Chereads / Unexpected Wedding: Tuan CEO yang Posesif / Chapter 33 - Masih berduaan

Chapter 33 - Masih berduaan

Alexa terdiam, melirik Melvin yang terus meyakinkannya. Dia menyandarkan punggungnya pada bahu sofa, menekuk wajahnya dan kembali memainkan jemarinya. "Memangnya jam berapa kamu akan berangkat?" tanyanya.

"Mungkin nanti sekitar jam sebelas malam," jawab Melvin kemudian melirik arlojinya yang menunjukkan waktu pukul 9 malam. "Masih ada waktu untuk kita berduaan di sini," ucapnya dengan tersenyum.

Alexa hanya mengangguk. Melvin melirik sekeliling seolah sedang mencoba menemukan sesuatu namun dia kembali melirik Alexa.

"Apa di sini tidak ada TV?" tanyanya.

"Ada, tapi aku tidak suka nonton tv," jawab Alexa datar.

"Bagaimana jika kita nonton film di laptop? Kamu pasti punya laptop, kan?" tanya Melvin dengan menaikkan alisnya.

"Aku punya," jawab Alexa kemudian beranjak dari sofa. "Aku akan ambil sebentar," lanjutnya kemudian berjalan menuju kamar.

Sambil menunggu Alexa yang sedang mengandung laptop, Marvin mencoba menghubungi seseorang, sementara Alexa yang sudah tiba di kamar malah mendapat panggilan dari Gea.

"Gea, Kenapa kamu tidak membangunkan aku saat Melvin datang?" tanya Alexa saat sudah terhubung dengan Gea.

"Aku hampir membangunkanmu tapi dia melarangku," jelas Gea dari telepon. Suaranya terdengar kurang jelas karena suasana di sana terdengar sangat bising. "Memangnya Apa yang dia lakukan hingga kamu sangat marah?"

"Dia tidur bersamaku!" Alexa menjawab dengan ketus sambil mengambil laptopnya yang berada di dalam tas kerjanya. "Aku merasa berdosa pada diriku sendiri, pada Tuhan, pada orang tuaku ... karena aku telah tidur dengan pria yang bukan suamiku ... dan aku juga sangat malu karena ternyata aku memeluknya ..."

"Hahaha ... kalian tidur bersama dan kamu memeluknya hahaha!" Gea malah tertawa bahkan terdengar terbahak-bahak.

"Gea, ini bukan lelucon!"

"Ya aku tahu kamu masih terlalu polos, dan ini pasti sangat mengejutkan. Tapi aku merasa gemas pada apa yang terjadi pada kalian. sekarang di mana dia?"

Alexa menghembuskan nafas kasar kemudian duduk di tepi ranjang sambil memangku laptopnya. "Dia masih di ruang tamu dan menungguku. Dia ingin Kami nonton film bersama sebelum dia pulang dan akan pergi jauh," ucapnya dengan lesu.

"Aduh itu pasti sangat menyedihkan!!"

"Aku khawatir Jika dia pergi dan tidak akan pernah ke sini lagi ... Karena aku belum yakin pada cintanya ... ini semua serba mendadak, terlalu cepat ... bahkan terasa aneh."

"Tidak ada yang aneh, Alexa. Kamu gadis yang cantik dan baik bahkan kamu sangat serasi saat berada di sampingnya, meski kamu terlihat sangat pendek, hahaha ...!" Gea malah kembali tertawa.

"Kamu mentertawakan aku sedangkan aku sangat takut mengalami yang namanya patah hati," gumam Alexa dengan sendu.

"Maaf Alexa, aku tidak bisa berbicara banyak karena aku harus segera bekerja, tapi aku akan mengingatkanmu sekarang bahwa kamu hanya perlu bersenang-senang. Lupakan ketakutanmu, keraguan mu, dan rasakan indahnya cinta dengannya dan buat dia benar-benar mencintaimu, nyaman didekatmu. Aku yakin dia tidak akan pernah meninggalkanmu setelah malam ini atau kapan pun. kamu menarik kamu harus yakin itu."

"Aku akan mencoba," ucap Alexa dengan sendu.

"Baiklah kalau begitu, aku matikan teleponnya. Dan ingat bahwa kamu harus memanfaatkan keadaan dan tidak boleh terlalu ketakutan. Selagi dia bersikap baik, maka berpikirlah positif karena mungkin tujuannya memang baik." seru Gea tampak sangat bijak namun nyatanya dia sangat bandel. Ini mengartikan bahwa yang buruk tidak selamanya buruk.

"Iya, Gea, terima kasih atas sarannya," sahut Alexa kemudian sambungan telpon itupun terputus. Dia segera beranjak dari ranjang, membawa laptopnya menuju ke ruang tamu dan melihat Melvin yang kelihatannya baru selesai menelepon seseorang.

"Kenapa lama sekali?" tanya Melvin menyambut Alexa yang langsung duduk di sofa.

"Eh, Gea tadi menelepon ku," jawab Alexa dengan tersenyum hangat, mencoba untuk menghilangkan keresahan di hatinya. Dia segera menyalakan laptopnya sementara Melvin duduk di samping kanannya.

"Sebenarnya, apa pekerjaan Gea? Kenapa dia pergi malam-malam begini?" tanya Melvin menatapi Alexa yang sedang browsing mencari film di sebuah platform.

"Dia seorang DJ," jawab Alexa.

"Pantas saja," gumam Melvin teringat bahwa Gea pernah mengatakan bahwa pacarnya punya isteri.

"Maksudmu?" Alexa merasa tidak paham.

"Aku pernah mendengar dia bilang pacarnya mempunyai seorang istri. Itu berarti dia nakal dan menjadi simpanan suami orang selama ini," jelas Melvin.

Alexa menyunggingkan senyum di bibirnya. "Sebenarnya memang begitu," ucapnya.

"Jadi, dia benar-benar nakal?"

Alexa menoleh menatap Melvin kemudian mengajukan jari kelingkingnya ke arah wajah Melvin. "Ini akan jadi rahasia kita berdua?"

"Ya, tentu saja." Melvin tersenyum mengkaitkan jari kelingkingnya dengan jari Alexa.

Alexa tersenyum dan kembali menatap laptopnya yang masih loading untuk memutar film pilihannya. "Sebenarnya, pria yang menjadi kekasih Gea adalah suami Bu Siska."

"Benarkah?" Melvin tampak terkejut. "Bagaimana bisa begitu?"

"Entahlah aku juga tidak menyangka awalnya. Tapi aku memilih diam dan membiarkan itu semua terjadi karena itu bukan urusanku .."

"Aku harap kamu tidak seperti dia dan jangan sampai ada orang ketiga diantara kita," ucap Melvin yang malah bersikap waspada.

"Aku tidak akan seperti dia," sahut Alexa dengan tenang.

Melvin menghela napas, merasa jenuh hingga memeluk Alexa dari samping, menunduk menyandarkan dagunya ke kepala gadis itu. "Kenapa loading lama sekali?" tanyanya.

"Entahlah, mungkin karena ini laptop tua," jawab Alexa hingga beberapa saat kemudian loading berlalu.

"Hmm, seberapa tua laptop ini?" tanya Melvin.

"Laptop ini adalah pemberian pamanku. Saat aku masih kuliah, dia memberikan ini padaku karena nilai ku bagus dan aku dapat beasiswa. Saat itu aku hanya bermodalkan buku dan ponsel, tapi terkadang mendapatkan pinjaman komputer dari temanku," jelas Alexa mulai rileks tanpa rasa canggung lagi meski saat ini dia dipeluk oleh Melvin.

Melvin terdiam, mulai nonton film Thailand yang sudah tayang berjudul "Game Sanaeha". Pria itu mulai menonton namun pikirannya ada pada Alexa yang ternyata hidup dalam serba keterbatasan materi.

"Sayang," panggil Melvin.

"Ya," sahut Alexa yang akhirnya menyandarkan kepalanya ke dada Melvin.

"Apa hal yang paling membuatmu bahagia?" tanya Melvin.

"Ketika aku membuat orang-orang di sekitarku bahagia ... bahagia karena aku," jawab Alexa lirih.

"That's so good. Kamu tidak egois dan aku bisa melihat kebaikanmu hanya dengan melihat paras dan senyum tulus mu," sahut Melvin sambil memainkan rambut Alexa dan matanya fokus menonton film.

"Bagaimana denganmu? Apa yang paling membuatmu bahagia?" Alexa balik bertanya.

"Sama seperti mu, tapi ... itu sangat jarang," jawab Melvin kemudian tersenyum saat melihat ada adegan gadis mabuk yang digendong dan dibawa ke kamar oleh pria tampan lalu pria tampan itu tidak boleh pergi. "Sayang, itu nyaris seperti kamu saat mabuk dan aku mengantarmu ke kamar."

"Benarkah?" Alexa tersenyum malu-malu.

"Ya ....saat itu aku hanya tersenyum karena kamu terlihat lucu," jelas Melvin kemudian mencium kepala Alexa.

Alexa tersenyum malu-malu dan menggigit bibir bagian bawahnya. Dia merasa panas dingin setelah menahan gugup sejak tadi malah Melvin membahas tentang hal yang sangat memalukan baginya..

"Itu sangat memalukan!"

"Kenapa malu?" tanya Melvin.

"Karena aku malu," jawab Alexa memberanikan diri untuk mendongak menatap Melvin sebentar. 'Astaga dia sangat tampan dan dekat denganku?'

Melvin menghela napas, melepas pelukannya dan membuat wajahnya berhadapan dengan Alexa. Dia menyentuh dagu gadis itu hingga perlahan mengusap bibirnya dengan ibu jari. "Apa yang membuatmu malu, Sayang? Apa kamu tidak menyadari bahwa kamu sangat cantik?" tanyanya.

"Entah," lirih Alexa sedikit menekuk wajahnya.

"Kamu sangat cantik dan aku sangat suka bibir ini," lirih Melvin kemudian menunduk menciumi bibir Alexa dengan lembut hingga tangannya beralih memegangi lehernya, terkadang memegangi rahangnya.

Alexa hanya bisa pasrah karena tak mampu menolak. Perlahan dia membalas ciuman itu dengan lembut meski masih agak malu-malu. Jantungnya seakan berdetak begitu kencang, tubuhnya agak gemetar dan dia mulai merasa panas, memejamkan matanya menikmati ciuman lembut itu. Akhirnya, dia tidak konsen nonton film lagi..