Chereads / Unexpected Wedding: Tuan CEO yang Posesif / Chapter 36 - Hutang dibayar lunas

Chapter 36 - Hutang dibayar lunas

Saat sudah tiba di kantor, Alexa turun dari mobil dan berjalan memasuki gedung perusahaan itu dengan diikuti oleh Robi. Hal itu membuatnya heran dan berhenti kemudian berbalik menatap pria yang mengikutinya itu.

"Hei, apa Melvin juga memintamu untuk mengantar aku sampai tiba di ruanganku?" tanyanya dengan mengerutkan keningnya.

"Bukan begitu ... Saya memang ingin mengantar anda sekaligus ingin bertemu dengan Bu Siska," jawab Robi dengan tersenyum.

"Huh."

Alexa menghembuskan napas kasar kemudian berbalik kembali berjalan menyusuri koridor menuju lift dan tentu saja Robi mengikutinya.

"Pagi, Alexa," sapa Lisa saat melihat Alexa melewati ruangannya yang berjajar rapi dengan karyawan lain berbatasan dengan sekat-sekat setinggi 150 cm.

"Hi, semoga harimu menyenangkan," sahut Alexa dengan tersenyum agak melambatkan langkahnya sebentar.

Lisa melambaikan tangannya ke arah Alexa hingga Alexa pun menghampirinya sementara Robi lanjut berjalan menuju lift.

"Ada apa?" tanya Alexa.

"Siapa dia?" tanya Lisa sambil melirik ke arah Robi yang ternyata menunggu Alexa di depan lift.

"Dia asisten Melvin," jawab Alexa santai.

"Sepertinya kamu tidak perlu bekerja di sini lagi m sudah akan memiliki segalanya. Pacarmu kaya dan sekarang kamu bekerja di sini saja sambil dikawal asistennya," ucap Lisa dengan tersenyum menggoda.

"Itu tidak mungkin. Aku akan tetap bekerja di sini untuk melunasi hutangku," sahur Alexa. "Sekarang aku harus segera tiba di ruanganku karena banyak sekali yang harus aku kerjakan sebelum Bu Siska akan marah-marah padaku."

Lisa tersenyum simpul. "Kamu hanya perlu menikah dengan Tuan Melvin. Maka penderitaanmu karena Bu siska akan segera berakhir."

"Itu sangat tidak mungkin. Kami baru berpacaran," ucap Alexa kemudian lanjut berjalan menuju lift dengan hatinya yang berkata, 'dan pacaran ini sangat menyenangkan sekaligus aneh ... membingungkan pula.'

Alexa dan Robi memasuki lift dan segera menekan tombol menuju lantai di mana ruangannya berada. Selama di dalam sana, sesekali mereka saling melirik namun Alexa bersikap ketus karena sebenarnya dia sangat tidak suka ketika Melvin membuatnya terlihat seperti princess yang harus diantar ke mana-mana.

"Apa kamu ke sini karena Melvin?" tanya Alexa.

"Ya ... ada urusan kerja," jawab Robi dengan tersenyum hangat.

Alexa mengangguk paham hingga kemudian segera keluar karena lift terbuka. Dia berjalan dengan santai hingga akhirnya berpapasan dengan Bastian yang baru keluar dari ruangan Siska. Gadis itu memilih untuk memalingkan wajahnya ketimbang ditatap oleh suami bosnya itu karena sebenernya dia tidak menyukai sikapnya yang telah menjadikan sahabatnya sebagai selingkuhan.

"Alexa," sapa Bastian.

Alexa yang hendak masuk ke ruangannya pun menoleh menatap Bastian dengan canggung. "Ya, anda memanggil saya?"

"Apa kamu nyaman tinggal di sana?" tanya Bastian dengan tersenyum hangat.

Alexa terdiam, melirik sekeliling yang masih sepi kemudian kembali menatap Bastian. "Sangat nyaman. Terimakasih sudah berbaik hati pada saya. Tapi, ada baiknya jangan membicarakan hal ini karena saya khawatir akan ada yang tau."

"Kamu tenang saja," seru Bastian dengan tersenyum menggoda, kemudian lanjut berjalan menuju lift khusus untuk bos.

"Entah kenapa aku merasa dia bukan pria yang baik untuk Gea," gumam Alexa sambil menatap Bastian yang perlahan menjauh. Dia segera masuk ke ruang kerjanya dan memukai aktifitasnya.

___

"Jadi, tuan Melvin ingin melunasi semua hutang Alexa di sini?" tanya Siska dengan mengerutkan keningnya.

"Ya. Dia ingin semua dihitung dan dia akan membayar dengan lunas. Jadi, anda tidak perlu bersikap semena-mena lagi dengan Alexa," jawab Robi dengan santai.

"Baiklah kalau begitu." Siska mengangguk pasrah namun dia jadi merasa kesal karena ternyata Melvin mengetahui sikapnya pada Alexa selama ini. Itu bisa saja membuat posisinya tidak nyaman lagi. 'Aku tidak akaan tinggal diam. Aku akan mencari investor baru dan lebih baik aku menendangnya dari sini daripada melihatnya selalu menarik perhatian klien-klienku,' batinnya geram.

Tokk ... tokk ...

Siska beralih menatap ke arah pintu. "MASUK!"

Pintu terbuka. Alexa memasuki ruangan itu sambil membawa sebuah dokumen. Tatapannya tampak berbeda pada Siska yang tersenyum menatapnya, tentu saja hal itu membuatnya heran. Angin apa yang membuat bos galak itu mau tersenyum padanya?

"Ah, iya. Kebetulan kamu ke sini, Alexa. Ada kabar gembira untuk kamu," ucap Siska dengan senyum palsunya.

"Bu. Siska. Saya rasa dia tidak perlu tau," sahut Robi buru-buru.

"Kabar gembira apa sebenarnya?" tanya Alexa dengan mengerucutkan keningnya.

"Tuan Robi. Alexa harus tau supaya dia tidak terus merasa memiliki beban," ucap Siska dengan serius menatap Robi kemudian beralih pada Alexa. "Ini adalah kabar bahwa semua hutangmu sudah dilunasi oleh tuan Melvin."

"Apa? Semua hutangku dilunasi?" Alexa tampak terkejut. 'Tadi pagi laptop mahal sudah aku terima, dan sekarang semua hutangku yang berjumlah puluhan juta dia lunasi ... Gila!'

"Seharusnya kamu senang, Alexa. Akhirnya yang menjadi bebanmu selama ini telah hilang. Saya pikir ini adalah keberuntungan mu karena menjadi pacar dari pengusaha kaya raya seperti tuan Melvin," ucap Siska dengan senyum seolah ikut bahagia meski rasanya dia sangat iri.

"Sebenarnya ini semua murni karena keinginan tuan Melvin. Saya harap anda tidak marah karena dia sungguh ingin meringankan beban anda," ucap Robi saat melihat kebingungan dan ketidaksukaan di wajah Alexa.

"Ya ... nanti saya akan meneleponnya," sahut Alexa kemudian kembali pada tujuan utamanya.

"Bu. Siska. Kita akan ada meeting sekitar 15 menit lagi. Ini file nya yang sudah saya siapkan," ucapnya sambil meletakkan dokumen itu ke atas meja.

"Kalau begitu saya juga harus permisi karena ada pekerjaan lain yang menanti," pamit Robi kemudian beranjak dari kursi. Dia segera menyalami Alexa dan Siska kemudian segera meninggalkan ruangan itu.

Setelah Robi berlalu pergi, Siska menatap Alexa dengan tersenyum sinis, menepuk tangannya, membuat Alexa merasa heran dalam diam dan alisnya berkerut.

"Wow ... dalam waktu dua hari. Semua berubah drastis. Sangat mengagumkan. Apa yang kamu lakukan hingga klien ku bertekuk lutut padamu, Alexa?" Siska bertanya namun seperti menyindir.

"Saya tidak melakukan apapun," jawab Alexa dengan ketus.

"Sekarang semua sudah terbayar lunas. Jika kamu ingin segera resign dari sini, tidak masalah. Mungkin kamu akan lupa daratan setelah ini, dan lupa meski aku seperti ini, aku yang selalu meminjamkan uang kepadamu untuk biaya pengobatan ibumu," ucap Siska terdengar seperti kecewa dan sepertinya memang tidak ingin ditinggalkan meski kelihatannya terkesan mengusir.

"Saya tidak akan resign. Anda tidak perlu khawatir," sahut Alexa santai. "Saya juga tidak akan memanfaatkan status hubungan saya dengan Melvin untuk menjatuhkan anda. Saya akan tetap profesional sebagai tanda terimakasih atas apa yang sudah anda lakukan untuk saya," lanjutnya dengan tegas.

"Baguslah kalau kamu tau diri. Sekarang silahkan keluar," seru Siska dengan santai.

Alexa segera meninggalkan ruangan itu sambil melamun, merasa sudah sangat tidak nyaman karena memakai uang Melvin terlalu banyak dan dia berpikir sepertinya Siska atau siapapun akan menuduhnya telah melakukan hal yang tidak senonoh hingga Melvin memberinya banyak uang. 'Setelah ini apa lagi? Aku benar-benar heran kenapa dia sangat baik,' batinnya sambil berjalan kembali ke ruangannya.