Setelah perjalanan yang jauh dengan menghabiskan waktu 6 jam. Kini, akhirnya Hanum tiba di satu komplek perumahan yang terlihat padat.
Hanum turun ketika Agung lebih dahulu turun dengan wajah dingin. Pria itu tak berbicara sepatah kata pun pada Hanum.
Mereka tiba di sana siang hari, sehingga banyak para tetangga yang tidak sengaja melihat Agung membawa seorang wanita kerumah ya.
Tatapan penasaran para tetangga terlihat jelas pada sosok wanita asing yang tak pernah mereka lihat sebelumnya.
Hanum hanya melihat sekilas wajah-wajah penasaran itu, lalu mengikuti langkah Agung yang kini telah membuka pintu rumahnya.
Agung masuk lebih dahulu, dan Hanum mengikuti langkah pria itu.
Namun baru beberapa langkah Hanum masuk tiba-tiba Agung berbalik dengan wajah kebenciannya.
Sehingga Hanum terjegat kaget.
"Berhenti itu situ!!" seru Agung bernada dingin.
Hamun yang mendapatkan tatapan tak menyenangkan itu pun hanya bisa berdiri takut.
"Siapa yang menyuruh kamu masuk??"
Hanum menelan salivanya dengan berat.
"Lebih baik kamu pergi.. pergi dan jangan pernah menginjakkan kaki kamu dirumah ini!!" seru Agung dengan nada penekanan.
Bibir Hanum terjatuh rapat mendengar ucapan Agung yang mengusirnya.
"Sa-ya.." ucap Hanum tergantung takut.
"Jangan berbicara karena aku tidak akan pernah menerima mu!! jadi keluar!! sebelum aku dengan kasar menyeret kamu dari sini!!"
Hanum hanya bisa bingung, bagaimana ia akan pergi dari sini. Namun pria yang jadi suaminya malah mengusirnya tanpa peduli.
"KELUAR!!" bentak Agung bernada tinggi.
Hanum pun kembali terjegat kaget, tubuhnya mengidik takut ketika mendapatkan tatapan kebencian dan amarah Agung pada dirinya.
Perlahan Hanum hanya bisa mundur, lalu berbalik dengan ragu sembari membawa tas pakaiannya keluar dari rumah itu.
Setelah melewati pintu itu, Agung pun dengan cepat menutup pintu dengan kasar.
BRAKK..
Hanum terkejut mendengar suara pintu di banting kasar. Sehingga beberapa tetangga yang masih di sana pun reflek melihat pada Hanum.
Hanum hanya bisa tertunduk bingung. Apa yang harus ia lakukan, akan kemana ia pergi jika suaminya tak menerima kehadirannya.
Sesak dan pusing, rasanya kesakitan yang di terima Hanum belum juga berakhir dengan pergi dari desa.
Hanum menghela nafas panjangnya. Lalu perlahan duduk di tepian teras rumah Agung.
Saat ini pikirannya benar-benar kosong, di usir dari desa dan kini di usir oleh pria yang menjadi suaminya. Sungguh nasib Hanum begitu buruk, hingga tanpa sadar ia menitikkan airmatanya untuk kesekian kalinya.
Hanum hanya bisa terisak pilu di depan teras dengan memeluk dirinya sendiri.
***
Entah sejak kapan hujan turun begitu lebat ya. Agung yang akhirnya bangun dari tidur panjang di jam 7 malam.
Agung membuka matanya dengan sadar, ia benar-benar tidur dengan lelap setelah beberapa hari ia lewati di balik jeruji besi dan tidur di lantai yang dingin.
Suara angin dan hujan yang lebat menyadarkan Agung. Ia baru saja merasa lapar setelah tadi siang langsung tidur tanpa memikirkan beban apa pun.
Sungguh tidur siang yang terlalu nikmat yang pernah ia rasakannya. Ia hampir melupakan peristiwa buruk di desa itu.
Agung menghela nafas panjang lalu beranjak dari tempat tidurnya dan bersemangat untuk mandi.
***
Selesai Agung mandi, ia pun merasa segar dan di ikuti oleh perutnya yang sangat lapar.
Hujan yang lebat pun kini mereda dengan hanya terdengar rintik hujan yang membasahi atap rumah.
Agung meraih handphone miliknya untuk membuka aplikasi gofood.
Ia milih beberapa menu makanan yang sangat menggugah seleranya malam ini.
Dan setelah mesan makanan lewat aplikasi Agung keluar dari kamarnya. Ia melihat lampu teras rumahnya masih belum di hidupkan. Sehingg membawa langkahnya menuju ruang tamu sederhana untuk menekan saklar lampu depan.
Setelah lampu di hidupkan, Agung berniat menutup gorden jendela.
Namun ketika satu tangannya membuka pengantin gorden. Sekilas kedua mata Agung melihat sosok yang meringkuh di depan terasnya.
Kening Agung berkerut kesal ketika mengingat wanita yang ia usir tadi siang ternyata masih berada di sana.
Agung dengan marah pun membuka pintu untuk mengusir wanita yang sudah menbuatnya tertimpa kesusahan.
Brakk.. pintu terbuka kasar, langkah Agung pun terlihat tegas menuju tempat wanita itu berada.
"Kamu masih belum pergi juga yaa!!" hardik Agung marah. "Pergi..pergi!!" seru Agung dengan mendorong tubuh wanita itu yang seketika terjatuh tanpa ada reaksi.
Brruukkk.. tubuh Hanum yang lemah pun terjatuh di teras tanpa reaksi.
Agung terkejut ketika melihat Hanum tak bergerak. Sontak ia turun untuk memeriksa keadaan Hanum.
"Heh!! bangun!!" seru Agung dengan mengoyahkan lengan Hanum yang tak bereaksi apa pun.
Baju Hanum yang basah dengan wajah yang pucat membuat Agung panik.
"Bangun!! jangan mati disini!!" ujar Agung dengan menepuk-nepuk wajah Hanum yang tampak pucat.
Namun Hanum yang tak berdaya pun tak memberikan reaksi apa pun.
"Sial!!" ujar Agung yang akhirnya mau tak mau mengendong tubuh Hanum yang sudah kedinginan kedalam rumahnya.
Agung membawa tubuh Hanum dan menurunkannya di sora tamu. Dan Agung kembali mencoba membangunkan Hanum dengan menepuk-nepuk wajah Hanum yang kehilangan kesadarannya.
"Heh, bangun.. kamu jangan mati dirumah saya!!" ujar Agung yang berusaha membangunkan Hanum. Namun Hanum benar-benar kehilangan kesadarannya, sehingga membuat Agung panik. Ia takut jika Hanum mati dirumahnya maka ia akan menjadi tersangka pembunuhan dan ia akan kembali merasakan dinginnya jeruji besi.
Hanum sedikit bereaksi dengan merancau lirih.
"Di-ngin..!!"
Kening Agung berkerut dan ia memeriksa kembali tubuh Hanum. Dan ternyata tubuh wanita ini panas.
"Ck.. sial!!" rutu Agung yang akhirnya mengurus Hanum yang sakit dengan mengambil selimut dari kamarnya.
Ia pun keluar dari kamar dengan membawa selimut tebal dan ia menimpanya di atas tubuh Hanum.
Tak lama ia mencoba mengambil air hangat manis dan beberapa obat yang biasa ia gunakan ketika sakit demam.
Agung melakukannya dengan terburu, ia tak ingin sesuatu buruk menimpa wanita ini, jika pun benar setidaknya jangan dirumahnya.
Agung mengambil bantal sofa dan menaruhnya di bawah tengkuk Hanum yang terlihat tak berdaya.
"Hei, minum dulu!!" perintah Agung ketus.
Hanum menghela dengan lemah, ia tak sanggup melakukan apa pun saat ini.
Sehingga Agung kembali di buat pusing dengan wanita yang tak berdaya ini. Agung akhirnya kembali menuju dapur dan mengambil sendok, ia bermaksud untuk menyuapi air manis itu pada Hanum.
Dengan perasaan tak karuan Agung melakukan hal yang tak pernah ia lakukan sebelumnya. Bahkan ia saja belum pernah orangtuanya, namun kini ia malah merawat wanita yang sudah merusak nama baiknya.
"Hei!! minum!!" perintah Agung dengan menyuapi perlahan sendok berisi air hangat manis itu pada bibir Hanum yang terlihat pucat.
Satu hingga 4 sendok sudah masuk air hangat manis itu kedalam mulut Hanum. Tak lama Agung mengambil salah satu obat demam Sistenol lalu mematahkannya menjadi dua agar Hanum dapat menelan obat tersebut.
"Hei!! menum ini.. ini obat" jelas Agung ketus. Hanum yang membalikkan wajahnya dengan lemah.
"Ayo minum dulu!!" rutu Agung yang kesal pada Hanum. Dan dengan sekali gerakan kasar Agung kembali memasukkan obat kedalam mulut Hanum lalu den cepat menyuruh Hanum meneguk air hangat itu.
"Telan..telan!!" perintah Agung gusar ketika melihat wajah Hanum yang hendak memuntahkan obat itu.
Dan dengan terpaksa Hanum pun akhirnya dapat menelan obat itu dengan susah payah.
"Satu lagi!!" ujar Agung yang kembali memasukkan obat kedalam mulut Hanum dan kembali memaksa Hanum untuk menelan obat tersebut.
Dan akhirnya Agung pun lega ketika obat itu telah tertelan sempurna ke dalam mulut Hanum.
Agung merebahkan kembali tubuh Hanum di Sofa. Namun sekilas Agung menyadari pakai Hanum basah dan itu akan menambah buruk kondisi wanita ini.
Tapi dengan pikirannya yang masih terlihat marah pada Hanum, Agung memberikan baju basah itu melekat di tubuh Hanum.
"Harusnya kamu pergi!! kenapa kamu malah terus ada di teras?? bikin susah saja" rutu Agung kesal. Ia menarik selimut itu agar dapat menutup sempurna tubuh Hanum. Lalu meninggalkannya begitu saja di sofa tamu.
***
40 menit kemudian, gofood pesanan Agung pun tiba. Sup buntut dan sebungkus nasi hangat yang menjadi menu kesukaan Agung.
Agung makan dengan lahan sup tersebut, namun ketika ia tak sengaja melihat pada sofa tamu. Terlihat Hanum masih tertidur.
Sekilas ia melihat pada sup yang akan ia santap sampai habis.
Namun, tiba-tiba Agung menghela nafas dengan tak berselera.
"Huuufft.. benar-benar bikin repot!!" umpat Agung yang akhirnya membawa sisa nasi dan sup di mangkuk lain untuk ia berikan pada Hanum.
Agung menaruh sup itu di atas meja, lalu mencoba untuk memeriksa Hanum yang masih tertidur dengan wajah pucat.
"Heh, bangun.. makan!" seru Agung ketus.
"Hm?" hanum merespon dengan bergumam.
"Makan, jangan sampai kamu mati disini.."
Hanum yang masih lemah hanya bisa membuka mata sekilas, dan dapat melihat pria yang berbicara kasar padanya.
"Makan!!" seru Agung dengan terpaksa menyuapi Hanum malam itu.
Hanum yang tak bisa berkutik pun hanya bisa menurut dengan hati perih. Seiring dengan suapan sup yang hangat seiring itu juga air mata Hanum jatuh dengan perih.
Namun Agung tak peduli, ia menolong Hanum karena kemanusiaan dan tak ingin kesialan kembali terulang jika Hanum malah mati dirumahnya.
Agung tidak ingin itu terjadi, reputasi dan semua yang sudah ia raih akan rusak jika wanita ini mati di rumahnya.