Kemudian kak Rian pun pergi meninggalkan rumah Aqilla dengan sepeda motornya. Entah sampai kapan lagi kak Rian bisa kembali main ke rumah Aqilla. Karena tadi Ibu Aqilla terlihat sangat begitu marah kepadanya.
Di dalam rumah, Aqilla terus menerus menanangisi kepergian Ayahnya. Ayah adalah orang yang paling dia sayangi. Dan Ayahnya juga lah yang menjadi cinta pertama bagi Aqilla. Tidak ada laki-laki lain yang bisa mencintai dan menyayangi dirinya dengan tulus seperti yang di lalukan oleh Ayah untuknya. Kini cinta pertamanya tersebut telah pergi meninggalkan Aqilla untuk selamanya. Kepergian Ayah memang adalah patah hati terberat yang di rasakan oleh anak perempuannya.
Tidak lama dari kepergian kak kak Rian, seseorang yang di berikan kepercayaan oleh kak Rian untuk menenangkan Aqilla kini sampai di rumah Aqilla. Dia tidak hanya datang sendirian, tetapi juga bersama teman-temannya yang lain. Yaitu Keisya dan teman kelas Aqilla yang lainnya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsallam."
"Qilla.... Sini peluk." Keisya berusaha untuk menenangkan Aqilla dengan pelukannya. Justru tangisan Aqilla semakin menjadi-jadi.
"Lu harus ikhlas Qil. Emang udah waktunya Ayah lu itu pergi sekarang. Lu harus kuat. Jangan nangis terus. Lu harus ikhlas supaya Ayah lu juga ga sedih liat lu. Dan supaya Ayah lu juga tenang buat ninggalin lu." Dika berusaha untuk menguatkan dan mengikhlaskan kepergian Ayahnya. Walaupun kenyataannya pasti sangat lah berat.
Kalimat-kalimat penyemangat terus di lontarkan oleh Dika dan teman-reman Keisya yang lainnya. Hingga akhirnya kini Aqilla sudah mulai merasa sedikit lebih tenang dan sedikit lebih ikhlas untuk melepas kepergian Ayan tercintanya itu.
"Gua ganti baju dulu ya."
"Gua temenin ya." Jawab Keisya dengan begitu cepatnya.
Kini Aqilla akan pergi mengganti pakaiannya di kamar dan di temani oleh Keisya. Biasanya dalam agamaku, ketika ada yang meninggal maka mereka akan menggunakan pakaian serba putih. Yang mengartikan jika orang yang meninggal tersebut dosanya dapat di ampuni oleh Tuhan Yang Maha Esa. Serta orang-orang yang di tinggalkannya mengikhlaskan kepergian orang yang telah meninggalkan mereka.
Setelah Aqilla selesai mengganti pakaiannya, Aqilla kembali turun ke lantai bawah untuk mengikuti segala kegiatan yang akan di lalukan untuk Ayahnya. Ternyata sekarang Ayahnya akan di mandikan terlebih dahulu sebelum nantinya di kafani dan yang terakhir si kuburkan. Rencana penguburan Ayah Aqilla akan di lakukan di tempat makam keluarga besarnya yang terletak tidak jauh dari rumah Aqilla.
Pelaksanaan memandikan jenazah untuk Ayah Aqilla di lakukan oleh semua anaknya dan istrinya dengan di temani seseorang yang mengerti bagaimana cara memandikan jenazah. Semua anak dari Ayah Aqilla dan Ibu Aqilla bergiliran untuk menyirami tubuh Ayah untuk yang terakhir kalinya dengan menggunakan air kembang. Suasana terasa kembali haru. Ini adalah moment terakhir mereka semua bersama sang Ayah.
Selama Ayah Aqilla di mandikan. Semua teman-teman Aqilla dan yang bukan sedarah oleh Ayah hanya boleh menunggu di tempat lain dan tidak boleh ikut memandikannya. Karena persyaratannya itu yang bisa ikut memandikan hanya lah anaknya dan istrinya saja.
Setelah selesai di mandikan, Ayah Aqilla kembali di bawa oleh orang-orang untuk masuk ke ruang tengah yang berada di rumah ta. Kali ini Ayah Aqilla akan di kafani.
Sebelum di kafani. Semua saudara dari Ayah Aqilla yang ingin mengusap wajah Ayah boleh melakukannya. Sebelum seluruh tubuh Ayah di tutupi oleh kain kafan.
Aqilla ikut mendekati tubuh Ayah. Aqilla mengusap seluruh wajah Ayah dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang. Ini adalah terakhir kalinya Aqilla bisa melihat dan menyentuh wajah Ayah.
Tangisan Aqilla kini kembali meledak. Apa lagi ketika tubuh Ayah ya sudah di bungkus rapat oleh kain kafan. Kini Aqilla tidak bisa melihat Ayahnya lagi untuk selamanya. Keista dan teman-teman Aqilla yang lainnya pun kembali berusaha untuk menenangkan Aqilla. Walaupun mereka sadar, jika mereka yang ada di posisi Aqilla, pasti mereka semua juga akan melakukan hal yang sama seperti Aqilla. Atau bahkan lebih sedih daridapa Aqilla.
Kini Ayah Aqilla sudah suap untuk di salatkan di makamkan di tempat pemakaman keluarganya. Kali ini Aqilla tidak bisa ikut mensalatkan Ayahnya. Karena syarat yang boleh mensalatkan Ayahnya hanya orang laki-laki saja. Akhirnya Aqilla hanya bisa melihatnya saja dari kejauhan bersama Krisya yang terus setia menemani sahabatnya itu. Sedangkan Dika, dia kini sedang ikut mensalatkan Ayah Aqilla.
Mensalatkan Ayah Aqilla tidak membutuhkan waktu lama. Hanya sekitar 10 menit saja semuanya telah selesai. Dan kini saatnya Ayah Aqilla untuk di makamkan. Mobil ambulance pun sudah menunggunya di depan gang rumah Aqilla.
Ayah Aqilla di gotong oleh anak laki-lakinya dan saudara-saudara dari Ayah serta Ibu Aqilla. Mereka semua membawa Ayah dari masjid tempat mensalatkannya menuju ke mobil ambulance sambil mengucapkan kalimat tahlil.
Aqilla memutuskan untuk ikut mengantarkan Ayahnya dengan mobil ambulance bersama Ibu dan kak Anindira. Sedangkan yang lainnta ikut mengantarkan Ayah Aqilla dengan sepeda motor. Begitu juga yang di lalukan oleh Keisya, Dika, dan teman-reman Aqilla yang lainnya.
Di jalan ternyata kendaraan sangat macat. Suara sirine ambulance sudah di bunyikan, tetapi tetap saja para pengendara lainnya tidak mau mengalah untuk memberika jalan. Sampai pada akhirnya Dika dan teman laki-laki Aqilla yang lainnya turun dari sepesa motornya dan mengatur lalu lintas. Supaya kemacaran itu segera berakhir dan Ayah Aqilla dapat di makamkan dengan cepat. Karena awan juga sudah mulai gerap. Sepertinya akan turun hujan pada sore hari ini.
Berkat bantuan Dika dan teman-teman Aqilla yang lainnya, kini keadaan di jalan sudah tidak terlalu macat lagi. Sehingga mobil ambulance dapat berjalan kembali. Namun Dika tetap berada di depan mobil ambulance tersbeut untuk memberikan jalan dan menyuruh kendaraan lain untuk segera minggir.
"Itu anak laki siapa tuh. Pinter juga. Segitunta dia bantuin kita supaya jalan," ucap supir ambulance tersebut yang tidak di balas oleh Aqilla, Ibu atau pun kakaknya. Karena jika di jawab, supir itu pun tidak akan kenal dengan Dika.
Kini mereka semua sudah sampai di tempat pemakaman Ayah Aqilla. Jenazah dari Ayah Aqilla di turunkan dari mobil jenazah dan di gotong kembali oleh orang laki-laki. Yaitu mereka semua ada saudara dari Ayah Abighail sendiri. Di gotongnya Ayah Aqilla tersebut sampai ke depan pemakaman sambil mengucapkan kalimat tahlil. Kini jenazah Ayah Aqilla sudah sampai tepat di depan galian kubur yang akab di masukkan jenazah Ayah Aqilla tersebut.
Di masukkannya jenazah Ayah Aqilla ke liang lahat tersebut secara perlahan. Aqilla yang melihatnya merasa sangat sedih dan kini Aqilla jatuh pingsan untuk yang kedua kalinya.
"Aqilla. Qilla..."
-TBC-