"Salsha..." lirih Aldi.
Aldi seakan tak bisa berkedip melihat sosok yang kini tengah berbincang bersama Steffi. Ekspresi yang di tunjukkan oleh gadis itu sangat lucu dan gemas bagi Aldi. Aldi seakan menemukan dunianya yang sempat runtuh. Jantungnya berpacu dengan cepat dan keringat dingin mulai membasahi pelipisnya. Bahkan suara Kezia yang sedari tadi mengajaknya berbicara pun ia abaikan.
Aldi menutup matanya. Bayangan-bayangan beberapa tahun saat ia masih bersama dengan Salsha mulai berputar di kepalanya. Bagaimana ia dulu sangat menyayangi gadis itu. Bagaimana dulu ia gagal membuat gadis itu bahagia. Semua seolah bercampur menjadi satu. Aldi juga ingat betapa terpuruknya ia saat kepergian gadis itu. Saat ia sama sekali tak selera untuk melakukan kegiatan apapun selain memandangi foto mereka berdua.
Aldi membuka matanya kembali. Dan ia masih melihat Salsha ada di depannya saat ini. Airmata keharuan mulai menyelimuti Aldi. Ia bahagia luar biasa mendapati gadis itu sekarang ada disini.
Dan Aldi tak akan menyia-nyiakan kesempatan kedua ini. Kesempatan yang mungkin Tuhan berikan kepadanya untuk kembali membuat Salsha bahagia. Menjadi bagian dari hidup Salsha lagi. Dan Aldi bertekad di dalam hatinya bahwa ia tak akan pernah menyakiti hati Salsha lagi.
Dan tanpa menunggu waktu lama lagi dan Salsha juga sudah ada di hadapannya. Aldi bangkit dari tempat duduknya. Mendiamkan Kezia yang memanggil namanya. Aldi berjalan pasti ke tempat dimana gadis pujaannya berada. Dan posisi Salsha yang kini membelakanginya membuat gadis itu tak mengetahui jika Aldi sudah berada di depannya.
Aldi menghela nafasnya sejenak dan tanpa ragu ia membalikan badan Salsha dan memeluk gadis itu dengan erat. Aldi menutup matanya sembari semakin memeluk erat Salsha.
Dan dalam sejenak, semua pasang mata di kafe itu menatap ke arah mereka berdua. Semua menyorot tanpa ada satupun yang terlewatkan. Mereka seakan ikut terharu menyaksiakan momen kerinduan antara kedua sijoli ini.
Aldi sendiri sangat merasa bahagia bisa memeluk Salsha lagi. Ia membenamkan Salsha di dadanya sembari mengecupi ujung kepala gadis itu. Sekarang mimpinya sudah menjadi kenyataan. Gadis itu telah kembali bersamanya.
Aldi melepaskan pelukannya. Sekarang ia bertatapan dengan kedua bola mata Salsha yang kini mengeluarkan airmatanya. Gadis itu juga sama terkejutnya melihat Aldi disini, tepat di hadapannya. Benar kata Steffi, Aldi terlihat lebih ganteng dan lebih berkharisma.
Aldi menangkup kedua pipi Salsha sembari mengelusnya dengan kedua tangannya. Senyumnya mengembang. Akhirnya ia bisa menyentuh wajah itu lagi.
"Aldi, aku kangen..." ujar Salsha dengan susah payah. Suaranya parau.
Aldi semakin tersenyum. Tangannya terlepas dari wajah Salsha dan langsung menggenggam tangan Salsha. Dan dengan lembut, Aldi membawa Salsha keluar dari kerumunan orang di tempat ini.
****
Kezia menghentakkan kakinya melihat pemandangan di depannya. Aldi, seseorang yang ia cintai sedang berpelukan dengan seseorang yang tidak ia kenali.
Kezia sungguh iri dengan gadis yang tengah di peluk oleh Aldi itu. Orang lain juga pasti tahu, dari cara Aldi memeluknya, terbukti jika Aldi sangat mencintai gadis itu. Kezia iri, karna sudah dua tahu mengenal Aldi, tetapi lelaki itu sama sekali tak pernah memeluknya. Lelaki itu selalu menolak bahkan jika Kezia sendiri yang ingin memeluknya.
Dan kekesalan Kezia semakin bertambah saat ia mendengar suara menyebalkan Iqbaal.
"Kenapa, Kez? Lo cemburu lihat Aldi meluk cewek lain di hadapan lo?" Iqbaal rupanya sudah ada di samping Kezia. Ia juga melihat bagaimana Aldi yang langsung memeluk Salsha tanpa mengucapkan kata apapun.
Iqbaal merasa di atas awan saat melihat wajah kesal Kezia sekaligus saat melihat Salsha dan Aldi seperti masih saling mencintai.
"Dia siapa, sih?"
"Lo mau tau aja apa mau tau banget?" ledek Iqbaal.
Kezia menatap Iqbaal dengan tajam. Ia tidak sedang bercanda saat ini. Kezia cemburu melihat gadis yang kini sedang di peluk oleh Aldi itu, "Tinggal jawab apa susahnya, sih?"
"Tapi sayangnya, gue gak mau jawab!"
Kezia diam, tak menjawab lagi. Ia pikir tak ada gunanya jika ia meladeni Iqbaal. Kezia menatap lagi ke arah Aldi yang kini tengah menangkup wajah Salsha. Gadis itu semakin menggila, ia mengepalkan tangannya. Dan saat ia Aldi ingin membawa Salsha keluar dari kerumunan, Kezia hendak memanggil nama Aldi. Namun sial, Iqbaal menutup mulutnya dengan tangan kotor Iqbaal.
"Nggak usah ganggu hubungan orang. Dasar hama!"
Kezia menepuk-nepuk tangan Iqbaal, meronta. Ia tak suka di perlakukan seperti ini.
Setelah Aldi dan Salsha sudah tak terlihat, disitulah Iqbaal melepaskan tangannya dari mulut Kezia.
"Kasar banget sih, Lo jadi cowok!" kesal Kezia. Ia melemparkan tatapan membunuhnya kepada cowok itu.
Steffi dan Bastian datang kemeja dimana Kezia dan Iqbaal berada.
"Eh, ada cewek pelampiasan Aldi. Apa kabar lo? Siap siap aja lo di tendang jauh-jauh dari hidup Aldi." Steffi berkata dengan sinis.
"Apa? Gue jauh dari Aldi? Ya nggak bisa lah. Gue sama Aldi itu udah satu paket. Cewek tadi, cewek yang di peluk sama Aldi, nggak bakalan bisa ngerebut Aldi!" Kezia berkata dengan sangat yakin. Ia menatap tajam Steffi.
Bastian memandang jijik ke arah Kezia. Jika biasanya di depan Aldi, Kezia akan bersikap baik dan santun. Dan ternyata beginilah sifat asli seorang Kezia.
"Jadi gini lo di belakang Aldi? Munafik! Di depan Aldi aja lo baik-baik, sok polos gitu. Di belakang? Aduhh, Aldi nggak bakalan mau sama cewek bar-bar kayak lo!" Bastian ikut berkomentar lagi.
Kezia mengangkat wajahnya ke atas. Memandang semua teman-teman Aldi dengan angkuh, "Apa? Lo semua mau ngomong sama Aldi tentang sikap gue ini? Ya gak bisa laa. Aldi mana percaya!"
Iqbaal mengusap wajahnya kasar, sudah tak tahan dengan sikap Kezia. Lantas, Iqbaal berdiri dari kursinya dan menarik tangan gadis itu dengan kuat, "Lo pulang sama gue, cewek nggak tau diri!"
Kezia ingin menepis tangan Iqbaal, tapi cekalannya sangat kuat, "Gue mau pulang sama Aldi. Lepasin, ihh!"
"Lo pikir Aldi masih ingat sama lo setelah kehadiran Salsha?"
"Salsha?" lirih Kezia.
****
Kini, Aldi dan Salsha sudah berada di rooftop cafe tersebut. Aldi menarik tangan Salsha dengan erat dan membawa gadis itu di tempat ini. Dan setelah membawa Salsha disini, Aldi hanya diam. Menatap lurus kedepan. Ada banyak pertanyaan yang bersarang di otak Aldi, tentang bagaimana Salsha bisa ada disini.
Aldi menghela nafasnya lelah. Ia kalah, ia kalah oleh perasaannya yang masih saja menggebu di hatinya. Perasaan itulah yang akhirnya membawa Aldi untuk kembali merengkuh tubuh Salsha kedalam pelukannya.
Aldi memeluk Salsha dengan erat. Melampiskan jutaan kerinduan yang selalu bersarang dihatinya. Matanya berkaca-kaca, akibat kebahagian yang tiada tara yang Aldi rasakan.
Salsha pun sama. Gadis itu bahkan kini sudah menangis sesegukan. Ia memeluk Aldi tak kalah erat. Membenamkan wajahnya di dada Aldi. Ia sangat merindukan pelukan hangat lelaki itu.
Aldi terus saja menciumi puncak kepala Salsha dengan penuh cinta. Tangannya naik turun mengusap punggung Salsha. Aldi tahu Salsha sedang menangis sesengukan. Maka dari itu, Aldi memutuskan untuk diam, membiarkan Salsha menangis di pelukannya dan melepaskan semua beban yang ia rasakan.
Hampir setengah jam dalam posisi berpelukan membuat Aldi merasa pegal. Ia menepuk pundak Salsha, "Sha, udaah."
"Biarin aku meluk kamu, Aldi. Aku rindu," kata Salsha masih saja memeluk Aldi dengan erat.
"Pelukannya nanti lagi, ya. Aku pengen lihat wajah kamu," ucap Aldi dengan lembut.
Perlahan, Salsha mulai mengurai pelukannya. Ia menunduk lesu, malu dengan wajahnya yang mungkin sudah sangat kusut.
Aldi terkekeh, merasa lucu melihat mata bengkak dan hidung kemerahan Salsha. Aldi menghapus air yang berada di sudut matanya.
"Maaf, Ald." kata Salsha tiba-tiba.
Aldi mengernyit, "Buat?"
"Buat semuanya. Aku tahu kamu benci banget sama aku. Aku minta maaf."
"Heii," Aldi mengangkat wajah Salsha. Menatap lekat-lekat wajah yang ia rindukan itu. Tangannya menangkup pipi Salsha, "Aku maafin kamu. Asal dengan satu syarat." Aldi menatap Salsha dengan tatapan yang sulit di mengerti.
"Apa syaratnya? Aku akan ngelakuin apa aja, asal kamu mau maafin aku." Salsha berkata dengan sungguh-sungguh.
Aldi tersenyum, "Syaratnya adalaah..." Aldi menggantungkan kalimatnya. Dengan perlahan, Aldi mendekatkan wajahnya ke wajah Salsha. Aldi memiringkan wajahnya dan mulai menyatukan bibirnya dengan bibir Salsha. Mencium gadis itu dengan penuh kasih sayang.
****