Ji Min yang turun dari sepedanya dan memarkirkan asal sepedanya di depan perempatan dengan toko yang masih buka, menguncinya dengan aman dan berjalan mengikuti wanita asing yang sepertinya butuh bantuannya.
Karena memang pada dasarnya Ji Min pria yang suka membantu, pria kecil itu mengikuti langkah wanita sebelumnya yang memintanya untuk mampir sebentar di salah satu tempat yang dia keduanya singgahi.
Restoran yang cukup mahal dengan beberapa makanan yang terkenal cukup baik di daerah tersebut.
"Apa kau tidak salah dengan membawaku ke tempat ini, nyonya?"
"Maafkan aku sebelumnya, tapi aku tidak memiliki banyak uang bahkan hanya sekedar membeli minuman di sana." Ji Min bahkan berhenti dari langkahnya karena dia merasa jika duduknya saja akan membuat Ji Min kehilangan setengah uang jajannya.
"Aku butuh bantuanmu, aku mengatakan semua tidak gratis. Setidaknya ayo bicara di dalam, dan aku akan membayarkan makanan yang akan kau makan di sana." Ji Min menelan ludahnya sukar. Hampir tujuh tahun bekerja di caffe Ji Min sama sekali tidak pernah mampir ke restoran tersebut. Selain mahal dan cukup terkenal dikalangannya, Ji Min juga pria yang tidak mampu untuk menghambur-hamburkan uang untuk makanan mahal seperti teman-temannya.
Selain karena Ji Mi masih bisa menabung setidaknya sedikit, dan memberikan uang tabungannya untuk biaya pengobatan ayahnya, Ji Min hanya hidup dengan sederhana.
Pria itu bersyukur dia bisa merasakan nasi setiap hari, dan bisa memakan mie instan cepat saji di mini market tidak jauh dari rumahnya.
Itupun sudah lebih dari cukup.
"Masuklah," ajak wanita tadi tanpa ragu masuk ke restora tadi membuat Ji Min menelan ludahnya sukar. "Aku sangat gemetar," gumamnya yang masih bisa didengar oleh wanita tadi dan membuatnya terkekeh kecil.
Keduanya sudsh duduk rapi, dan sepertinya wanita yang mencegatnya bukan wanita biasa. Bahkan sekarang keduanya sedang duduk di lantai dua VIP dimana hanya orang-orang yang membutuhkan ruang pribadi saja yang akan mengambilnya.
Terlebih, bahkan dengan uang untuk memesannya. "Buatkan dua makanan yang paling mahal," pesan wanita tadi membuat Ji Min semakin sulit menelan ludahnya.
"Nyonya, sebenarnya apa yang sedang kau cari," ucap Ji Min lagi larena dia tidak paham saat wanita itu memintanya bantuan, namun justru Ji Min berakhir di restoran bintang tiga dengan keamanan VIP lantai dua.
"Aku akan menjelaskannya setelah makanan sampai, aku butuh kau sebagai telingaku." Ji Min semakin bingung dengan apa yang wanita dewasa itu katakan, yang lebih mengerikannya lagi adalah Ji Min bukan semakin takut ditinggal di restoran ini untuk membayarnya. Bukan hanya itu saja.
Ji Min juga takut jika dia ditipu, atau bahkan diperlakukan tidak baik oleh wanita tersebut. Dan enrah kenapa, Ji Min merasa menyesal menjadi ornag yang baik.
"Silahkan," ucap pelayan yang datang dengan paket makanan dengan minuman yang sudsh pasti Ji Min tidak akan mampu untuk membelinya.
Ada dua botol wine anggur, lalu dua steak daging sapi dengan kualitas baik, dan beberapa makanan manis sebagai penutup.
"Kau sudah makan? Apa langsung saja?" tanya wanita itu membuat Ji Min menghela nafasnya berat, dia tidak menyentuhnya sama sekali. Bahkan pria itu masih membiarkan kwdua tangannya di bawah meja.
Dia melakukan sopan santun yang baik karena dia mang seperti itu. "Bicaralah nyonya, aku semakin tidak paham arahmu memintaku untuk ikut serta. Aku bingung," jawab Ji Min dengan meminta pada wanita tadi untuk menjelaskan maksud tujuannya dia datang.
"Bukankah kau bekerja di salah satu kafe di depan mini market depan itu?" Ibu Tae Woo langsung bertanya membuat Ji Min menganggukkan kepalanya tegas jika dia adalah orang yang sama. "Benar, nyonya." Ji Min menjawabnya pelan.
"Aku butuh hanyak infomasi darimu, aku akan membayarnya," ucapnya lagi, namun kali ini Ji Min bingung karena dia berbicara tidak langsung pada arah bicaranya. "Maaf?" tanya Ji Min meminta sedikit penjelasan. "Apa kau bersedia membantuku?" Pertanyaan sulit setelah mendengar arah tujuan wanita tersebut berbicara membuat Ji Min merasa tersudutkan.
Dia tahu jika semua ini jebakan, tapi Ji Min butuh keluar dengan banyak infomasi.
"Nyonya, ini sangat aneh. Aku bertemu denganmu hari ini, ah ralat bukan hari ini tapi tigapuluh menit sebelumnya."
"Kita tidak sedekat itu, nyonya. Tapi aku akan membantumu jika bantuan yang kau perlukan adalah hal yang kecil dan aku bisa membantumu. Melihatmu memintaku datang ke sini, dengan tempat tertutup, makanan mahal ini. Aku tidak yakin bisa melakukannya, nyonya." Ji Min berkata jujur.
Pria itu menjadi bimbang dan tidak bisa menjelaskan apa yang sebenarnya wanita itu inginkan. Selain apa yang dibicarakan akan semakin rahasia, Ji Min semakin takut karena dia tidak pernah melukai siapapun.
"Aku hanya ingin tahu beberapa infomasi yang kau miliki, Ji Min." Pria itu semakin takut, dia khawatir karena selain wanita itu tahu namanya, dia juga tahu tempatnya bekerja. "Nyonya, aku mengkhawatirkan diriku sendiri sekarang." Ji Min mengatakan apa yang dia rasakan pada wanita itu dengan bermaksud untuk dipulangkan saja. "Aku tidak akan menyakitimu, Ji Min."
"Selagi kau mempertimbangkan apa yang aku butuhkan, aku akan memperlakukanmu dengan baik." Ji Min menghela nafasnya berat, dia tahu sekarang dirinya sedang dirayu. Namun dia menjadi semakin tidak nyaman karena keberadaannya.
"Nyonya, sepertinya aku akan pulang saja." Ji Min mengatakan apa yang dia rasakan dengan cepat, bahkan dengan langkah pelan juga dja berdiri pelan dan membungkuk. "Sepertinya aku tidak bisa membantumu, maafkan aku. Aku pamit pulang dulu, nyonya. Terimakasih sebelumnya." Ji Min berjalan keluar setelah mengatakannya, pria itu menjadi semakinntakut saat wanita itu menarik paksa Ji Min dengan mata tajam yang melihat ke arahnya.
"Dengarkan dulu." Ji Min menurunkan pandangannya. "Aku butuh bantuanmu, Park Ji Min."
"Tapi aku tidak bisa membantumu, nyonya. Aku tidak bisa melakukan pembunuhan atau bahkan mencuri. Aku sudah memiliki pekerjaan," jawab Ji Min dengan tegas membuat ibu Tae Woo sedikit terkejut mendengarnya. "Tunggu!!! Maksudmu?" Dia bingung sendiri.
"Bukankah kau bermaksud memintaku untuk membunuh seseorang? Atau mencuri barang mahal untuk diperjual belikan?" tanya Ji Min dengan wajah polos membuat ibu Tae Woo memukul dahinya pelan. "Duduk dulu," minta wanita itu.
Ji Min ragu kembali pada tempat duduk sebelumnya, namun pada akhirnya pria itu melakukannya.
"Maafkan kecerobohanku, nyonya." Ji Min kembali meminta maaf, wanita itu menganggukkan kepalanya pelan. "Aku tidak sekejam itu, Ji Min."
"Aku memiliki putra seumuran denganmu, aku tidak akan melakukan hal buruk padamu. Itu sama saja aku menyakiti putraku sendiri." Mendengar penjelasan tersebut, Ji Min sekarang bisa menghela nafasnya lega. Dia masih belum menyentuh makanan mahal tersebut.
"Bisa kita bicara?" tanya ibu Tae Woo membuat Ji Min mengangggukkan kepalanya pelan. "Ya?" jawabnya walaupun sedikit ragu.
Ibu Tae Woo menarik nafasnya pelan sebelum melakukan apa yang sejak tadi pagi dia rencanakan. "Bukankah salah satu temanku yang bekerja di kafe ini memiliki nama Jeon Jung Ki?" tanya wanita tadi membuat Ji Min menjawabnya.
"Kami bekerja hanya berdua nyonya, aku sebagai kasir dan Jung Ki sebagai barista. Ada yang bisa aku bantu?" Wanita tadi menggelengkan kepalanga pelan saat dia mendaparkan fakta yang diluruskan.
Ji Min menganggukkan kepalanya pelan.
"Aku butuh sedikit infomasi darimu mengenai pria bernama Jeon Jung Ki. Barista itu," ucap ibu Tae Woo membuat Ji Min menyatukan alisnya pelan.
"Nyonya, apa kau mengenal Jung Ki?" tanya balik Ji Min membuat wanita itu menggelengkan kepalanya jujur. "Lalu untuk apa infomasi Jung Ki untuknya, nyonya. Itu semua privasi."
"Aku butuh infomasi mengenai Jeon Jung Ki karena aku butuh---"
"Nyonya, maaf. Aku tidak bisa membantumu, jawabanku sama. Aku akan pulang, terimakasih tawaranmu nyonya." Ji Min berbicara wanita asing tadi dan berjalan keluar dari restoran tersebut dan kembali mengkes sepedanya untuk peegi ke mini market dekat rumahnya.
Dia butuh makan mie instan cepat saji untuk sedikit mengganjal perutnya sampai sarapan besok. Pria itu membeli menu makan yang sama, memakannya, lalu kembali membuang sampah setelah semuanya sudah dia nikmati.
Tanpa mengulur waktu juga Ji Mkn akan kembali ke rumahnya dengan sepdanya, namun saat dia akan mengambil jalan menuju rumahnya dia kembali melihat wanita yang sama mengikutinya dengan mobilnya di belakangnya. "Aish, wanita itu benar-benar." Ji Min sengaja putar balik agar wanita itu tidak bisa mengikuti jalannya.
Setidaknya menghilangkan jejak untuk sekarang akan membuat Ji Min merasa nyaman. Dan benar saja, ibu Tae Woo kehilangan jejak Ji Min.
Wanita itu kembali ke mini market yang sama dimana pria itu singgah untuk membeli makan malamnya. Wanita itu masuk ke mini market untuk berbicara mengenai Ji Min. Setidaknya sedikit latar belakangnya.
"Maaf sebelumnya, bisakah aku mendapatkan nomor pribadi milik pria sebelumnya datang ke sini?" Ibu Tae Woo bertanya dengan serius mebuat pria penjaga mini market tadi kebingungan. "Maaf?"
"Park Ji Min, pria yang setiap malam datang membeli mie instan dan memakannya di depan mini market ini." Pada akhirnya wanita itu sengaja berbohong tanpa berpikir ulang jika dia sejujurnya mengatakan hal yang masuk akal. "Ah, Kak Ji Min." Pria itu menganggukkan kepalanya. "Aku mengenalnya, tapi bukankah memberi nomor pribadi pada orang asil sebuah kejahatan?" tanya pria itu dengan berusaha memberi privasi dan melindungi pelanggannya.
"Aku akan memberimu beberapa uang jika kau akan membantuku," ucap ibu Tae Woo dengan mengekuarkan duaratus ribu won membuat pria tersebut terkejur bukan main. "Tunggu, aku tidak bisa--"
Ibu Tae Woo kembali mengeluarkan uang satu juta won untuk menambahinya agar pria itu mau memberi sedikit infomasi mengenai Park Ji Min. "Baiklah." Pria itu menerimaya dengan mengambil semua uang tersebut danengambil ponselnya. "Ini." Pria itu memberikannya.
"Beritahu aku sedikit latar belakangnya," ucap ibu Tae Woo yang membhat pria itu menjadi penurut karena uang yang dia dapatkan.
"Kak Ji Min pria yang baik, dia bekerja di kafe persimpangan depan jalan raya. Dia tinggal dengan kedua orang tuanya dan menjadi tulang punggung keluarga. Ayah Kak Ji Min kecelakaan dan membuat sebagian tubuhnya lumpuh dan mati sementara." Ibu Tae Woo menganggukkan kepalanya pelan merasa jika semua itu cukup.
Setelah nya wanita itu berjalan menjauh menjauh menuju mobilnya. Dia tersenyum tipis dan kembali mengirim pesan pada seseorang.
/Pikirkan satu kali lagi, Park Ji Min. Aku akan memberimu uang yang banyak untuk satu kali informasi yang kau berikan padaku. Limabelas juta pertemuan pertama, bagaimana?/
/Itu uang yang banyak untuk pengobatan ayahmu./