"Sekarang kita mau kemana?" Salsha memoleskan bedak tipis ke wajahnya dan mengoleskan lipgloss ke bibir tebalnya. Wajahnya tampak cantik dengan tampilan natural seperti itu. Salsha memang bukan tipe cewek yang terlalu memerhatikan urusan penampilan.
Steffi yang sedari tadi membaca majalah di rumah Salsha menutup majalah tersebut. Ia meraih slingbagnya dan memakainya, "Ke cafe aja, yuk. Gue lagi pengen nongkrong."
"Cafe? Cafe apa?" Salsha mengernyitkan dahinya.
"Nanti lo juga tahu. Cafenya itu cocok la buat abg kayak kita ini." ujar Steffi sembari menarik turunkan alisnya.
Salsha pun menyetujuinya karena ia juga sedang suntuk berada di rumah. Lima belas menit di perjalanan, Salsha dan Steffi sampai di cafe yang ia sebutkan tadi.
"Kita duduk dimana nih, Salsh?" Steffi celingukan mencari tempat strategis di cafe ini. Hingga matanya tak sengaja melihat Aldi dan Kezia yang sedang bersanda gurau. Steffi menepuk jidatnya, ia lupa jika tempat ini dekat dengan kampus Aldi.
"Duduk dimana, ya, biar enak?" Salsha juga masih bingung.
Steffi memutar tubuhnya menghadap Salsha, "Kita ke cafe yang lain aja, Sha. Baru ingat, kalo disini makanannya nggak enak." Steffi berusaha memutar tubuh Salsha agar sahabatnya itu tak melihat keberadaan Aldi.
"Kenapa?" Salsha mengernyit, "Disini aja."
Steffi memikirkan cara agar ia dan Salsha bisa keluar dari tempat ini, "Kita kesalon aja gimana? Pulang dari salon kita baru makan deh."
Salsha curiga dengan sikap tiba-tiba Steffi ini, Salsha memutar tubuhnya kembali dan ia baru sadar jika di cafe itu ada Aldi dan seorang gadis yang juga ia temui di acara reuni waktu itu.
Salsha beralih menatap Steffi, menaikkan sebelah ujung alisnya, "Aldi?"
Steffi menghembuskan nafasnya, ia merutuki kebodohannya saat ini, "Kita keluar aja, yuk."
"Kenapa? Itu cewek yang ada di acara reuni itu kan?"
"Iya, itu dia. Dia cuma teman kuliah Aldi, kok. Bukan siapa-siapanya Aldi."
"Masa?" Salsha seakan tak percaya, "Gue pengen dengar langsung dari mulut Aldi." Salsha ingin melangkahkan kakinya, namun di cegah oleh Steffi.
"Tanyainnya nanti atau besok aja, ya. Jangan sekarang."
Salsha menepis tangan Steffi, "Nanti atau besok nggak ada bedanya kan?"
***
Salsha menepis tangan Steffi. Ia membulatkan tekad untuk mencari tahu siapa gadis yang saat ini sedang bersama Aldi. Gadis yang sama sekali tak ia kenal atau ketahui. Selama di Italia, Steffi tak pernah membicarakan siapa gadis ini. Salsha penasaran, tentu saja. Dan sekarang, rasa penasaran itu akan hilang.
Salsha menutup matanya sebentar, ia menoleh ke belakang, menatap Steffi yang sedang mengatupkan keduanya tangannya di depan dada, seolah memohon agar Salsha tak mendatangi kursi Aldi itu. Tapi bukan Salsha orangnya jika tak nekad. Toh, ia hanya ini tahu siapa gadis itu, bukan untuk mencari masalah.
Salsha menghela nafasnya sejenak. Ia sedikit gugup untuk mengajak Aldi berbicara saat ini.
"Aldi."
Aldi yang sedang menyuapi Kezia dengan kentang goreng pun terkejut bukan main. Tangannya mendadak kaku di udara. Ia tak menyangka akan bertemu dengan Salsha di tempat ini.
"Aldi," panggil Salsha kedua kalinya.
Kezia dan Aldi secara spontan berdiri dari duduknya. Aldi tersenyum kikuk menatap Salsha dengan Kezia menatap sinis. Ia merasa waktu berduaannya dengan Aldi di ganggu oleh Salsha.
"Kirain tadi gue salah orang, ternyata bukan." Salsha mencoba basa-basi.
"Ngapain kesini, Sha?" Tanya Aldi memecahkan keheningan.
"Makan. Tempat umum 'kan. Jadi boleh dong gue kesini," jawab Salsha sekenanya.
Aldi hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia bingung berada di situasi ini. Ia belum berniat untuk mengenalkan Kezia kepada Salsha.
"Ald, lanjutin lagi dong. Tanggung nih, " Kezia akhirnya mengeluarkan suaranya. Ia bergelayut manja di lengan Aldi.
Salsha yang melihat itu hanya menghela nafasnya. Menelisik penampilan gadis itu dari atas sampai bawah. Anggun dan cantik. Salsha sendiri sempat minder dengan penampilannya saat ini. Salsha hanya memakai baju casual sedangkan gadis itu memakai gaun yang sederhana tetapi indah. Cewek -cewek tipe Aldi banget.
"Kalian lagi ngapain, sih?" Tanya Salsha lagi. Suasananya amat canggung.
"Nggak bisa lihat sendiri? Ada laptop sama buku juga. Punya mata 'kan?" Kezia berkata dengan sinis. Ia kembali duduk di bangkunya, karna ia tak ingin berurusan dengan Salsha si pengganggu.
"Aldi, ayok lanjutin," rengeknya.
Tak perlu sampai di usir, Salsha cukup tahu jika kehadirannya tak di anggap disini. Ia menyesali perbuatannya yang tak mau mendengar omongan Steffi. Harusnya ia tak harus mendatangi meja Aldi itu.
"Gue ganggu, ya? Yaudah, deh. Lanjutin lagi aja, deh." Salsha menyerah. Aldi sama sekali tak ingin menjelaskan siapa gadis itu atau bahkan sedekar mengenalkannya.
Aldi tersenyum, belum menguasai keadaan yang ada. Ia mengelus lengan Salsha sejenak, "Iyaa. Nanti malam aku kerumah kamu, ya. Ada yang pengen aku omongin."
Salsha hanya mengangguk untuk menanggapi ucapan Aldi itu. Hatinya sedikit senang mendengar jika Aldi akan datang kerumahnya. Salsha pun meninggalkan meja Aldi tersebut dan menghampiri Steffi.
"Gue datang di saat yang nggak tepat. Gue ganggu mereka pacaran." Salsha menarik tangan Salsha dan berlalu dari cafe itu.
Sementara itu, Aldi mengacak rambut Kezia dan kembali duduk di bangkunya. Sekilas ia menengok ke belakang, melihat Salsha yang sudah pergi dari cafe itu, "Lanjutin lagi."
Nggak bakal gue biarin Aldi ketemu sama Salsha nanti malam. Lihat aja. Batin Kezia tertawa.
****
Lima belas menit sebelum pukul tujuh malam Aldi sudah siap dengan penampilan rapinya. Malam ini, ia memang sengaja datang ke rumah Salsha dan mengajak gadis itu untuk makan malam di luar. Sebuah kejutan yang sudah ia rancang. Ia juga akan memberikan bunga kepada gadis itu sebagai permintaan maaf karena sikap cueknya di cafe siang tadi.
"Ma, Aldi pergi dulu, yaa." Aldi menciumi pipi Mellina yang sedang asyik membaca majalahnya.
"Pergi kemana, ayoo," ledek Mellina.
Aldi tertawa, "ke rumah calon menantu Mama."
Mellina ikut tertawa menanggapi ucapan gawur anaknya itu, "Emangnya dia mau gitu sama kamu. Laki-laki nggak pekaan."
"Mau dong. Siapa yang berani nolak pesona Aldi?" Aldi membanggakan dirinya, "Yaudah. Aldi pergi dulu ya, Ma."
Mellina mengangguk, "Hati-hati. Jangan php-in calon menantu Mama lagi."
Aldi hanya mengacungkan kedua jempolnya. Kemudian, ia berlalu dari hadapan Mellina menuju ke mobilnya.
Aldi membuka pintu mobilnya dan duduk si belakang kemudi. Di saat Aldi ingin menyalakan mesin mobil, tiba-tiba saja ponsel milik Aldi berdering. Kezia menelfonnya. Tanpa berfikir dua kali, Aldi langsung mengangkat telfon itu.
"Hallo, Kez. Ada apa?"
"Ald, lo lagi dimana? Bisa datang kerumah gue, nggak. Gue takut banget, nih."
"Gue nggak bisa, Kez. Gue mau kerumah Salsha sekarang. Emang kenapa ya?"
Aldi sempat mendengar nada ketakutan di sebrang sana. Membuatnya sedikit khawatir. Tapi, ia juga harus memenuhi janjinya udah datang kerumah Salsha sekarang.
"Gue dirumah sendirian. Mama belum pulang. Mana gue lapar banget lagi. Lo seriusan nggak bisa datang? Gue takut, Aldi. Lo tau kan kalo gue takut banget sendirian."
Aldi sangat tahu itu, Kezia tipe orang yang sangat susah berbaur dengan orang-orang tetapi juga sangat takut jika ia sendirian. Hampir dua tahun kenal dan dekat dengan Kezia membuat Aldi tahu persis seperti apa Kezia.
"Tapi gue nggak bisa, Kez. Sorry, banget. Gue udah janji mau kerumah Salsha sekarang."
"Sebentar aja nggak bisa, Ald? Temenin gue sampai Mama datang aja. Beneran gue takut banget disini. Lo kan bisa kerumah Salshanya nanti setelah dari sini atau besok-besok. Salsha pasti ngertiin alasan lo. Pleasee."
Aldi menghela nafasnya, jika Kezia sudah memohon seperti itu, Aldi seakan tak bisa menolak. Lagipula, Kezia sedang membutuhkannya, "Oke. Lo mau gue bawain apa?"
"Lo mau datang kesini? Bawain gue sate yang biasa kita makan sama jus mangga ya. Nanti uangnya gue ganti disini. Cepatan, Ald. Gue takut."
Aldi menangkap nada gembira dari ucapan Kezia dia seberang sana, "Iya. Tunggu, ya." Setelah mengatakan itu, Aldi mematikan sambungan telefonnya. Menghela nafas sejenak dan meletakkan bunga yang tadi siang ia beli untuk Salsha di kursi sebelahnya. Aldi terpaksa menunda menemui Salsha dirumahnya.