"Udah ah gua masuk aja. Ngapain si ngeliatin si Dika yang ga penting itu," ucapnya lagi di dalam hati. Kemudian Aqilla segera masuk ke dalam rumahnya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsallam nak. Baru pulang?"
"Iya nih Bu. Habis jengukin kak Rian."
"Oh gitu. Gimana keadaannya sekarang?"
"Alhamdulillah baik Bu."
"Syukur deh kalo gitu. Kamu pulang sendiri?"
"Engga kok. Tadi di antar sama Dika, tapi dia Qilla ajak masuk dulu ga mau. Katanya salam aja buat Ibu sama Ayah." Jelas Aqilla.
Kemudian Aqilla langsung menuang air putih untuk di minumnya. Karena cuaca kali ini lumayan terik. Membuat tenggorokan Aqilla terasa sangat kering.
"Ibu suka loh sama Dika." Aqilla yang sedang meminum minumannya langsung tersedak dan batuk-batuk.
"Hem, hem. Minum dulu yang benar nak."
"Lagian Ibu ngomong gitu. Maksudnya gimana Bu?"
"Yaa Ibu suka aja. Dia itu anaknya baik dan sopan. Sepertinya dia juga suka sama kamu nak."
"Ih Ibu, apaan deh. Dia itu pernah buat keributan di depan rumah kita. Dia juga pernah ngehina aku. Dan parahnya lagi dia pernah mukul aku sampai aku jatuh pingsan. Ya ga kak?" Jelas Aqilla sambil meminta dukungan dari kakaknya.
"Iya tuh Bu. Betul kata Aqilla." Kak Anindira yang sedang nyemil sambil menonton televisi hanya mengiyakan perkataan adiknya tersebut. Padahal dia tidak tahu sebenarnya apa yang di bicarakan dengan Aqilla barusan.
"Itu kan karena ga sengaja nak."
"Auah Bu. Aku mau istirahat aja. Cape." Aqilla kemudian langsung pergi meninggalkan Ibunya begitu saja dan menuju ke kamarnya.
Aqilla langsung menggaanti pakaian sekolahnya dengan baju sehari-harinya. Kemudian Aqilla langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur.
"Ahhh. Ibu, ada-ada aja. Kenapa ucapannya itu pas banget ketika gua lagi mikirin tentang Dika."
"Eh tapi jangan-jangan. Gua ga boleh punya rasa sama Dika. Dia itu kan nyebelin."
"Ahhh auahhh," ucap Aqilla semua itu di dalam hati. Kemudian Aqilla langsung menutup wajahnya dengan bantal.
*****
"Selamat pagi Aqilla...." Teriakan Keisya sangat terdengar karena suaranya yang seperti toa musolah. Bisa terdengar satu sekolah itu suaranya.
"Hai..." Tiba-tiba saja Aqilla memberhentikan teriakannya secara mendadak setelah melihat Dika yang berada di depannya.
"Kok diam?" Tanya Dika.
"Kok sekarang malah melamun. Hello..."
"Ah? Iya? Kenapa?"
"Lu kenapa si Qil. Kayanya aneh banget hari ini." Kali ini Keisya yang bertanya kepada Aqilla.
"Engga kok. Ga kenapa-kenapa." Aqilla berkata tidak kenapa-kenapa, tetapi ekspresi wajahnya menunjukkan ada apa-apa.
Sebenarnya Aqilla tiba-tiba saja merasa malu jika melihat Dika. Entah karena apa, tiba-tiba juga perkataan Ibu kemari terniang kembali di otaknya ketika melihat Dika. Aqilla juga merasa malu sendiri karena sudah memikirkan Dika tentang perasaannya terhadap Dika. Padahal kan Dika tidak akan tahu isi hatinya Aqilla.
"Yaudah yu ah masuk kelas." Ajak Keisya kepada Aqilla dan Dika.
Sebelum sampai di kelas, mereka semua menemukan sebuah pemandangan yang membuat mereka terkejut. Mereka semua itu melihat kak Rian sudah kembali masuk sekolah.
"Kak Rian?" Tanya Aqilla langsung kepada kak Rian.
"Iya Qil. Gua udah boleh rawat jalan. Makanya gua masuk sekolah aja. Lagian kalo lama-lama nanti gua bisa ketinggalan pelajaran. Dan gua ga bisa kalo sehari aja ga liat lu Qil, haha."
Aqilla yang mendengar ucapan kak Randi barusan membuat kedua pipinya memerah. Seperti cumi yang baru saja di rebut. Perubahan pada wajah Aqilla itu di sadari oleh kak Rian.
"Kok malu gitu si? Kenapa? Hm?" Kak Rian semakin meledeki Aqilla.
Belum sampai Aqilla membalas perkataan kak Rian, Aqilla mendentar sebuah cibiran yang di lontarkan kepada kak Rian. Perkataan yang sangat peda datang dari mulut seorang murid di sekolah.
"Oh itu tuh yang udah bikin ulah dan nyusahin orang lain karena fitnahnya. Gilak si emang. Fitnah itu kan lebih kejam daripada pembunuh."
Ternyata orang tersebut adalah teman kelas Aqilla, Keisya, dan juga Dika. Dika yang mendengar perkataan barusan langsung menjawabnya.
"Itu cuma kesalah pahaman aja. Kalo lu ga tau cerita aslinya, mending ga usah ngejudge orang gitu aja."
"Dewasanya. Eh, loh. Aqilla sadar Qil, sadar," ucap Aqilla di dalam hati.
Teman kelas Aqilla memang sedikit banyak mengetahui cerita antara Dika dan kak Rian kemarin, tetapi mereka semua tetap menganggap jika kak Rian telah bersalah. Dan Dika lah yang seharusnya di bela. Padahal, jika ingin menyalahkan seseorang, bisa salahkan kakak dari kak Rian.
Berbeda dengan murid lainnya yang bukan teman kelas Aqilla. Para murid itu mengetahuinya jika Dika lah yang bersalah karena sudah menabrak lari kak Rian. Cibiran yang di lontarkan ke Dika pun tidak kalah pedasnya dengan cibiran yang di lontarkan oleh kak Rian.
"Di depan kak Rian mah sok baik. Giliran di belakangnya, jahatnya melebihi dajjal. Dia udah hampir menghilangkan nyawa orang. Sadis banget kan," ucap salah satu murid yang berada di SMAN 21 Jakarta.
Kali ini kak Rian juga tidak tinggal diam karena Dika sudah di jelek-jelekin seperti itu. Kemudian kak Rian juga membela Dika dengan ucapan yang hampir sama ketika Dika membela kak Rian tadi.
Sikap mereka berdua sangat menggemaskan. Walaupun tadinya mereka tidak mempunyai hubungan yang baik, tetapi sekarang justru jika salah satu ada yang si cibir, maka yang satunya pun akan membela. Sekarang, sepertinya mereka berdua sudah bisa menjadi sahabat antara kakak kelas dengan adik kelas.
Tidak lama berdiam diri di koridor sekolah, tepatnta di samping mading. Mereka semua akhirnya memutuskan untuk kembali ke kelasnya masing-masing. Karena bel pun sedikit lagi akan berbunyi.
*****
Di kantin sekolah.
"Hahaha." Suara tawa muncul di antara mereka semua. Di dalamnya terdapat Aqilla, Keisya, Dika, kak Rian dan kak Rio.
Orang-orang yang melihat mereka semua sepertinya sangat terheran-heran. Bagaimana bisa, seorang pelaku tabrak lari yang hampir merenggut nyawa orang yang di tabraknya, kini malah mereka berdua bisa sedekat ini. Namun mereka semua tidak memperdulikan ucapan orang lain. Yang terpenting sekarang adalah menjaga hubungan baik saja dengan teman dan juga kakak kelas.
Berada di dalam kantin ternyata cukup lama. Dari awal bel tanda istirahat, sampai bel berbunyi kembali untuk menandakan jika mereka semua harus kembali ke kelas. Hingga kini waktu pulang pun telah tiba.
"Aqilla. Pulang bareng gua aja yu." Ajak Dika.
"Hmm, iya. Boleh."
Baru saja Aqilla menjawab pertanyaan Dikaz tiba-tiba saja kak Rian datang dari belakang Aqilla dan menawarkan Aqilla juga untuk pulang bersamanya.
"Pulang bareng gua yu Qil. Sekalian makan-makan dulu sebentar. Udah lama kita ga makan di pinggir jalan, hehe. Lu sore ini ga ada acara kan?"
Aqilla refleks langsung melihat ke arah Dika. Aqilla melihat raut wajah Dika yang seketika langsung berubah menjadi diam dan pasrah. Sepertinya Dika yakin sekali jika Aqilla pasti akan lebih memilih pulang bersama kak Rian dibandingkan dengan dirinya.
"Gimana Qil? Bisa ga?" Tanya kak Rian kembali.
"Hmm...."
-TBC-