Kota damai itu bernama Alfaria. Ras manusia dan Akila hidup bersama tanpa pertengkaran yang sia-sia. Para rakyat hidup dalam kemewahan tanpa sekali pun rasa lapar menikam. Bila satu dari mereka di dalam kota yang damai itu terlihat kelaparan dan kehausan, orang-orang lainnya akan menyediakan makanan yang melimpah.
Kota itu selalu menerima orang mana pun yang ingin menikmati segarnya kedamaian dan kenyangnya melihat pemandangan bukit hijau, disempurnakan oleh danau di tengah-tengahnya. Darien, lelaki bermata biru yang selalu tersenyum melihat aktivitas para rakyat tak pernah menolak kritik dan pemberian saran dari para rakyat. Dia senantiasa mendengarkan dengan saksama sambil menyunggingkan senyuman merekah, lalu menimbang-nimbang baik dan buruknya bagi kesejahteraan kota.
Achila sang istri tak pernah bosan mendengarkan keluh kesah Darien, baik ketika membicarakan perihal kota maupun hal lain. Oleh karenanya, Darien sangat mencintai Achila.