Salsha masih tak habis pikir dengan apa yang baru saja terjadi. Aldi kembali melukai perasannya hanya karena gadis yang Salsha tak tahu siapa yang datang mengacaukan semuanya. Kini Salsha tahu, jika tadi malam Aldi tak datang menemuinya pasti karena gadis itu.
Setelah keluar dari basecamp itu, Salsha langsung menyetop sebuah taxi dan menyuruh taxi itu untuk membawanya keliling jakarta. Salsha tak mungkin pulang dengan keadaan hati yang kacau seperti ini. Apalagi sedari tadi, air sudah menumpuk di matanya dan bersiap untuk keluar.
Salsha tak mengerti bagaimana bisa Aldi lebih memercayai gadis ular itu daripada dirinya yang sudah lebih dulu Aldi kenal. Salsha tak merasa ia salah saat ini, wajar saja bila ia mendorong Kezia karena keisengan gadis itu.
"Neng, sebenarnya kita mau kemana?" tanya supir taxi itu.
"Jalan aja, pak, keliling jakarta. Nggak usah takut, saya sanggup bayar, kok."
Salsha mengecek ponselnya, ada beberapa panggilan tak terjawab dan beberapa pesan singkat dari Steffi dan juga Iqbaal. Tapi Salsha tak peduli, ia terlanjur sakit hati terhadap sikap Aldi.
Salsha tak minta di bela, ia hanya ingin Aldi bersikap netral dengan tidak membela siapapun antara keduanya. Tapi dengan sikap Aldi tadi membuat Salsha sakit hati.
"Aldi, kenapa lo bikin gue sakit hati lagi. Apa selama dua tahun gue di Italia nggak bikin lo berfikir dan ngerasa bersalah sedikitpun sama gue? Apa lo senang saat dulu gue ninggalin lo? Gue kecewa sama lo, Aldi, kecewa banget." batin Salsha.
Salsha menoleh ke arah kaca mobil, jakarta sedang di landa hujan lebat sama seperti perasaannya saat ini.
"Kenapa Steffi dan yang lainnya nggak ngasih tahu gue tentang Kezia. Kenapa mereka seolah nyembunyiin Kezia di belakang gue. Andai aja gue tahu ada Kezia di hidup Aldi gue pasti bakal berpikir ribuan kali buat pulang ke negara yang cuma bikin gue sakit hati."
Dan di saat-saat seperti ini, Salsha rindu akan sosok Karel di hidupnya. Karel yang selalu ada untuknya dan selalu berusaha membuatnya bahagia.
"Karel, lo dimana? Gue kangen sama lo. Lo benar, nggak seharusnya gue nyimpan rasa sayang ini buat orang yang sama sekali nggak pernah peduli sama gue. Bantu gue buat lupain dia, Rel."
***
Perlu waktu dua jam buat Aldi agar tahu kesalahannya, itupun masih perlu bantuan dari Iqbaal. Tadi, setelah Salsha pergi meninggalkan mereka dengan tidak hormat Iqbaal menyuruh Kezia untuk pergi dari basecamp itu. Iqbaal memang tidak pernah menyukai Kezia. Aldi yang kacau tak membantah lagi, ia langsung mengantar Kezia pulang kerumahnya.
Dan saat kembali ke basecamp pun Aldi masih di ceramahi oleh Iqbaal dan Bastian. Mereka berdua berada di pihak Salsha dan menyayangkan sikap Aldi barusan. Awalnya Aldi masih mengelak dan tak merasa bersalah. Namun lamban laun, Aldi paham jika sikapnya itu salah.
"Okee, gue salah." ucap Aldi akhirnya.
"Baru tahu lo? Dari tadi kemana aja?" sinis Iqbaal. Ia memang paling marah kepada Aldi di banding Bastian ataupun Steffi karena ia melihat bagaimana sikap Aldi tadi.
"Maksud lo apaan sih, Ald. Tega-teganya lo bikin Salsha kayak gitu. Sikap lo yang kayak tadi bikin lo ngerendahin Salsha di depan Kezia. Kalo lo emang udah bisa sepenuhnya lupain Salsha dan berpaling ke Kezia nggak masalah, kok. Gue bisa cariin jodoh yang lebih baik dari lo buat sahabat gue itu," cerca Steffi. Ia juga sama gregetnya dengan Iqbaal.
Aldi ingin mencela omongan Steffi itu tapi lidahnya terasa keluh untuk mengatakan satu kata pun. Akhirnya Aldi hanya menghela nafas panjang dan diam membisu.
Suasana hening, mereka tak lagi bersuara. Aldi berkutat dengan pikirannya sendiri. Ia baru saja sadar dengan kebodohan yang ia lakukan. Pikirannya tertuju kepada Salsha. Bagaimana keadaan gadis itu sekarang dan apakah Salsha masih mau memaafkannya.
Aldi menimbang-nimbang apa yang akan ia lakukan. Menunggu besok dan meminta maaf langsung kepada Salsha atau meminta nomor ponsel Salsha dan meminta maaf lewat telfon. Tapi bagaimana jika Salsha tak mau memaafkannya?
Tak perlu berfikir dua kali dan membuang waktu lagi, Aldi meraih kunci motornya dan berdiri dari duduknya. Melihat pergerakan Aldi itu membuat Bastian bertanya, "Mau kemana lo?"
"Minta maaf sama Salsha. Gue salah."
"Hujan-hujanan gini?" tanyak Iqbaal. Pasalnya di luar hujan sangat lebat.
"Kalo hujan kenapa?" tanyak balik Aldi.
"Nanti lo kehujanan trus sakit lagi,"
Aldi menautkan kedua alisnya dan tertawa terbahak-bahak, "Segitu perhatiannya lo sama gue? Lo khawatir sama gue?"
Iqbaal menggaruk tengkuknya, "Sialan lo. Gue ngomong serius, Ald. Di luar hujan deras bisa-bisa nanti lo kenapa-kenapa lagi. Besok juga lo masih bisa minta maaf ke Salsha."
"Tenang aja, Baal. Sahabat lo ini nggak bakal sakit atau kenapa-kenapa. Nggak usah sekhawatir itu sama gue. Kalo gue bisa minta maaf sekarang kenapa harus nunggu besok? Lagian gue udah kangen banget sama mantan gue itu. Semoga aja dengan gue kebasahan nanti Salsha jadi kasihan dan maafin gue, dan bisa aja gue dapat rejeki nomplok, kehangatan mungkin," Aldi terkekeh di ujung kalimatnya.
Bastian langsung saja melempar kulit kacang kepada Aldi karena ucapannya itu sementara Steffi hanya geleng-geleng kepala. Aldi terkekeh dan tanpa perlu membuang waktu lebih lama lagi Aldi bergegas keluar dari rumah itu untuk menemui Salsha. Tak lupa, Aldi mematikan ponselnya, ia tak ingin ada gangguan dari siapapun, termasuk Kezia.
****
Salsha baru saja siap mandi dan mengeringkan rambutnya, ia baru sampai kerumah satu jam yang lalu. Salsha menghela nafasnya saat bel rumahnya berbunyi. Siapa yang datang bertamu di saat hujan begini.
Salsha segera turun ke bawah dan membuka pintu rumahnya, betapa terkejutnya ia saat melihat Aldi ada di rumahnya dengan keadaan basah kuyup. Aldi juga tampak menggigil kedinginan.
"Salsha." panggil Aldi parau.
"Lo ngapain kesini?" tanya Salsha sinis.
"Gue mau minta maaf. Hhaaattttcccimm," Aldi bersin, tentu saja. Aldi memeluk tubuhnya sendiri. Ia merasa kedinginan.
Melihat kondisi Aldi yang seperti itu membuat Salsha menjadi tak tega. Ia merasa kasihan. Bagaimana pun Aldi seperti itu karena ingin meminta maaf kepadanya.
Salsha membuka pintu rumahnya lebar-lebar dan mempersilahkan Aldi untuk masuk, "Masuk dulu, Ald. Keringin badan lo."
Namun Aldi hanya diam di tempat, ia menatap Salsha dengan tatapan bersalahnya apalagi Aldi melihat mata Salsha yang bengkak habis menangis. Aldi sudah melakukan hal fatal.
"Maafin gue, Sha. Gue nyesal sama sikap gue tadi. Maafin gue," Aldi mengatupkan keduanya tangannya di depan dada. Meminta maaf dengan tulus kepada gadis itu.