Chereads / "When You Love Someone" / Chapter 6 - " At The End of The Beach " (2)

Chapter 6 - " At The End of The Beach " (2)

***

Arin terus berjalan melalu sepenjang jalan trotoar yang tampak mulai sepi. Karena baterai ponselnya habis, Arin tidak bisa memesan ojek online bahkan ia tidak menemukan bus didaerah ia berjalan saat ini.

" sampai kapan gua harus berjalan ..?" eluh Arin sambil menghela nafas karena ia merasa dirinya tidak akan sempat untuk melihat festifal kembang api di Pantai Kuta yang sudah sangat ia nantikan.

Saat Arin merundukkan kepalanya, ia tersadari bahkan kedua tali sepatunya terlepas hingga kotor. Ia merasa hari ini kelelahan tampak begitu sempurna. Arin mulai mengambil posisi berjongkok untuk mengikat tali sepatunya.

" kenapa jadi laper lagi .." gerutu Arin sambil mengingat salah satu sepatunya.

Hingga tiba-tiba Arin dikejutkan dengan penampakkan kaki yang berdiri dihadapannya. Seseorang sedang berdiri dihadapannya saat ini dan membuat Arin berfikir mungkin ia sudah menghalangi jalan pejalan kaki tersebut.

" maaf .." ucap Arin sambil beranjak berdiri dan sentak kembali terkejut saat melihat Brian yang saat ini berdiri dihadapannya dengan wajah orang yang sedang kepanikkan.

" kenapa lu ada disini ?" tanya Arin binggung.

" lu dari mana aja, gue cariin dimana-mana juga .." ucap brian dnegan nada yang terdengar kesal tapi hal itu membuat Arin semakin binggung.

" loh ! bukannya tadi lu yang pergi duluan .. lu pergi nggak bilang apa-apa, ya jadinya gue juga ikut pergi, tapi kenapa lu bisa disini ?" tanya Arin.

Mendnegar pengjelan dari Arin, sepertinya Arin kembali salah paham dengan apa yang ia lakukan lagi membuatnya tidak bisa kembali marah pada Arin yang tampak kebinggungan. Ia menghela nafas panjang dan ia tidak sengaja melihat tali sepatu milik Arin yang terlepas salah salah satunya. Tanpa pikir panjang brian langsung berjongkok dengan dan langsung mengikatnya membuat Arin yang terkejut melihat apa yang dilakukan brian padanya.

" eh eh .. nggak usah, biarin aja .." tolok Arin.

" kalau dibiarin nanti lu bisa jatuh .." ucap Brian.

" oh ! hujan !" ucap Arin yang menyadari tetesan air hujan yang jatuh mengenainya. Tanpa pikir panjang, kedua tangannya secara otomatis melindungi kepala Brian dari tetesan hujan.

Brian yang sudah selesai mengikat tali sepatu Arin langsung menyadari tangan Arin yang menutupi kepalanya dari hujan. Sambil mendengakkan kepalannya Brian terus memadangi Arin yang tampak kepanikan karena hujan semakin deras. Jantung yang berdegup kencang, entah karena merasa bersalah, senang, ataukah kesal. Satu hal yang Brian sadari bahwa ia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Sejauh apapun Arin mencona mendorong dan mengagapnya sebagai orang asing, tetap saja, dia masih sama seperti Arin yang ia kenal 10 tahun yang lalu.

Sambil berdiri " ayo !" ajak Brian sambil membukakan pintu mobil untuk Arin yang masih terdiam dengan wajah binggung.

" cepat, hujannya makin deras .." ucap Brian.

Meliat raut wajah Brian yang tampak seperti mengatakan " gue bakal tetap diposisi ini, sampai lu masuk!". Dengan tatapan tajam dan dingin membuat dirinya tidak bisa menolak.

Brian menutup pintu setelah Arin masuk kedalam mobil, kemudian ia berjalan masuk kedalam mobil kemudian melajukan mobilnya.

Selama perjalanan menuju hotel mereka kembali terdiam dengan suasana yang sedikit sunyi dan dingin. Beberapa kali Arin melihat kearah Brian yang masih terdiam dengan wajah yang sedikit murung dan dingin. Arin merasa Brian tampak marah padanya. Arin mencoba mikirkan apa kesalahan yang sudah ia lakukan hingga Brian bersikap marah. Jika dipikikan kembali, Arin merasa dirinya tidak melakukan kesalahan apapun dan hal itu semakin membuatnya kesal saat terus memuikirkannya.

Suasana semakin mencekam diantara Arin dan Brian. Arin memilih untuk terdiam sambil memandang kearah jendela tanpa kata. Sedangkan brian yang masih terus menyalahkan dirinya sendiri karena sudah melampiaskan amarahnya pada Arin.

Sesampainya didepan pintu masuk hotel, Brian sudah mematikan mesih mobilnya. Melihat kearah Arin yang sedang melepas sabuk pengamannya, tetap saja raut wajahnya yang tampak kesal.

" disini sampai berapa lama ?" tanya Brian yang memberanikan dirinya bertanya duluan.

" besok siang .." ucap Arin dengan nada datar tanpa melihat kearah Brian yang mencoba bersabar dan mengalah dengan sikap Arin.

" besok .. aku anter aja .." ucap Brian.

" gak usah !" ucap singkat Arin membuat Brian tidak bisa berkata apapun untuk mencegahnya.

" maaf .. bukan maksud gue marah sama lu, maaf …" ucap Brian yang tak berani menatap kearah Arin karean terlalu merasa bersalah.

" nggak perlu, lu emang orang yang selalu kaya gitu ? lu itu masih sama, kayanya bakal terus seperti itu .. nggak ada yang berubah .." ucap Arin dengan dingin yang sentak membuat Brian meras seperti sedang dipukul dengan keras atas perkataan itu.

" Ahh ..!!" sambil Arin yang berhenti tangannya yang ingin membuka pintu mobil karena melupakan suatu hal. " dan juga ... makasih buat semuanya maaf udah mengganggu hari lu dan merepotkan lu .. selamat menikmati liburanmu .. emm .. hati-hati sampai Kanada, terima kasih .." ucap Arin dengan suara yang berat dan bergemetar, kemudian Arin segera turun dari mobil sebelum ia menangis dihadapan Brian.

Brian yang mendengar perkataan Arin yang dengar seperti seakan-akan mereka benar-benar tidak akan bertemu lagi dan ia juga mendengar suara Arin yang gemetar, seakan sedang menahan nangis. Jika kali ini dirinya tidak menahan Arin mungkin dirinya akan menyesal untuk selamanya dan tidak akan ada kesempatan untuknya lagi.

Tanpa pikir panjang segera Brian langsung pergi menyusul Arin yang sudah mendekati pintu masuk. Ia berlari dan langsung mengapai tangan Arin, membalikkan badan Arin. Sentak bola matanya membulat saat melihat wajah Arin yang menangis. Matanya yang berlinang, ia tampak mencoba menahan tangisannya.

Mereka saling memandang satu sama lain.

Brian tak bisa berkata apa-apa saat melihat Arin menangis.

" lu nangis ..?". tanya ragu Brian dengan perlahan melepaskan tangan Arin dari genggamannya.

Arin mengalihkan pandangan yang langsung menghapus air matanya. "Harga diriku terluka .. kenapa lu menangis Arin, dasar bodoh ... menyebalkan ..!" ucapnya dalam hati yang kesal dengan dirinya sendiri bersamaan dengan rasa malu.

Ia mencoba untuk menguatkan dirinya. " gue nggak nangis, ini karena angin .." ucap Arin kembali menahan tangisnya dan menghapus air mata yang sudah terlanjur menetes dipipinya.

" maaf, gue benar-benar nggak bermaksud menghancurkan liburan lu .. dan apa yang lu bilang itu benar, kayanya memang gue nggak pernah berubah sama sekali, dan gue meminta maaf karena hal itu .. jadi gue harap lu jangan nangis lagi hanya karena gue" ungkap Brian dengan menuangkan semua ketulusannya.

Sambil menghela nafas panjang, perlahan amarah Arin mulai mereda saat melihat tatapan memelas Brian yang tampak tulus mengatakan permintamaafan kepadanya. Arin berfikir mungkin ini hanya kesalahpahaman mengungkapan kata satu sama lain.

" gue rasa untuk kedepannya, kita nggak usah pernah ketemu lagi, kedepannya .. jika kebetulan kita ketemu dijalan .. kita gak perlu saling menyapa satu sama lain, seperti orang asing yang hanya sekedar lewat, menurut gue emang itulah yang seharusnya terjadi, 10 tahun bukanlah waktu yang singkat .. hari itu .. gue udah memutuskannya, lu udah jadi orang asing bagi gue .. dan ini untuk terakhir kalinya, terima kasih untuk semuanya hari ini, maaf udah menyita waktu lu dan merepotkan lu, uang makan dan uang transportasi bakal gue bayar .. kalau gitu gue pergi" ungkap Arin yang tegas dan meluapkan semua apa yang selama ini ia tahan kemudian berbalik dan berjalan meninggalkan Brian yang tampak masih terdiam ditempatnya dengan wajah termengun.

Arin terus berjalan menuju kamarnya dengan air mata yang terus mengalir tanpa bisa ia kendalaikan. Beberapa kali ia menyeka air matanya karena merasa kesal dengan diri sendiri yang benar-benar lemah.

" Aku memang terbiasa dengan cinta bertepuk sebelah tangan .. tapi kenapa ini sangat menyakitkan ..? bahkan aku benar-benar tidak bisa melupakan dengan sepenuhnya ...? ini sangat menyakitkan, rasanya hingga aku tidak bisa menanggungnya lagi .."

***