Chapter 6 - Bab 6

Entah bagaimana cara kerja obat yang di berikan Agung begitu rasi di tubuh Hanum. Sehingga ketika pagi menjelang, Hanum dapat bangun dengan lebih baik.

Perlahan kedua mata Hanum terbuka, seiring ia mendengar suara yang mengusik tidurnya. Ketika kedua mata Hanum terbuka sempurna, seluruh penglihatannya mencoba untuk melihat ruangan itu dengan jelas.

Di saat Hanum berusaha untuk benar-benar sadar, terdengar suara pria yang tengah berbicara.

"Enggak, enggak sesimpel itu, sumpah..gue di jebak!!" ujar Agung berapi-api. Terdengar jelas jika Agung tengah menjelaskan duduk permasalahannya.

"Sial!!" umpat Agus kesal nada marah.

Dan disaat yang bersamaan, tatapan Agung pun bertemu dengan Hanum yang baru saja bangun dari tidurnya.

Kedua bola mata Agung memicing kesal ketika melihat wajah yang menjadi akar masalahnya.

"Sampaikan pada bos, aku akan menghadap siang ini!" ujar Agung dengan penekanan dan komunikasi itu pun terputus begitu saja.

Hanum terlihat gusar di tempatnya tanpa berani bergerak. Kedua manik mata Agung menatapnya tajam.

Hanum mulai berpikir untuk membuka pembicaraan. Namun langkah Agung yang menghampiri dirinya membuat wanita itu memegang takut.

"Gimana??" tanya Agung sinis.

Hanum dengan cepat mengangguk.

"Ya, ja-jauh lebih baik.. terima kasih, mas" jawab Hanum tulus.

Agung menyeringai kecil dengan wajah kesal.

"Aku gak tanyakan kondisi kamu?? aku tanya gimana?? apa kamu bisa pergi sekarang?"

Hanum syok.

"Aku udah cukup baik semalam, jadi tolong.. kamu sadar diri!! tolong pergi dan JANGAN PERNAH MENGINJAKKAN KAKI KAMU DIRUMAH INI LAGI!" ujar Agung dengan penuh penekanan.

Hanum terkesiap mendengar ucapan Agung. Melihat reaksi Hanum yang tak berkutik, membuat kesabaran Agung habis. Sehingga ia merasa tak sabar untuk menyeret wanita yang masih duduk di sofanya.

"Ta-tapi mas?"

Agung tanpa pikir panjang langsung meraih lengan Hanum dan menariknya dengan kasar.

Green.. suara Hanum di tarik kasar.

"Ah.." Hanum terkesiap menerima tarikan kasar Agung.

"KELUAR.. pergi kamu!!" usir Agung sembari menarik Hanum yang berusaha melawan.

"Jangan mas jangan.. tolong jangan!" ronta Hanum berusaha menahan tarikan Agung yang kuat.

"Tolong mas, jangan" pinta Hanum dengan tangis memelas.

Namun Agung yang sudah begitu muak dan benci pada Hanum malah menyeretnya tanpa peduli.

"KELUAR!!" Hardik Agung dengan kuat menarik Hanum.

Hanum terus berusaha menahan, namun ia masih lemah karena sakit. Sehingga tanpa di duga ia meraih kaki Agung dan memeluknya dengan kuat.

"Jangan mas, tolong jangan usir Hanum!!" tangis Hanum memohon.

"Tolong..tolong terima Hanum!!"

Agung berusaha melepaskan tangan Hanum dari kakinya.

"Lepas!!" perintah Agung marah.

Namun Hanum dengan tangis berusaha memegang kuat kaki Agung.

"Apapun akan Hanum lakukan, tapi tolong jangan usir Hanum.. tolong mas!!" pinta Hanum mengiba di kaki Agung.

"Bahkan jika mas mau bercerai pun, Hanum akan setuju, tapi tolong tidak usir Hanum!!" tangis Hanum.

"Lalu untuk apa kau ada di rumah ku? istri bukan kenalan bukan, apa lagi kau ini sudah membuat aku dalam masalah!!" cecar Agung kesal.

"Jadi pembantu, atau jadi apa pun akan Hanum lakukan.. tapi tolong.. tolong jangan usir Hanum!!" pinta Hanum lagi.

Agung menyeringai kesal.

"Apa???"

"Hanum..hanum bisa jadi apa pun, tapi tolong..tolong izinkan Hanum untuk tinggal di sini mas.." tangis Hanum mengiba.

Agung menghela nafas kesal.

"Apa aku gila??? untuk apa aku menampung kamu!!"

Hanum tak menjawab, ia terus memeluk kaki Agung dengan kuat. Saat ini ia tak dapat berpikir, ia butuh waktu jadi Hanum akan lalukan apa pun asal bisa tinggal di rumah Agung.

***

Setelah perjuangan Hanum bertahan di kaki Agung. Kini terlihat Agung duduk dengan wajah kekesalan menatap Hanum yang duduk bersimpuh dilantai.

"8 bulan??" pinta Hanum.

"Apa?? tidak.. tidak lebih dari 1 bulan!!" tolak Agung. "Setelah 1 bulan kamu harus keluar dari rumah ini!!" ujar Agung.

Hanum gusar.

"Ha-hanum butuh waktu" tawar Hanum memelas.

"Waktu? waktu untuk apa??" tanya Agung bingung.

"Untuk.. adaptasi"

"Adaptasi??" ulang Agung terperangah. Namun dengan cepat Agung menggelengkan kepala.

"Tidak-tidak.. aku tidak mau ada dirumah ini terlalu lama!!"

Hanum dengan cepat memelas dengan kedua tangan memohon.

"Tolong mas, tolong Hanum.. Hanum tidak punya apa pun..setidaknya beri waktu agar Hanum bisa.."

"Akan aku antar kamu ke panti sosial, di sana kamu bisa beradaptasi" potong Agung cepat.

Hanum terkejut.

"JANGAN!!" pekik Hanum spontan.

"Ba-baiklah.. baik.. dua bulan.. tolong beri Hanum dua bulan dan Hanum akan pergi dari sini" ucap Hanum putus asa.

Agung mengangguk setuju lalu bangun dari duduknya dengan wajah sombong.

"Dua bulan.. hanya dua bulan, setelah itu tidak ada toleransi!!" ujar Agung tegas berlalu pergi dari hadapan Hanum menuju kamarnya.

Mendengarkan hal itu, seketika Hanum bernafas lega. Bahkan untuk saat ini mungkin ini adalah yang terbaik bagi dirinya.

Baru beberapa detik, terlibat Agung kembali dengan mengunci pintu kamarnya.

Ceklek..ceklek..

Hanum berbalik melihat pada Agung yang keluar dari kamar itu dengan membawa tas ransel.

Dan langkahnya berjalan tegas di hadapan Hanum.

"KAU!! jangan berpikir aku melunak dengan memberikan kamu tinggal disini.." ujar Agung tajam.

Hanum hanya mendengar.

"Rumah ini di pasang CCTV yang akan mengawasi gerak gerik kamu, jika kamu mencuri!! maka tunggu pembalasan ku" ancam Agung dan pergi meninggalkan Hanum yang hanya diam membisu mendengar ancaman Agung.

Hanum yang masih lemah, hanya bisa terpaku memandang punggung pria yang melihatnya dengan penuh kebencian.

Namun karena tubuhnya yang masih belum sehat, seketika tubuh Hanum lemas dan terduduk di lantai.

Seketika Hanum menangis. Menangis karena nasibnya yang benar-benar buruk. Dan waktunya hanya dua bulan sebelum keluar dari rumah Agung.

Namun di lain sisi, Agung yang hendak menghidupkan mobil sedan yang sudah lama terparkir sedikit berpikir ragu.

Ragu meninggalkan rumah pribadinya pada wanita asing.

"Ck.. harusnya aku tidak boleh menerima dia!!" rutu Agung yang kesal pada dirinya. Lalu dengan cepat ia masuk kedalam mobil sedan dan mulai melaju meninggalkan rumahnya.