"ani, sudah nggak pakai kok kak. Kenapa? Kakak juga pakai?" tanyanya. Aku berbohong. "aku..ahaha aku nggak pakai apa apa kok" ucapku menggeleng. "haha iya, sebenarnya tuh, pakai hair clip atau rambut palsu itu boleh saja. asal tidak sampai membuat orang kecewa. Itu sama saja penipuan. maksudku, berbohong bilang rambut asli tetapi pakai rambut palsu itu sama aja menipu. Kenapa? Soalnya itu bukan ramnut asli" ujar Dahyun. "iya sih, tapi jangan sampai gitu juga Dahyun ngomongnya. Galak banget. Mungkin juga ada alasan dia kenapa pakai rambut palsu. Gini deh ya, kita ambil sisi positive nya. Nggak mungkin orang menutupinya kalau tidak ada alasannya. Begitu aja ribet" ucap Amin. Kenapa..kata kata itu semua seperti dilontarkan untukku. aku jadi takut memberitahu kalian. "oppa, apa oppa akan pacaran jika wanita itu botak? Oppa tidak kecewa? Sungguh?. Bayangakn saja, jika pacarmu itu pakai rambut palsu dan tidak bilang denganmu, pasti oppa akan mengira kalau itu rambut asli kan? Begitu tahu sesungguhnya..bagaimana perasaanmu?" tanya Dahyun serius. Amin sepertinya biasa saja. "hei sudah kubilang kan, dia pasti punya alasan untuk itu. Bagaimana sih, sudahlah capek berdebat denganmu" ujar Amin. Bukannya dia dulu pernah bilang saat aku tidak pakai rambut, dia bilang aku penipu?. Kata kata aku yakin kau bukan penipu itu..apa dia sudah berubah?. Apa selama dia di luar negeri itu pernah menemui orang yang sama denganku? Ah entahlah. "Dahyun aku pulang dulu ya" pamitku. "iya hati hati eonnie" jawabnya. Aku keluar dari rumahnya. Aku kepikiran kata katanya. Jika Dahyun saja begitu, apa Shu ah juga begitu? Sungguh..saatnya aku ingin jujur malah tidak punya nyali. "aku tidak pernah menyangka, kau Oiri yang kukenal tega melakukan itu. Dasar penipu, aku salah karena mengira kau cantik. Menyesal aku mengenalmu". "Shu ah, jangan begitu kita ini kan teman". "teman??!! Ya!! Kalau aku tahu kau seperti itu, aku tak akan mau menjadi temanmu". Aku membayangkan kata kata itu. Aku mulai sedikit menangis Sambil berjalan. Lalu tiba tiba tersandung batu.
Brukk (aku terjatuh)
"bangun" ucap suara yang kukenal, Kairu. Aku mendongakkan kepalaku ke arahnya. "Kairu..". "cepat bangun" ujarnya mengulurkan tangan. Aku melihat tangannya, lalu meraih tangan itu dan berdiri. "gomawo [makasih]" ucapku. "kenapa kau menangis?" tanyanya. Aku spontan menoleh, "mwo? Aku tidak menangis hehe" jawabku berbohong sambil mengelap elap air mata di pipiku. "kau pikir aku percaya?" tanyanya. Aku menoleh lagi ke arahnya, "Kairu, apa aku tanpa rambut palsuku aku terlihat jelek?" tanyaku. "mwo? Kenapa tanya begitu?" tanyanya balik. Aku menghela nafas. "aku..sangat takut ingin jujur dengan Shu ah dan temanku yang lainnya. Shu ah, Eunha dan Goeun. Mereka akan kecewa. Bagaimana aku akan bilang" ucapku. "oho, jadi karena itulah kau menangis? Menurutku kau manis kalau tidak pakai rambut." tanyanya. "ani!" jawabku yakin. "hm..iya karena itu" ucapku lagi jujur. "kau tidak pulang?" tanyanya. "ini aku akan pulang" jawabku lalu berjalan pelan dan lesu. "lesu sekali..sini naik cepat" ujar Kairu berjongkok di depanku. "mwoya? Aku mau kau gendong? Ya,, memangnya aku anak kecil?" ujarku. "aish, cepat naik" ucapnya. mau tidak mau, aku menurutinya. Aku naik ke punggung Kairu dan tanganku memegang pundaknya. Lalu kami mulai berjalan. "bagaimana rasanya digendong oleh idol mu? Senang sekali ya kau" ucap Kairu. Aku tersenyum. "biasa ajaa" jawabku.