, semua orang di kampus ini udah tahu kalo lo sama Kezia pacaran."

Aldi terkekeh, menurutnya, Septian terlalu sok tahu mengenai hubungannya dengan Kezia, "Bodoh! Gue sama sekali nggak pacaran sama Kezia. Dan yaa, lo harus tahu kalo gue udah punya calon pendamping hidup."

Septian hanya menanggapinya dengan kekehan. Ia menepuk pundak Aldi, "Terserah lo sih, tapi selama lo masih dekat banget sama Kezia gue yakin semua orang pasti mikir lo pacaran sama dia." Septian kembali ke kursinya di belakang Aldi.

Aldi diam dan mulai berpikir, jika Septian bisa berpikiran seperti itu, bagaimana dengan Salsha dan sahabatnya yang lain, apakah mereka juga berpikiran seperti itu?

Tak bisa terlalu lama berpikir, Aldi merasakan pundaknya di tepuk oleh orang lain, Aldi mendongak dan menemukan Kezia yang di duduk di sampingnya, "Tadi malam kemana aja? Gue nelfon lo tapi nggak aktif."

Aldi menggeleng lesu, "Nggak kemana-mana. Lo sendirian lagi di rumah?"

Kezia mengangguk, ia menyenderkan kepalanya ke bahu Aldi, "Sama siapa lagi? Mama sibuk kerja 'kan? Lo sih, nggak datang kerumah gue tadi malam."

Aldi hanya menanggapi ucapan Kezia dengan senyuman tipis. Pikirannya masih terfokus kepada Salsha. Apalagi setelah ia mendengar ucapan ngawur dari Septian. Benarkah seperti itu?

"Oiya Ald, gimana hubungan lo sama Salsha? Lo udah minta maaf sama dia? Yaa walaupun dia salah tapi lo nggak boleh segitunya sama dia." Kezia membahas Salsha bukan semata-mata tanpa alasan. Ia ingin mengetahui perkembangan dari perbuatannya itu.

"Gue udah minta maaf sama dia, tapi dia nggak mau maafin gue."

Kezia menengakkan badannya menatap Aldi lekat, "Pasti gara-gara gue yaa? Maaf ya, Ald."

Aldi menggeleng, "Bukan salah lo, kok."

"Gue doain semoga hubungan lo sama Salsha bisa baik-baik aja."

Aldi tersenyum, ia mengusap rambut Kezia, "Makasih, yaa."

Kezia mengangguk sembari tersenyum manis, "Ald, bisa nemanin gue beli laptop nggak, soalnya laptop gue udah rusak."

Aldi menghela nafasnya sejenak, "Harus selalu bareng sama gue ya, Kez? Kenapa lo nggak sama yang lain aja."

Bukannya Aldi menolak untuk menemani Kezia tetapi Aldi masih ingin membujuk Salsha untuk memaafkannya.