Chapter 2 - Part 2

Di siang yang terik dan panas.

Balai desa pun menjadi ramai dengan tersebarnya berita yang mengemparkan Desa.

Terlihat lihat seorang pria yang di ikat tangannya dengan wajah babak belur.

"Ayo ngaku!! kamu berzina dengan Hamun kan?? JAWAB!!" hardik seorang petugas desa dengan bersiap-siap hendak menjatuhkan satu tonjokkan pada wajah pria yang sudah berdarah.

"BUKAN!! SAYA TIDAK BERZINA!!" sahut Agung lantang.

Dan lagi-lagi satu pukulan telak kembali ia rasakan.

Buukkk...

"Aahh" seringai kesakitan Agung yang merasakan luka bekas pukulan itu kian perih.

"Sudah menikmati tapi masih tidak mengakui!! dasar binatang!!" hardik Bayu berang. Ia sakit hati ketika mengetahui wanita yang akan ia pinang bersetubuh dengan pria lain.

Agung dengan menahan sakit kembali menatap marah pada yang telah memukulnya berkali-kali.

"KAU AKUI SAJA, BANGSAT!!" kutuk Bayu dengan kembali menghujamkan pukulan kemarahan pada wajah pria yang sudah menikmati tubuh wanita yang ia cintai.

Bak..Buk.. pukulan membabi buta itu terus Bayu hadiahnya pada si pendeta Agung.

Agung berkali-kali merasakan kesakitan yang bertubi-tubi.

Hingga akhirnya dua orang warga menahan Bayu yang sudah di rasuki setan pembunuh.

"Sudah..sudah!!" rerai beberapa warga memisahkan Bayu yang terlihat siap membunuh pria itu dengan tangannya.

"Kita nikahkan saja mereka!! bagaimana pun ini perbuatan yang harus mereka tanggung bersama" ujar seorang pria paruh baya memberi saran.

"Betul..betul, setuju.. nikahkan saja pezina itu dan usir mereka dari desa kita!!" sorak beberapa warga memberi saran.

Bayu kian marah.

"Tidak, MUNGKIN!!"

Beberapa terdiam.

"Tidak mungkin, bagaimana mungkin Hanum menikah dengan pria sialan ini!!" rutu Bayu menentang.

Beberapa menatap heran Bayu.

"Apa kau masih ingin memiliki istri bekas orang?? ingat Hanum sudah tidak perawan lagi!!" seorang tetua memperingatkan Bayu.

Bayu terluka, raut wajahnya benar-benar tak percaya.

"Masih banyak gadis-gadis perawan di desa ini, untuk apa kamu mempertahankan Hanum yang sudah berani-beraninya berzina??" timpal seorang teman Bayu.

"Lagi pun, kau juga seorang petinggi di desa ini..bagaimana warga akan memandang seorang Camat dengan istri yang mempunyai aib memalukan seperti itu!!" hasut seorang warga dengan membuka pikiran Bayu yang merupakan seorang pimpinan di Desa itu.

"Benar!! Benar!! cari wanita lain saja yang lebih terhormat Bayu, dan lupakan Hanum yang sudah berzina" timpal yang lain mendukung.

Hasutan-hasutan itu sudah membutakan pikiran dan hati Bayu yang kecewa.

"Baiklah, seret mereka ke Balai desa dan nikahkan pezina ini lalu usir mereka!!" perintah Bayu dengan wajah dingin menatap pria yang terkulai di kursi kesakitan.

***

Disisi lain, Hanum menangis di dalam kamar. Ia di kunci oleh ibu dan Nita.

Mereka menjaga ketat Hanum agar tak melarikan diri.

Tak lama seorang warga datang mendekat pada ibu yang tengah merawat Ayah di ruang keluarga.

"Sudah di putuskan, pria itu akan menikahi Hanum lalu mereka akan di usir dari desa ini!" ujar wanita paruh baya itu bersemangat memberi info terkini.

Wajah Nita dan ibu terlihat tersenyum terkulum. Rencana mereka benar-benar berjalan dengan sukses.

"Akhirnya, Hanum akan pergi juga.. dan mas Bayu pasti bisa aku dapatkan dengan mudah" bisik batin Nita bahagia.

Namun berbeda dengan wajah sang Ayah yang kian sedih. Tubuhnya yang sakit-sakitan tak bisa membela sang anak, ia yakin pasti ada kesalah pahaman. Tidak mungkin Hanum melakukan perbuatan yang sangat tidak bermoral itu.

Ibu mendekat dengan memeriksa kondisi sang suami yang terlihat lemah.

"Kamu harus rela, jika anak kesayangan mu menikah dengan pasangan Zinanya... aku juga turut sedih, tapi ini yang harus Hanum tanggung.. ini kesalahan nya sendiri, dia sudah berani berbuat maka dia harus bertanggungjawab dengan perbuatannya" tutur ibu pada sang suami yang kondisinya kian terpuruk.

Ayah kian merasakan sesak di dadanya.

"Karena kamu sakit, Hanum akan di nikahkan dengan wali hakim, dan kamu harus terima hal itu" timpal ibu dengan tak berperasaan.

Hati Ayah kian hancur. Luluh lantak sudah impiannya yang ingin menikahkan sang putri dengan bahagia.

***

Agung yang terlihat lemah karena sudah seharian menjadi pelaku Zina dan bertubi-tubi menerima pukulan yang kian membuatnya lemah hingga hampir kehilangan kesadarannya.

"Jadi, sore ini Balai desa akan menikahkan kalian berdua, jadi sebut nama panjang mu??" tanya seorang petugas desa dengan ketus.

"A-gung Per-dana" jawab Agung dengan menahan sakit, ia sudah tak mampu lagi untuk meronta dan melawan semua fitnahan yang tak ia lakukan.

"Usia?"

"3-4" jawab Agung tertahan dengan menahan sakit pada bibirnya yang koyak.

"Alamat??"

"Jakarta" jawab Agung cepat.

"Mahar yang akan di beri pada Hanum??"

Agung diam tak menjawab.

Sang petugas menatap Agung.

"Apa kau punya uang seratus ribu??"

Agung mengangguk pelan, seolah ia akan menuruti semua perintah apa pun untuk mempercepat menyelesaikan semua tuduhan ini.

"Bagus, seratus ribu akan menjadi mahar Hanum" ucap petugas desa itu dan berlalu meninggalkan ruangan tempat Agung di ikat.

Agung menghela nafas lelah.

"Suatu saat aku akan balas semua perbuatan ini, akan aku ingat wajah-wajah yang menyiksa ku!!" rutu batin Agung dengan menahan sakit di wajah juga tubuhnya yang babak belur.

***

Hanum termenung didalam kamar. Airmatanya kering, seiring dengan berita yang baru saja ia dengar.

Bahwa ia akan dinikahkan dengan pria yang menjadi dalang permasalahan Zina ini.

Mental Hanum hancur, hatinya terguncang. Peristiwa ini sudah mengubah jalan hidupnya.

"Apa sebaiknya aku mati saja??" bisik batin Hanum mulai putus asa.

Orang-orang terdekat yang ia miliki semua tak ada yang mempercayai ucapannya. Bahkan ibu dan Nita yang ia rasa orang yang paling tau sifatnya, bahkan menjadi orang pertama yang tak mempercayai ucapan Hanum.

Kecewa, sedih dan hancur sudah perasaan Hanum. Tak ada satu pun yang membela dirinya.

Dengan putus asa, Hanum melihat kesekeliling kamarnya. Mencari sesuatu yang tajam atau apa pun yang dapat membuatnya mati.

Dan hal yang terlintas adalah sebuah kain panjang. Benda ini dapat menjadi tali yang menjerat lehernya.

Hanum menyeka air matanya lalu bangun dengan meraih kain panjang tersebut. Namun tanpa sengaja ia melihat sebuah foto seorang wanita yang membuatnya merasa bersalah.

"Ibu, maafkan Hanum" bisik Hanum yang kian terpuruk ketika melihat foto mendiang ibunya yang sudah 10 tahun meninggalkan dunia ini.

Dengan perasaan kian bulat, Hanum bersiap dengan aksi bunuh dirinya. Ia menaiki kursi agar dapat mengantungkan kain panjang itu di pintu kamar mandi.

Setelah itu ia menyimpulkan kain itu ke lehernya dengan kuat. Setelah ia rasa cukup kuat, ia pun menyiapkan hatinya untuk mengakhiri hidupnya.

Dengan menelan salivanya Hanum bersiap untuk loncat.

"Ibu, Ayah.. maafkan Hanum" bisiknya lirih dengan memejamkan mata.

***

Di lain tempat, semua warga berkumpul dengan saling berdesak-desakan untuk melihat sang tokoh utama perzinaan itu.

Agung duduk dengan wajah sayu dan lembab. Ia duduk di hadapan dua orang tetua dari desa yang terlihat bersiap untuk melaksanakan tugas mereka.

Sore ini akan menjadi berita besar dengan pernikahan perzina Agung dan Hanum.

"Semua diam, acara akan kita mulai" seru petugas desa dengan pengeras suara.

Keributan itu pun berubah menjadi bisik-bisik rendah di aula desa.

Bayu duduk dengan wajah masam, tatapannya tajam pada pria kota yang sudah menodai wanita yang ia suka.

"Kita mulai" seru salah seorang petugas nikah.

Dengan hikmat sebuah ucapan sakral dimulai ketika tangan Agung dengan berat menjabat tangan tetua yang menjadi wali hakim untuk sang wanita.

Dan terdengar suara sang petugas nikah mengucapkan kalimat sakral itu. Lalu sedetik kemudian dengan surat penuh amarah Agung menyahut kalimat sakral itu dengan lantang.

"Saya terima nikahnya, Hanum Binti Zainal untuk saya, dengan mahar, dibayar TUNAI!!" sambut Agung lantang.

Seketika ruangan itu bergemuruh ketika mendengar ucapan pria kota yang menjadi pelaku Zina.

"SAH!!" sahut petugas memberi pengesahan akan pernikahan Hanum dan Agung.

***

Kabar pernikahan itu telah selesai pun sampai dengan cepat pada keluarga Hanum.

"Cepat kabari Hanum, keluarkan dia dari sana.. dan segera usir dari rumah kita" perintah ibu pada Nita.

Nita pun bersegera pergi menuju kamar Hanum. Ia membuka kunci lalu tak lama membuka pintu kamar itu.

"Hanum, kamu su..." ucapan Nita terpotong ketika syok melihat sosok Hanum tergantung di pintu kamar mandi.

"HANUUUUUM!!" pekik Nita histeris ketika melihat Hanum mengantungkan dirinya disana.