Chapter 3 - Part 3

Samar-samar terdengar suara yang membuat kesadaran Hanum kembali dari pingsannya yang cukup lama.

Perlahan ia membuka kedua matanya dengan berat.

"Apa aku sudah mati?" tanya batin Hanum dengan melihat cahaya terang dari lampu yang berada di ruangan putih itu.

Tak lama ia merasakan sebuah tangan hangat menyentuh lengannya.

"Syukurlah kamu sudah sadar, Hanum" ujar seorang perawat dengan wajah sendu.

Kedua mata Hanum akhirnya benar-benar dapat melihat bayangan samar yang kian jelas.

"Suci??" seru Hanum yang mengenali wajah yang tak asing di ingatannya.

Wajah itu tampak jelas bersedih memandang Hanum.

"Aku percaya kamu, Num.. kamu pasti enggak melakukan hal buruk itu.." ujar Suci sembari membelai wajah Hanum yang akhirnya kembali tersadar.

"Kenapa aku masih hidup??" tangis Hanum.

Suci memeluk tubuh Hanum.

"Kamu gak boleh mati, Num.. bunuh diri itu perbuatan yang di benci Tuhan.."

"Tapi aku gak sanggup lagi Suci.. aku gak bisa menanggung semua hinaan dan fitnah yang kejam ini" tangis Hanum pecah di hadapan Suci sang sahabat satu-satunya yang ia punya.

"Kamu harus kuat, Num.. aku percaya kamu bisa melewati ini semua.. kamu gak sendiri, kamu sudah punya suami"

Deg..hati Hanum kian hancur ketika mendengar kenyataan baru yang mengubah hidupnya. Kini ia telah memiliki seorang suami yang ia sendiri tidak begitu mengenal pria itu.

"Ya Tuhan.. apa yang telah engkau takdirkan untuk ku?? mengapa cobaanmu begitu berat!!" tangis batin Hanum yang benar-benar mengeluh sebagai hamba Tuhan yang rapuh.

***

Di sisi lain, di balik jeruji besi, Agung di tahan oleh pihak kepolisian untuk menghindari amukan warga desa yang masih marah pada perbuatan Zina itu.

Di dalam penjara Agung terus merenung, mengapa ia terjebak dalam masalah gila ini??

Kedatangan hanya ingin menijau lokasi tanah untuk pembuatan resort milik seorang jutawan kaya.

Namun dalam semalam cerita berubah drastis, bangun di atas ranjang bersama wanita asing lalu dalam sekejap mata ia menjadi tertuduh sebagai pelaku Zina.

"Aku akan balas pria itu!!" gumam Agung dengan dendam pada pria yang telah menghajarnya hingga babak belur.

Malam kian larut, dan dinding jeruji besi itu begitu dingin. Sungguh malam yang tak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya.

Agung bersumpah akan menghancurkan orang yang telah membuatnya menjadi seperti saat ini.

Di saat hatinya yang panas karena dendam. Sesaat ia mengingat nama wanita yang baru saja ia nikahi dengan terpaksa.

"Hanum.." bisiknya dengan nada penuh kebencian.

"Aku akan membuat hidupmu bagai neraka, aku bersumpah orang pertama yang akan merasakan pembalasan ini adalah kau, Hanum!!" ujar batin Agung dengan geram.

***

Di lain tempat, Nita dan sang ibu duduk menemani sang ayah yang masih terbaring sakit.

Keduanya duduk dengan rasa bahagia.

Sekian lama merencanakan hal ini, akhirnya rencana mereka pun terlaksana dengan sangat sempurna. Bahkan hasil yang mereka dapat pun jauh di luar ekspektasi mereka, Hanum dilaksa menikah dan di usir dari desa.

Karena hal itu adalah tujuan utama Nita dan sang Ibu. Mencoreng nama Hanum yang merupakan kembang desa dan menjadikannya seorang pezina adalah rencana sempurna.

Nita tak bisa menyembunyikan rasa senangnya ketika melihat kehidupan Hanum yang hancur dalam kejadian 1 malam.

Ibu yang sedang memijit kaki sang suami pun spontan memcubit lengan sang anak.

"Au..., ikh ibu.. sakit" rengek Nita.

"Wajahmu itu, apa gak bisa di kondisikan??" celetuk ibu dengan nada senang mengoda sang putri tercinta yang telah berhasil menyingkirkan putri tirinya Hanum.

Ibu memberi kode pada Nita untuk keluar dari kamar sang Ayah yang terlihat tertidur dengan lelap karena obatnya.

Nita pun paham dan akhirnya ia bangun berlalu pergi meninggalkan kamar itu bersama sang ibu.

"Ada kabar dari Suci??" tanya ibu pada Nita.

Nita menjawab dengan mengangguk.

"Hanum sudah sadar"

"Ah, kenapa dia sampai sadar" decak ibu kecewa.

"Ikh, ibu.. biarkan lah dia sadar, toh sekarang dia ada suami yang harus di urus" ujar Nita.

"Oia.." sahut ibu. " Ibu sekarang sudah ada menantu yaa??" sambung ibu dengan nada nyeleneh. Menantu dari putri tiri yang sang ia benci.

"Buk.."

"Hm??"

"Aku kapan menikah buk??" tanya Nita bernada tak sabaran.

Ibu reflek mencubit pinggang sang anak.

"Ikh, kamu sabar sedikit.. tunggu 2 atau 3 bulan ini.. biarkan kasus Hanum berlalu dulu.. dan yang terpenting biarkan Hanum pergi jauh dulu.."

"Tapi buk.. apa mas Bayu akan menyukai Nita??" tanya Nita dengan menghentikan langkah sang ibu yang hendak pergi.

Ibu berbalik dan terlihat dengan senyum terkembang di wajahnya.

"Ibu akan ajarkan caranya untuk menaklukkan hati Bayu.. sebagai mana ibu merayu Ayah terima.. " bisik ibu dengan menyentuh wajah sang anak.

Wajah Nita berubah senang.

"Bener ya buk?"

Ibu mengangguk.

"Kamu cantik, kamu punya tubuh yang bagus bahkan Hanum tidak memiliki pepintaran seperti kamu.. ibu percaya Bayu pasti menikahi kamu dan akan tergila-gila pada kamu.."

"Akh, ibu.. aku jadi malu.." seru Nita yang hatinya benar-benar berbunga-bunga.

Akhirnya ibu dan anak itu pergi bersama menuju dapur. Rumah yang besar namun telah terlihat usang karena di makan usai. Kemewahan ya telah luncur seiring sang pemilik yang terjatuh sakit dan usaha gudang berasnya menurun.

"Ha-num.." desis suara Ayah yang parau. Pria paruh baya itu tak punya kuasa untuk menolong sang putri tercinta.

"Maafkan Ayah Hanum.. maafkan Ayah.." tangis batin Ayah Hanum yang tak bisa berkutik dari tempat tidur dengan nafas yang berat dan tubuhnya yang kian kurus. Segala penyakit komplikasi telah mengerogoti tubuh rentanya.

Kebiasaan merokok di masa muda telah menuai di hari tua dengan menyerang paru-paru dan penyakit kencing manis yang sukar untuk di sembuhkan. Kini tinggal penyesalan tiada akhir yang menghinggapi Ayah Hanum.

Bahkan ia sampai tak bisa menolong sang putri ketika di fitnah dengan kejam oleh istri keduanya itu.