Saat pagi tepatnya jam enam, Melvin terbangun saat alarm ponselnya berdering begitu keras. Dia sedang berada di sebuah kamar dalam apartemen bernuansa metalik dan berbaring di atas ranjang king size yang beralaskan sprei berwarna putih polos dan mengenakan selimut tebal berwarna sepadan dengan sprei.
Melvin meraih ponselnya dan segera mematikan alarm itu kemudian mencoba menghubungi seseorang. Dia mengusap wajahnya yang agak kusam, menyugar rambutnya yang kusut dan menatap langit-langit kamar yang merupakan plafon berwarna silver.
"Hallo, Rob, Apa kamu sudah melakukan apa yang aku perintahkan?" tanya Melvin saat sudah terhubung dengan seseorang itu.
"Sudah, Tuan. Saya juga sudah mengirim ke apartemennya," jawab pria bernama Robi dari telepon.
"Baguslah kalau begitu. Setelah itu, urus mengenai masala yang dia hadapi," seru Melvin.
"Siap, Tuan."
Melvin memutuskan sambungan telpon itu. Dia beralih menghubungi Alexa melalui WhatsApp secara video call.
"Hi, Babe ...good morning," sapa Melvin sambil tersenyum menatap Alexa yang terlihat begitu jelas dalan layar ponselnya. Dia menjauhkan ponselnya dengan mengulurkan tangannya supaya bisa menangkap gambarnya agak jelas.
"Hi... Kamu sudah di Thailand?" tanya Alexa terlihat sudah rapi memakai pakaian kerja padahal ini masih jam enam.
"Ya ... aku juga sudah di apartemen," jawab Melvin. "Kamu sudah sangat cantik dan rapi. Apa kamu akan ke kantor sepagi ini?"
"Ada meeting sangat pagi. Aku harus berangkat sekarang karena jarak dari sini ke kantor cukup jauh apalagi angkot atau bis sangat lambat."
"Aku akan meminta asisten ku untuk menjemputmu."
"Itu tidak perlu. Aku akan memintanya sekarang dan kamu tidak akan menolaknya," seru Melvin kemudian memutuskan sambungan video call itu karena tidak ingin mendengar alasan Alexa sayang terus menolak setiap bantuan yang dia berikan.
Melvin berani menghubungi Robi untuk segera menjemput Alexa karena dia tidak ingin kekasihnya itu terlambat lalu akan di maki oleh Siska yang selalu seenaknya sendiri sebagai bos.
___
Alexa yang sudah rapi, melirik Gea yang masih terlelap dengan mengenakan pakaian seperti semalam karena saat setelah pulang dari klub, dia langsung tidur.
"Gea, aku sudah buatkan mini burger untukmu. Sudah aku siapkan di meja makan," ucapnya sambil mengenakan high heels berwarna hitam dengan tinggi hanya sekitar 10 cm. Dia memang sudah sangat rapi dalam balutan dress hitam sebatas lutut dipadu dengan atasan lengan panjang berwarna putih kemerahan serta menjepit sebagian rambutnya ke belakang..
"Mini burger?" sahut Gea dengan mata masih ngantuk dan masih memeluk guling.
"Iya. Semalam Melvin membawa beberapa bahan makanan cepat saji untuk sarapan kita setiap hari jika tidak sempat memasak menu lain.
"Hmmm ... apa yang kalian lakukan semalam?" tanya Gea masih merem dan memunggungi Alexa yang kini duduk di tepi ranjang untuk memeriksa beberapa file yang ada didalam tas nya.
"Kami hanya makan bersama lalu nonton tv," jawab Alexa kemudian beranjak berdiri dan berjalan menuju keluar kamar sambil berkata, "aku berangkat sekarang."
"Yea," sahut Gea kemudian lanjut tidur untuk meneruskan mimpinya yang sempat terkendala.
___
Alexa berjalan menuju pintu ruang tamu dan ternyata saat itu terdengar suara bel berbunyi. Dia segera membuka pintu itu dan melihat ada seorang kurir pria memakai seragam berwarna biru, membawa kotak persegi berukuran sedang berwarna hitam.
"Apa ini dengan nona Alexa?" tanya kurir itu.
"Iya, saya Alexa," jawab Alexa dengan menganggukkan kepalanya.
"Ini untuk anda, dan tolong tandatangan di sini," seru pria itu sambil menyerahkan kotak hitam dan buku kecil yang sudah dibuka menunjukkan list tandatangan sebagai bukti penerimaan barang.
"Eh, oke," sahut Alexa agak mengerutkan keningnya sambil menerima kotak yang agak berat itu kemudian segera tandatangan.
Kurir itu mengambil buku yang sudah ditandatangani oleh Alexa kemudian memasukkannya ke dalam tas selempang hitam yang dikenakannya. Setelah itu, dia segera pamit untuk pergi sementara Alexa tampak heran siapa yang sudah memberikan paket itu dan apa isinya.
Karena penasaran, akhirnya Alexa memutuskan untuk kembali ke ruang tamu dan duduk di sofa. Dia segera membuka kotak itu dan ternyata isinya adalah laptop berwarna putih mengkilap dari produk termahal.
"Siapa yang memberikan laptop ini untukku? Apa mungkin Melvin?" Alexa bertanya-tanya kemudian mengambil ponselnya dari dalam tas kerjanya. Dia segera menghubungi Melvin via WhatsApp hingga beberapa kali baru bisa terhubung.
Alexa meletakkan laptop dan tasnya ke atas meja. "Apa kamu yang membeli laptop ini?" tanyanya tanpa ingin basa-basi lagi.
"Iya, Sayang. Aku harap kamu mau memakainya supaya kamu lebih mudah dalam bekerja. Lebih baik kamu simpan yang lama sebagai kenangan," jawab Melvin dari seberang terdengar sangat tenang.
"Ini harganya pasti mahal. Seharusnya kamu tidak membelinya untukku. Laptop lama milikku masih bisa dipakai," ucap Alexa dengan gusar, merasa tidak enak karena menerima benda mahal begitu saja. Ini adalah hal yang baru baginya karena selama ini, dia selalu memperoleh barang harus dengan bekerja keras, kecuali saat terakhir kaya mentraktirnya itupun dari uang Bastian.
"Bagiku itu murah dan pantas untuk kamu pakai. Aku tidak ingin mendengar penolakan. Sekarang aku harus mandi karena sebentar lagi akan ada pertemuan besar-besaran antar relasi. Aku akan menelponmu lagi setelah semua selesai." Melvin berkata dengan panjang lebar kemudian sambungan telepon itu pun terputus begitu saja padahal Alexa belum memberi tanggapan.
Alexa menghela nafas kemudian memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas. Dia menyimpan laptop baru itu ke dalam kamar karena belum ingin menggunakannya sekarang. Setelah itu dia segera keluar dan lagi-lagi ada seorang pria yang menghampirinya saat dia baru tiba di depan pintu.
"Selamat pagi, Nona Alexa," sapa pria berpenampilan sangat rapi dalam balutan terusan tuxedo hitam dan menyisir rambutnya dengan style haircut.
"Ya, ada apa?" tanya Alexa.
"Saya bertugas untuk menjemput anda," jawab yaitu dengan tersenyum hangat.
"Kamu pasti diperintah Melvin." Alexa menebak dengan menyipitkan matanya.
Pria itu tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Iya, nona. Saya harap anda tidak menolak untuk saya antar karena jika anda menolak dan saya batal mengantarkan Anda ke kantor, tuan Melvin akan memecat saya."
"Ini adalah pemaksaan untuk semua pihak," gumam Alexa dengan menggelengkan kepalanya kemudian lanjut jalan menyusuri koridor menuju lift dengan diikuti oleh Robi.
"Nona, anda bersedia saya antar, kan?" tanya Robi sambil mengikuti Alexa.
"Ya, daripada aku akan terlambat lebih baik kamu antar," jawab Alexa sambil terus berjalan hingga segera masuk ke dalam lift bersamaan dengan Robi kemudian menekan tombol menuju lantai dasar.
Selama di dalam lift Alexa hanya terdiam dengan tersenyum tipis mengingat momen manis dirinya di dalam lift itu bersama Melvin, yang ternyata masih memberikan perhatian meski sedang berada di tempat yang jauh. Itu membuatnya merasa pria itu tidak hanya main-main dengannya dan memang sedang berusaha untuk mencintainya.