Chereads / I Love You, Salsha! / Chapter 6 - Chapter 5

Chapter 6 - Chapter 5

Waktu seharian ini di pergunakan dengan baik oleh Aldi untuk menghabiskan waktunya dengan Salsha. Mereka bahkan tak pergi ke bascamp, sesuai dengan intruksi Iqbaal tadi pagi.

Hari minggu ini terasa sangat cepat bagi Aldi. Ia masih ingin menghabiskan waktu lebih banyak lagi dengan Salsha. Mengganti waktu dua tahun yang di lewati keduanya.

Setelah makan pagi di cafe tempat favorit mereka dulu, Aldi mengajak Salsha ke pantai. Lagi-lagi Aldi membawanya ke tempat kenangan mereka berdua.

Dan kini, tepat pukul sepuluh malam. Aldi memarkirkan mobilnya tepat di halaman rumah Salsha.

Salsha tersenyum manis, "Makasih buat hari ini, Ald. Aku bahagia banget."

Aldi balas tersenyum. Ia juga merasa senang jika bisa membuat gadis itu senang, "Sama-sama, Sha. Yaudah, kamu masuk, gih. Udah malam, kamu langsung tidur, ya." Aldi mengacak rambut Salsha lembut.

Salsha mengangguk, "Kamu juga. Pulangnya hati-hati."

Salsha pun keluar dari mobil Aldi dan bergerak membuka pagar rumahnya. Aldi merogoh sakunya, berniat mengambil ponsel yang sedari tadi ia diamkan semenjak berduaan dengan Salsha.

Ponsel itu ia nyalakan. Ada beberapa panggilan dan pesan singkat dari Kezia. Dan disitulah Aldi ingat jika hari ini ia ada janji mengerjakan tugas kelompok dengan Kezia. Aldi menepuk dahinya. Bagaimana bisa ia sampai lupa dengan janjinya itu. Pasti Kezia akan marah besar.

Aldi menghela nafasnya. Ia meletakkan ponsel tersebut di dashboard. Aldi melihat sebuah kotak kecil berada tepat di samping ponselnya itu. Dan lagi-lagi, Aldi menepuk dahinya. Hampir saja ia lupa akan isi di kotak itu. Kotak yang akan ia berikan kepada Salsha.

Aldi melihat ke arah pagar rumah Salsha. Gadis itu sedang berusaha menutup pagar rumahnya. Dan tanpa membuang waktu lebih lama lagi, Aldi turun dari mobilnya, mencegah Salsha untuk menutup sepenuhnya pagar itu.

"Salsha tunggu."

Salsha menghentikan kegiatannya menutup pagar. Ia mengernyit heran melihat Aldi yang sudah berada di depannya sembari membawa sebuat kotak kecil.

"Aku... ini..., aduhh gimana ngomongnya yaa." Aldi kebingungan sendiri. Padahal ia hanya perlu memberikan kotak itu kepada Salsha.

"Apa?" tanya Salsha, "Itu kotak apa?"

Aldi melirik ke bawah, ke arah tangannya yang memegang kotak itu. Ia menyisir rambutnya ke belakang dengan tangannya yang bebas. Aldi salah tingkah.

Karena tak mendapat jawaban apa-apa dari Aldi, Salsha kembali berkata, "Itu buat aku?" Salsha langsung menutup mulutnya dengan tangan setelah sadar dengan apa yang di katakannya. Salsha sangat percaya diri.

Aldi tak mengucapkan kata apapun lagi. Sudah cukup tingkah bodohnya itu. Ia membuka kotak yang sedari tadi ia pegang. Isi dari kotak itu adalah sebuah pita. Pita berwarna pink yang Aldi beli dua tahun lalu.

"Aku mau ngasih ini tadi pagi sama kamu. Tapi kelupaan." Aldi menyerahkan pita itu kepada Salsha, "Semoga kamu suka. Pake, yaa."

Salsha termenung di tempatnya. Ia tak menyangka jika Aldi memberikan sebuah pita lucu kepadanya. Hadiah kecil yang sangat istimewa bagi Salsha. Bukan seberapa mahal benda itu, tapi bagaimana cara Aldi memberikan itu kepadanya.

Tanpa berfikir dua kali lagi, Salsha meraih pita itu dan langsung memakaikannya ke rambutnya, "Cantik. Aku suka."

Melihat Salsha yang sepertinya sangat suka dan bahagia mendapat pita itu, Aldi tersenyum, "Syukur deh kalo kamu suka pitanya."

"Kamu kapan beli ini? Perasaan tadi pagi katanya kamu terlambat bangun."

"Dua tahun yang lalu. Aku beli itu dua tahun lalu pas kamu di Itali."

Salsha membelalakkan matanya. Begitu terkejut dengan fakta yang Aldi berikan, "Dua tahun yang lalu? Buat aku? Dan kamu nyimpan pita ini sampai sekarang?"

Aldi menggaruk tengkuknya sembari mengangguk kecil, ia merasa malu atas perbuatannya itu, "Iya. Aku pulang yaa, udah malam."

Dan tanpa menunggu persetujuan dari Salsha, Aldi kembali masuk ke dalam mobilnya. Menyisakan tanda tanya besar di kepala Salsha.

***"

Hari senin, adalah hari yang paling membosankan bagi Aldi. Karna hari ini, ia harus melakukan berbagai aktifitas di kampusnya.

Seperti saat ini, Aldi sudah berada di kampusnya saat jam masih menunjukkan pukul 8 pagi. Ada kelas pagi yang mengharuskannya untuk cepat datang ke kampus.

Aldi memasuki kelasnya dan duduk di bangku keramatnya. Bangku yang hanya boleh ia duduki, dan tentu saja, bangku itu selalu bersampingan dengan bangku milik Kezia.

Di kampus, Aldi dan Kezia memang sangat akrab. Bahkan, ada beberapa mahasiswi yang menggosipkan bahwa mereka berdua adalah sepasang kekasih, karena selalu terlihat bersama.

Sembari menunggu dosen datang, Aldi memainkan ponselnya. Melihat ulang fotonya dan juga Salsha yang berhasil di abadikan kemaren. Aldi tersenyum simpul, kebahagiaan masih merasuki hatinya.

"Gila ya, Ald. Kemaren lo kemana aja? Capek gue nungguin lo!"

Fokus Aldi beralih. Ia menatap Kezia yang berdiri di depannya dengan bersidekap dada.

Aldi masih diam, memikirkan kata-kata yang tepat sebagai alasannya kepada Kezia. Dan kata-kata yang berhasil ia keluarkan adalah, "Maaf, Kez."

Kezia terkekeh, "Lo gini karena Salsha kan? Gilaa, baru sehari Salsha disini lo udah lupa sama tugas lo. Gimana kalo dia lama disini, bisa-bisa lo berhenti kuliah!"

Aldi mengacak rambutnya frustasi, ia tahu akan seperti ini akhirnya, "Maaf, Kez. Gue nggak maksud buat lupa sama janji kita. Gue cuma..."

"Apa? Cuma apa?" Kezia berang, "Cuma karena Salsha lo lupa sama gue. Gue yang dua tahun ini ada sama lo. Harusnya lo ingat!"

Aldi bangkit dari kursinya, dan menatap Kezia nyalang, "Udah gue bilang gue minta maaf. Apa masih kurang? Baru kali ini kan gue lupa sama tugas gue. Gak usah lo besar-besarin lah." Tanpa menunggu ocehan Kezia yang mungkin saja belum selesai. Aldi meraih tasnya dan melangkah keluar dari ruangan itu. Aldi memutuskan untuk menenangkan pikirannya dengan bolos mata kuliah dosen paling killer di kampusnya.

Kezia menghentakkan kakinya kesal. Baru kali ini ia merasa di acuhkan oleh Aldi, orang yang selama ini selalu memprioritaskan dirinya. Dan itu semua karna Salsha. Kezia bersumpah akan merebut Aldi dan memiliki Aldi seutuhnya apapun yang terjadi.

***

Setelah melakukan perdebatan ringan dengan Kezia, Aldi memutuskan untuk bersantai di bawah pohon rindang. Ia lebih memilih menghindar dengan pergi dari hadapan Kezia daripada harus beradu mulut dengan gadis itu. Aldi mengakui kesalahannya yang lalai dengan kewajibannya sebagai mahasiswa. Tapi apa tidak bisa di maklumi jika ia hanya ingin bernostalgia sebentar dengan Salsha, seseorang yang masih menghiasi hatinya?

Aldi menghela nafas kasar sembari mengetuk-ngetuk layar ponselnya. Ia merutuki kebodohannya yang lupa meminta nomor baru Salsha. Jika sudah begini, ia tak punya pilihan lain selain mendatangi gadis itu kerumahnya.

Lagi-lagi Aldi menghela nafas kasarnya saat melihat Kezia datang menghampirinya. Serius, Aldi sangat malas untuk bertemu dengan Kezia saat ini.

"Ngapain datang kesini? Gue lagi malas debat." ujar Aldi saat Kezia sudah duduk di sampingnya.

Kezia menghembuskan nafas panjangnya, menatap Aldi dengan lekat, "Gue kesini cuma mau minta maaf. Mungkin cara gue negur lo tadi salah. Tapi asal lo tau, Ald, gue bilang gitu karena nggak mau lo lalai dalam tugas lo. Sekarang itu lo mahasiswa, bukan anak SMA lagi yang punya banyak waktu buat main-main."

"Gue juga minta maaf udah ngatain Salsha gitu. Gue tau gimana perasaan lo pertama kali ketemu lagi sama Salsha." Kezia berkata dengan sangat lembut.

Aldi terdiam cukup lama sebelum akhirnya ia memegang tangan Kezia dan menggenggamnya, " Gue yang salah. Gue yang harusnya minta maaf sama lo. Harusnya gue nggak lupain janji kita semalam."

"Nggak papa. Gue maklumin, kok. Tapi lo bisa kan kalo kita ngerjainnya nanti siang di cafe biasa. Ini udah deadline waktunya."

Tangan Aldi yang semula menggenggam tangan Kezia beralih mengacak rambut gadis itu, "Iya. Apasih yang nggak buat lo."

Kezia hanya membalasnya dengan senyum manis. Kini, ia tahu bagaimana cara untuk mendapatkan Aldi.

Aku yakin, Ald. Suatu saat nanti aku yang akan jadi pacar kamu. Batin Kezia.