Setelah kepergian Tae Woo dengan mobilnya, Jung Ki dan Ji Min terlihat sangat canggung sekarang, Jung Ki yang semakin diam dan Ji Min yang tidak bisa memulai pembicaraan dengan baik juga memilih tetap diam dan tidak berbicara.
Keduanya memiliki pemikiran mereka masing-masing, begitupun dengan Jung Ki. Ini adalah kali pertamanya Jung Ki terang-terangan datang ke Tae Woo hanya untuk berbicara dan melihat wajah gusar Tae Woo yang datang ke kafe tempatnya bekera.
Dan Ji Min yang canggung karena dia juga kemarin tidak sengaja melihat Jung Ki dan juga Yoon Seok keluar dari kilinik kesehatan duapuluh empat jam buka tadi malam.
Jung Ki sangat bingung, dia juga masih tidak percaya dengan apa yang dia lakukan pada Tae Woo hari ini.
Sangat berbeda seperti sebelumnya dimana pria itu menjadi mulai berani untuk berbicara seperti sebelumnya.
Suasana kafe semakin sepi, jam makan malam sekarang, makanan dari seseorang mulai datang. Dan Ji Min menerimanya dengan baik, dan memberikan semua bagian pada Jung Ki agar tidak menjadi salah paham juga nantinya.
"Ini, kau memesannya setiap saat. Uangmu cukup?" tanya Ji Min dengan memberikan makan siang mereka, tidak ada ralat. Karena semua makan siang ataupun makan malam yang datang, semuanya untuk mereka.
Tidak ada yang ditinggalkan, Tae Woo sengaja melakukan itu agar satu sama lain tidak terjadi masalah yang lebih serius.
"Bukan aku yang membeli," jawab Jung Ki dengan jawaban yang sama membuat Ji Min menghela nafasnya berat dan memulai pembicaraan yang sedikit canggung untuk keluar.
"Ayo makan siang dulu Kak." Ji Min menganggukkan kepalanya pelan dan membagi makan siang mereka bersama dan membaginya dengan sama ratanya. "Iya."
"Kau sudah baik-baik saja?" tanya Ji Min pada Jung Ki yang menanyakan kedaan Jung Ki dengan semua lukanya, termasuk dengan luka di perutnya.
"Aku baik-baik saja, semuanya sudah sembuh kemarin." Ji Min menganggukkan kepalanya pelan memilih sibuk makan siang saja dan kembali diam. Mereka menyelesaikan makan siang masing-masing agar tidak mengganggu pekerjaan mereka.
Limabelas menit berjalan keduanya selesai memakan makan siangnya, mereka mulai membersihkan meja yang sebelumnya menjadi meja makan untuknya dan mereka mulai membuang tempat makan mereka ke tong sampah depan kafe mereka.
Kali ini keduanya mulai tidak canggung lagi, akan sangat aneh jika Jung Ki dan Ji Min memilih diam dan memikirkan masalah mereka masing-masing saja.
"Aneh sekali, pria tadi datang dan langsung pulang? Apa Kim Tae Woo tidak memesan sesuatu?" tanya Ji Min mendahului pembicaraan agar Jung Ki lebih nyaman berbicara dengannya jika Ji Min mengambil topi yang pris itu tadi. "Iya."
"Sepertinya dia tidak dalam keadaan baik-baik saja, kau tahu dia tidak pernah datang dengan wajah seperti itu dan pergi dalam keadaan wajah datar seperti itu juga, kan?" tanya Ji Min lagi, sayangnya fokus Jung Ki terasa berbeda karena Ji Min terlihat sedikit membuat Jung Ki tidak nyaman.
"Kau memperhatikan Kim Tae Woo separah itu?" tanya Jung Ki tidak percaya karena Ji Min bisa sampai seserius itu bertanya padanya bahkan sampai menghafal wajah dan suasana hati. "Ah, bukan itu maksudku. Aku hanya----"
"Kenapa kau marah?" tanya balik Ji Min begitu dia menyadari perbedaan yang jelas antara dirinya dengan Jung Ki yang berbicara. "Aku tidak marah," jawab Jung Ki setelahnnya.
"Aku hanya terkejut karena kau bertanya padaku mengenai Kim Tae Woo saat aku tidak tahu apapun mengenai hidupnya." Bolehkan Jung Ki jujur seperti ini saja? Dia sama sekali tidak bermaksud untuk menyakiti beberapa pihak, atau bahkan berbicara pada Ji Min yang tidak-tidak hanya untuk melindungi hubungannya atau memang dia tidak suka jika Ji Min membicarakan Kim Tae Woo.
Ssbagai prianya atau sebagai orang lain.
"Kau benar," jawab Ji Min menyetujui apa yang dia katakan pada Jung Ki dan jawabannya. "Aku hanya penasaran saja," gumamnya membuat Jung Ki terkrkeh kecil dan memilih mencuci tangannya dan kembali bersiap.
Diikuti oleh Ji Min dari belakang dan Jung Ki sudah bersiap dan meminum obat pereda rasa sakitnya dari dokter yang Seok Jin periksakan dan beberapa dari klinik yang Yoon Seok periksakan untuknya.
"Apa kau tahu jika Kak Seok Jin memiliki pacar laki-laki?" tanya Ji Min pada Jung Ki saat dia kemarin mengingat dengan jelas hari gajiannya, kedekatan antara Jung Ki dengan Yoon Seok, luka Jung Ki dan satu rahasia yang masih belum Ji Kin selesaikam kebenarannya.
"Pacar laki-laki?" tanya Jung Ki yang sama-sama terkejut karena apa yang dia dapatkan mengenai infomasi dari bosnya yang memiliki kesamaan sepertinya. "Iya, saat kau sedang berbicara dengan Min Yoon Seok, Kak Seok Jin mengatakannya padaku secara langsung."
"Sejujurnya aku tidak percaya padanya hanya saja dia mengatakannya dengan sangat serius." Jung Ki menelan ludahnya sukar, sekarang dia tahu jika semua yang seprrti dirinya memang ada di sisi manapun Korea.
Bisa saja yang terjauh, yang terdekat dan yang paling tidak bisa Jung Ki sadari keberadaannya. Contohnya bosnya, Kim Seok Jin.
Pria manis dan pintar segalanya itu juga termasuk pria yang menyulai pria juga. Entah apa yang membuat Kim Seok Jin menjadi seperti dirinya, Jung Ki juga tidak begitu paham dan sadar.
"Jadi Kak Seok Jin benar-benar pria yang menyukai pria," gumamnya saat pria itu tidak bisa mengondisikan dirinya jika apa yang ingin dia lakukan dan apa yang ingin dia lakukan adalah yang berbeda. "Bukankah sangat menjijikkan bahkan saat mendengarnya saja, Jung Ki?" tanya Ji Min menghela nafasnya berat mengatakannya tanpa beban.
Dan yakinlah, saat hal itu didengar oleh Jung Ki pria itu benar-benar sakit tertohok mendengar kenyataannya.
"Apa menurutmu hubungan antara pria dengan pria semenjijikan itu, Kak Ji Min?" tanya Jung Ki sedikit mempertanyakan bagaimana pola pikir Ji Min terhadap hubungan Kim Seok Jin dengan lacarnya begitupun dengan dirinya nanti.
"Tentu, tuhan menciptakan manusia untuk saling mencintai tidak dengan sesama jenisnya. Seorang ibu juga melahirkan putranya tidak untuk mencintai pria. Mereka membutuhkan keturunan dari anak laki-laki mereka dan mengharuskan seorang anak laki-laki menikah dengan seorang wanita."
"Aku sama sekali tidak bisa berpikir jernih dengan apa yang orang-orang seperti mereka lakukan hanya untuk bisa mencintai," ucap Ji Min pada Jung Ki sebagai jawaban normal bagi mereka yang tidak merasakan rasa sakit.
Jung Ki menghela nafasnya berat, pria itu terlihat sangat keberatan dan kurang nyaman dengan apa yang Ji Min katakan. Inilah yang ditakutkan Jung Ki.
Pria itu benar-benar takut jika orang-orang yang ada di samping dan di sekitarnya menjadi sangat rasis dan tidak menyetujui hubungannya dnegan Tae Woo.
Dan karena itu itu Jung Ki selalu meminta pada Tae Woo untuk menjaga baik-baik hubungannya dan tidak untuk publik juga. Walaupun beberapa kali Tae Woo dan Jung Ki sering bertengkar karena hubungan mereka, mau sebesar apapun perasaan Jung Ki pada Tae Woo pria itu hanya menginginkan Tae Woo tidak mendapat pandangan buruk begitupun dnegan Jung Ki.
Karena Jung Ki memiliki prinsip bersama, lebih baik tidak diketahui publik daripada ketahuan menjalani hubungan diam-diam dengan pasangan mereka.
Karena itu juga Tae Woo terkadang marah dan tidak satu pemikiran dengan Jung Ki karena dia merasa Tae Woo tidak dianggap penting di hidup Jeon Jung Ki.
Bukankah dihubungan permasalahan seperti ini wajat terjadi.
"Apa hanya itu alasanmu tidak suka dengan hubungan antara pria dengan pria? Ah, maksudku bukan begitu. Ku pikir jika memang mereka saling mencintai dan mereka nyaman, mereka bebas memilih. Apa menurut pandanganmu jika pria dengan pria semenjijikan itu? Aku hanya bertanya saja sebenarnya, terkadang aku juga bingung menyimpulkan masalah seperti ini." Jung Ki bertanya pada Ji Min karena pria itu butuh lebih banyak pola pikir baik dari Ji Min untuk membuat Jung Ki sadar benarkah, dan salahkan jika hubungannya akan terus berjalan seperti ini saja atau lebih baik mengatakannya langsung pada Ji Min seperti Kim Seok Jin mengatakannya.
"Entahlah, bagiku mereka menjijikan." Ji Min menyelesaikan pendapat dari sudut pandangnya sendiri dan mulai bekeeja lagi karena ada gerombolan orang yang masuk ke caffe karena waktunya sedang pas untuk makan siang.
Ji Min menanyakan beberapa pesanan menumpuk pada mereka, dan Jung Ki yang melihat ke arah Ji Min dengan tatapan serius mulai berpikir sangat jauh.
Park Ji Min, pria yang sangat halus, baik, dan mengerikan saat marah, bersahabat, tulus, dan perhatian itu juga memiliki ke kurangan di dalam dirinya.
Park Ji Min tidak bisa menghormati, menerima, dan menghargai pilihan orang lain karena baginya semua itu adalah dosa dan najis besar.
"Aku ingin melihat seberapa besar kau menjauh Kak Seok Jin, Kak. Jika kau benar-benar menjaga jarak dengan Kak Seok Jin hanya karena ini, ku pikir aku akam menelan semuanya diam-diam saja. Kau bukan pria yang menerima semua kekurangan orang lain ternyata," gumam Jung Ki dengan menyiapkan beberapa blander, kemasan minuman, cup penyajian langsung dan cup pesanan.
Jung Ki mulai menyiapkan beberapa perlengkapan es batu, dan air untuk untuk membuat minuman tertentu.
Dingin dan panas Jung Ki menyiapkan semuanya dengan baik.
"Aku akan membantumu," ucap Ji Min dengan beesiap dengan celemek yang sengaja dia ambil dan berdiri di samping tempat Jung Ki.
Ji Min menyiapkan sekitar limabelas cup pesanan minuman dingin dan dua cup pesnaan minuman panas.
Ji Min mulai membacakan pesanan minuman pelanggan merema dengan Jung Ki yang mulai membagi beberapa takaran untuk ukuran minuman yang biasa dia buat untuk kafe tempatnya bekerja.
Semua resep milik Kim Seok Jin dan setiap bulan juga akan ada resep baru yang Seok Jin buat dan sajikan untuk Ji Min dan Jung Ki untuk melakukan penyajiannya.
"Aku akan membantumu membawanya juga, Kak." Jung Ki terlihat membuka pintu kecil tempatnya keluar dengan lima cup yang Jung Ki bawa dan lima lainnya di tangan Ji Min. Yang hangat masih dalam proses, mereka memberikannya bertahap dan Jung Ki kembali untuk melanjutkan pekerjaannya melakukan takaran kopu untuk dua kopi kafein tinggi yang panas.
"Terimakasih atas kedatangannya," ucap Ji Min dengan membungkuk hormat dengan bill yang Ji Min hitung dan uang kembalian yang pria itu berikan.
Jung Ki terkekeh kecil saat melihat Ji Min sedikit berkeringat. "Ngomong-ngomong soal Kak Seok Jin, dia mengatakan padaku dan menebak hubungamu dengan Min Yoon Seok kemarin."
"Kau dengan Min Yoon Seok tidak memiliki hubungan menjijikan seperti Kak Seok Jin, kan?" Alis Jung Ki menyatu sempurna. "Apa maksudmu Kak, aku tidak paham." Jung Ki hanya bisa tertawa canggung dengan pertanyaan dari Ji Min.
"Tidak ada."
"Aku hanya tidak akan suka jika kau juga sama seperti mereka."