Chereads / "When You Love Someone" / Chapter 7 - " Before The Wind Blows " (1)

Chapter 7 - " Before The Wind Blows " (1)

***

Arin sudah berada didalam pesawat yang sebentar lagi akan lepas landas menuju Jakarta. Ia duduk dibangku kelas ekonomi. Arin hanya melihat keluar jendela pesawat dengan raut wajah yang murung dan terhayut dalam pikirannya. Matanya tampak membengkak karena semalaman ia menangis dikamar hotel sendirian.

Sambil menghela nafas panjang " huff … liburan berhargaku .." eluh Arin yang merasa bersalah pada dirinya sendiri karena tidak bisa membuat liburannya menyenangkan, padahal ini kesempatan yang sulit ia dapatkan tapi apa boleh buat hari berlalu begitu cepat dan ia harus kembali ke Jakarta untuk bekerja. Dan seketika pikirannya kembali teralihkan tentang kejadian semalam, dimana ia mengatakan semua hal pada Brian.

" ini benar-benar sudah berakhir .. aku benar-benar tidak akan bertemu dengannya lagi .. bagus Arin, lu udah melakukan hal yang benar .. kerja bagus .." ucap Arin sambil membelai kepalnya sendiri untuk memuji diri sendiri agar tidak merasakan penyesalan.

Tapi sejak kemarin Arin merasa dada sesak dan sedit merasa ngilu. Ia merasa tidak nyaman dengan apa yang ia rasakan saat ini dan membuatnya resah. Beberapa kali ia memukul dadanya dengan cukup kencang berharap akan menghilang, bahkan ia sudah meminum obat untuk pencernakan karena mungkin saja pencernaannya sedang bermasalah.

Pesawat sudah berada diatas awan dan membuat Arin merasakan kantuk yang luar biasanya. Dan pelahan Arin memjamkan matanya, bayangan gelap mulai mengisi pandangannya. Bayangan gelap itu berubah menjadi putih, semua menjadi putih dihadapanya, hingga Arin tertidur pulang, sebuah gambaran antara mimpi dan kenangan masa lalu datang ...

Juli 2009 ~

Dipagi yang cerah dimata matahari sudah bersinar begitu terang dilangit, waktu menunjukan pukul 7.30. Terlihat beberapa orang menunggu disebuah halte bus. Kebanyakkan dari mereka adalah seorang pegawai kantor dan juga para murid SMA.

Arin sedang berjalan menuju stasiun MRT (kereta bawah tanah) untuk menuju sekolahnya. Setelah liburan semester berakhir, hari ini adalah hari pertamanya naik ke-kelas 3. Ini sudah menjadi kakak senior disekolah, terlihat wajahnya yang penuh kekhawatiran, bagaimana tidak Arin si pendiam dan tidak bisa berbaur dengan orang-orang disekitarnya, membuatnya sungguh sulit jika harus bertemu dan memulai dengan orang-orang baru.

Bahkan ditahun-tahun sebelumnya Arin juga tidak meiliki teman yang benar-benar dekat dengannya. Dia selalu menyendiri dan jarang mengobrol dengan teman sekelasnya.

Saat Arin sudah mendekati pintu masuk dan ingin mengambil kartu elektrik miliknya yang ia fikir ada didalam dompetnya. Tetapi kartu itu tidak ada didalam dompetnya dan membuat Arin panik. Ia berusaha mencari didalam tas, mungkin terselip diantara buku pelajaran. tangannya terus merogoh kedalam tas dengan keadaan panik.

Tiba-tiba seseorang dari belakang mengulurkan tangannya sambil memberikan sebuah kartu kepada Arin yang sentak teerdiam beberapa detik sambil memdangi kartu yang ia rasa itu miliknya

" Oii ..!" saut seorang laki-laki yang terdengar dari arah depannya. Arin pun mendengakkan kepalanya dan melihat kearah kedepan untuk melihat orang tersebut. Seorang aki-laki yang entah kenapa terlihat begitu tampan, matanya yang tajam dan ekpresi wajah yang datar, walau terlihat sedikit seram tapi dia tampan hingga membuat Arin tak berkedip. Laki-laki itu tepat berdiri dibelakang pintu mesin scan kartu.

Arin tampak kebinggung ia menengok kekanan dan kekiri memastikan orang yang entah siapa itu. Mungkin saja ia hanya salah paham dengan saut dari otrang itu. Tapi tidak ada siapapun dibelakangnya, walaupun ada tapi orang-orang disekitar tidak menghiraukan orang itu.

" Oiii .." sautnya lagi sambil mengayunkan tangannya seperti memberikan tanda untuk mendekatinya. Arin merasa ragu dan binggung sekaligus tidak percaya dnegan orang itu, tapi dengan langkah ragu Arin pun mendekati pintu masuk.

" ini punya lu .." ucapnya yang kemudian langsung berjalan pergi sambil meninggalkan kartu itu diatas mesin scan kartu. Arin masih terdiam binggung memadangi kartu trasportasi yang tampak terlihat miliknya tersebut yang memang benar itu miliknya, tapi kenapa orang itu masuk dengan kartu miliknya.

" maaf mau masuk gak dek ..?" tanya seorang dari belakangnya yang setak membuat Arin menengok, ternyata orang itu adalah serorang satpam penjaga.

" ohh .. iya pak, maaf .." ucap Arin yang kemudian langsung men-scan kartu dan berjalan masuk dengan wajah binggung.

Saat Arin masuk, tepat sekali kereta sedang berhenti, tanpa pikir panjang Arin langsung masuk kedalam dan mencari tempat untuk duduk. Tapi sepertinya dia tidak bisa duduk karena kereta begitu penuh dengan orang.

Akhirnya Arin pun berpegangan pada pegangan kereta. Dan tak sengaja Arin melihat orang yang tadi menggunkan kartu miliknya, jarak dirinya dan orang tersebut hanya terpisah oleh sekitar 5 orang disebelahnya. Arin berusaha untuk mencoba melihat pria tersebut, yang terlihat mengenakan pakaian yang sama dengannya.

" seragamnya kok sama sama dengan gue ..? tapi gue baru lihat orang itu ..." ucap Arin dalam hatinya sembari memperhatikan orang yang berwajah dingin tersebut. Saat melihat ekspresi orang tersebut yang terlihat sangat sinis dan seram terlihat seperti seorang yang suka membully orang lain atau preman. Membuat Arin sedikit takut. Arin juga merasa tidak pernah melihat orang tersebut disekolah, ini pertama kali Arin melihatnya.

Walau sedikit merasa khawatir dan takit, tapi Arin mengharapakan jika ia tidak akan pernah bertemu lagi dengan orang itu yang tampak menakutkan untuknya.

" aku tidak tahu jika saat itu adalah awal dari semua rasa sakit yang harus aku tanggung, memang benar .. penyesalan selalu datang diakhir dan aku mempercayainya .."

***