Chereads / PRIA KERAS KEPALA / Chapter 38 - 38. Tentang Pria Itu.

Chapter 38 - 38. Tentang Pria Itu.

Setelah Tae Woo dan Jung Ki selesai dengan pelukannya, kedua pria itu berjalan menuju ruang tengah untuk membahas masalah keduanya.

Yoon Seok yang hanya makan malam dengan makanan yang dangat banyak Tae Woo pesan hanya akan menjadi saksi pembicaraan keduanya.

Bohong jika Min Yoon Seok tidak tahu apapun, sangat bohong. Pria itu tahu segalanya, soal hidup Kim Tae Woo yang keji, dan bagaimana konyolnya Jeon Jung Ki mendapatkan hidupnya yang lebih baru.

Min Yoon Seok adalah orang yang bisa tau segalanya, bisa diam dan mengatakan tidak tahu apapun. "Kak Tae Woo membayar banyak atas makanan ini?" tanya Jung Ki dengan tangan yang memengang burger jumbo dengan kentang di tangan satunya. "Iya," jawab Tae Woo jujur.

"Tapi melihatmu lahap memakannnya, itu bukan suatu yang mahal untukku jika dibandingkan dengan uang. Sebanyak apapun aku membeli makanan untukmu, itu sama sekali bukan masalah untukku." Jung Ki menggelengkan kepalanya pelan, doa hanya menahan senyumnya dengan perut yang kelaparan, mulut yang mengunyah dan wajah yang menahan malu.

"Ish," kesalnya dengan memasukkan gigitam burget besar miliknya untuk Tae Woo dan pria otu menggigitnya. "Suapanmu sangat besar," keluh Tae Woo begitu dia kesulitan menguyah, Jung Ki yang senang Yae Woo menderita hanya bisa tertawa kecil dengan mulut yang penuh.

"Kak Tae Woo terlihat sangat kurus, pasti tidak akan kuat mengangkatku, banyak-banyak makan, Kak. Bisa-bisa kita berganti posisi saja," ejek Jung Ki pada Tae Woo yang mebuat pria dominan itu menatap tajam tidak percaya dengan candaan Jung Ki saat itu.

"Itu tidak akan mungkin terjadi," ucap Tae Woo menyangkal, dia menurunkan sumpitnya dan langsung berdiri mengangkat tubuh Jung Ki dengan cepat membuat pria manis itu berteriak. "Aaa, Kak!" teriak Jung Ki terkejut.

"Kau tidak akan bisa merubah apapun walaupun kau memiliki otot yang kuat, aku maaih tetap bisa mengangkatmu, dan melakukan banyak hal dengan tubuhku yang tidak berotot tapi tinggi ini." Jung Ki melihat pada Tae Woo dengan mata datar karena lagi-lagi Tae Woo membahas tinggi badannya.

"Hanya berselisih lima centi meter tidak membuatku terlihat kecil seperti kurcaci di sampingmu," balas Jung Ki membuat Tae Woo hanya memakan makanannya dan membiarkan ketiganya fokus pada makan malam mereka. Begitu banyak makanan, masakan cepat saji, makanan cepat saji, makan berat, cemilan, minuman bersoda dan susu. Sebagian mini market berhasil Tae Woo siapkan hanya untuk Jung Ki.

"Aku akan tidur di kamar jika kalian masih terus tertawa bersama," ucap Yoon Seok berhasil membuat Tae Woo dan juga Jung Ki terdiam dengan kasmarannya. "Kalian boleh menggunakan apartemenku untuk berkencan, tapi tidak dengan waktu tidurku," sambungnya lagi.

Jung Ki terkekeh dan mengambil satu roti lainnya dan berjalan menjauh agar memiliki ruang agar Tae Woo tidak banyak menyentuhnya. "Jangan pergi Kak, aku ingin kau tetap di sini agar Kak Tae Woo tidak memperkosaku," ucap Jung Ki yang langsung membuat Yoon Seok melempar Tae Woo dengan bantal sofa membuat Tae Woo hampir menumpahkan cola di tangan kanannya. "Dia hanya bercanda," ucapnya membela diri.

"Lagi pula Jung Ki dan aku sudah memiliki hubungan, jadi sangat wajar juga jika aku melakukannya. Kami saling mencintai," sambung Tae Woo agar Jung Ki tidak begitu mendapatkan perlindungan yang akan membuat Tae Woo disalahkan, Yoon Seok mwmutar bola matanya malas.

"Jadi ceritakan saja pada Jung Ki apa yang kau rasakan sampai kau sekacau ini," ucap Yoon Seok membimbing pembicaraan membuat Jung Ki mulai duduk lebih dekat dengan Tae Woo agar pembicaraan mereka tidak pergi sangat jauh.

"Ah, itu." Tae Woo menghela nafasnya berat, dia kembaliengingat sampai dititik mana dia bertengkar dengan ibunya. "Kami bertengkar sangat hebat, antara aku dan ibuku."

"Semuanya menjadi semakin sengit saat aku mendengar suara ayah ada di nomor yang tadi malam menghubungi Jung Ki tadi malam. Aku sangat merindukan ayah karena itu sudah sangat lama aku mendengar suara, aku marah pada ibuku." Jung Ki menganggukkan kepalanya pelan menunggu kelanjutannya dari penjelasan Tae Woo selanjutnya.

"Aku kehilangan ayahku diumur duabelas tahun," putus Tae Woo membuat Jung Ki menatap tajam mata pacar laki-lakinya karena dia juga mendapatkan hal yang sama sebelumnya. "Aku juga," ucap Jung Ki memnuat Tae Woo menjadi ikut terkejut karena dia mendapatkan fakta yang nyata dari Jung Ki setelah sekian lama pria itu menutup dia dari segalanya.

Membiarkan Tae Woo hanya tahu jika pria itu adalah Jeon Jung Ki, tanpa memperbolehkan Tae Woo tahu segalanya tentang Jung Ki. "Kau kehilangan ayahmu?" tanya Tae Woo pada Jung Ki karena dia mendapatkan satu fakta yang lain untuknya untuk pertama kalinya. "Iya."

"Ayah dan ibuku, diumur duabelas tahun aku kehilangan keduanya." Jung Ki menghela nafasnya berat, dia melirik Yoon Seok untuk meminta izin pada pria itu apakah dia diperbolehkan untuk menceritaakn sedikit kesedihannya pasa Tae Woo. "Ceritakan saja, dari awal aku memang gemas karena kalian tetap diam saja. Membuat aku harus menelan semua yang kalian miliki, katakan saja." Yoon Seok menjawabnya dengan baik dengan menganggukkan kepalanya pelan.

"Kau anak yatim piatu?" tanya Tae Woo tidak yakin dengan pertanyaannya karena itu menyunggung perasaan Jeon Jung Ki membuatnya menangis juga. "Iya." Jung Ki menghela nafasnya berat.

"Hidupmu sepertinya lebih menyedihkan dariku," gumam Tae Woo membuat Jung Ki menggelengkan kepalanya pelan, pria itu menaikan satu alisnya pelan. "Tidak."

"Aku senang memiliki paman dan bibi yang menyayangiku, aku tidak memiliki orang tua, tapi paman dan bibiku sangat baik. Aku senang hidup dkelilingi orang-orang baik, Kak Yoon Seok selalu ada untukku sejak dulu." Tae Woo menghela nafasnya berat mendengarnya, dia berjalan mendekat ke arah Jung Ki dan memeluknya.

"Kalau begitu kau masih beruntung," ucap Tae Woo membuat Jung Ki menganggukkan kepalanya ragu, dia melirik Yoon Seok karena dia tidak paham dengan apa yang Tae Woo katakan untuknya. "Beruntung? Bagaimana bisa kehilangan kedua orang tua kau sebut beruntung, Kak?" tanya Jung Ki sedikit tidak senang dengan apa yang Tae Woo katakan untuknya.

"Kau memiliki paman dan bibimu." Tae Woo membalasnya pada Jung Ki karena dia tidak bermaksud untuk menyakitinya.

"Kau masih memiliki ibu, Kak. Kenapa kau masih merasa sendiri jika---"

"Ibuku tidak menyayangiku," potong Tae Woo membuat Jung Ki memutar bola matanya malas, dia menatap tajam Tae Woo karena dia membenci apa yang Tae Woo katakan padanya. "Tidak mungkin."

"Jangan membuat romur yang tidak-tidak, seorang ibu pasti akan menyayangi putranya, Kak. Jangan mengecewakan mereka, jangan menganggap apa yang menurutnya benar justru kau memaki dan membencinya."

"Kau masih memiliki ibu, tidak sepertiku. Jangan membuatnya kecewa lagi," ucapnya dengan tegas pada Tae Woo namun pria itu menggelengkan kepalanya pelan tidak setuju. "Jung Ki, kau butuh alasan kenapa aku melakukannya. "

Jung Ki menggelengkan kepalanya pelan, dia bahkan seperti sangat mempercayai apa yang Tae Woo katakan akan membuat citra ibunya rusak. "Tidak."

"Jung Ki, aku tidak bermaksud untuk membuatmu membenci ibuku. Tapi aku benar-benar tidak yakin apakah ayahku meninggal. Ibuku hanya mengatakan ayah pergi jauh dan tidak kembali sampai detik ini."

"Limabelas tahun itu waktu yang lama, Jung Ki. Tapi wanita itu tidak mengatakan apapun sampai detik ini, penjelasan yang sangat aku tunggu hanya wanita itu diamkan tanpa alasan." Tae Woo menggelengkan kepalanya pelan, dia menggenggam erat tangan Jung Ki dengan erat juga.

"Aku tidak memiliki siapapun selain kau dan Kak Yoon Seok. Ibuku selalu sibuk mengurus kakak sepupu laki-lakiku, san aku tidak bisa berkata-kata lagi saat aku dan pria itu bertengkar denganku, ibuku memilih membela pria itu." Tae Woo terkekeh, pria itu melirik tajam ke arah Yoon Seok karena dia berhasil mengatakan sebagian besar hidupnya pada Jung Ki dengan jujur.

"Aku juga, tapi aku tidak keberatan sama sekali," sahut Jung Ki membuat Tae Woo bertanya-tanya namun Yoon Seok terkekeh kecil. "Apa Ji Hoon masih membencimu?" tanya Yoon Seok yang mulai angkat bicara karena dia butuh tahu kabar iblis kecil itu.

"Dia baik-baik saja. Pria itu datang ke kafe bahkan saat lima tahun terakhir aku bekerja di sana untuk pertama kalinya," jawab Jung Ki untuk Yoon Seok membuat pria itu memperbaiki duduknya karena dia tidak percaya.

"Bukankah dia tidak akan datang ke caffe kecil seperti tempat kerjamu? Dia selalu minum-mium di bar, kenapa dia datang?" Jung Ki menggelengkan kepalanya pelan, dia beesandae kecil pada bahu Tae Woo.

"Membuat masalah denganku." Jung Ki berniat menceritakan sebagian besar kedatangan Ji Hoon tadi pagi ke tempat kerjanya. "Kak Ji Hoon datang dengan melempar tasnya, aku yang sedang membuat minuman untuk Kak Ji Min dan untukku sendiri membuat kedua minuman itu jatuh dan timbah berantakan."

"Lalu pesanannya dijatuhkan membuat gelas jatuh dan pecah, aku harus membuatnya ulang dan pria itu pergi tanpa membayar." Jung Ki menghela nafasnya berat, Jung Ki semakin menumpukkan kepalanya pada bahu Tae Woo.

"Kejam sekali," timpal Tae Woo saat pria itu mendengar bagaimana perlakukan pria bernama Jeon Ji Hoon pada pacar laki-lakinya. "Apa dia anak dari pamanmu?" tanya Tae Woo memastikan jika yang dua orang itu bicarakan benar-benar pria yang mereka tuju.

"Iya. Kau harus bertemu dengannya, dia sangat polos dan lugu diawal, tapi jika kau tahu bagaimana munafiknya dia, kau akan membencinya bahkan hanya karena melihat tidak dengan mengenalnya." Tae Woo terkekeh mendengar bagaimana Yoon Seok mengatakan hal yang tidak mungkin untuknya.

"Kau benar-benar sangat membencinya, Kak?" tanya Tae Woo membuat Yoon Seok menggelengkan kepalanya cepat. "Tentu saja!"

"Pria itu benar-benar iblis yang sesungguhnya, bahkan aku melihat bagaimana Ji Hoon menjual sepeda yang bos Jung Ki belikan sebagai kendaraan dan transpitasi bekerja."

"Lalu, bagaimana pria cerewet itu selalu pulang pagi dari bar dan membuat alasan jika dia menunggu Jung Ki pulang bekerja untuk pulang bersama bahkan saat itu Jung Ki sudah pulang ke rumah pukul satu pagi."

"Pria itu benar-benar pria yang berbahaya," jelas Yoon Seok pada Tae Woo dengan wajah menahan marah menceritakan Jeon Ji Hoon. "Kau masih dendam dengannya, Kak?" tanya Jung Ki merasa tidak enak dengan Yoon Seok.

"Tentu saja, dia mengempesi ban mobilku saat aku menjemputmu berangkat bekerja!" jawabnya teriak, Tae Woo yang menyatukan alisnya mulai menganggapnya serius.

"Aku jadi penasaran dengan pria itu."