Gadis itu menggelengkan kepalanya, dia benar-benar tidak mengerti dengan ucapan Rey dan situasi ini. "Kita akan membicarakan hutang piutang bukan? baiklah, sebenarnya aku minta maaf karena malam itu sudah berprilaku buruk padamu. Tapi aku mohon berikan keringanan untuk keluarga kami, aku bisa melunasi hutang ibuku sedikit demi sedikit."
Rey tersenyum kecil. "Dengan apa kau akan melunasinya?"
Camelia berfikir sejenak, untuk saat ini dia memang tidak memiliki apa-apa untuk diberikan kecuali nyawanya sendiri.
"Mungkin bulan depan aku akan langsung membayar cicilan hutang ibuku, jadi mohon bersabarlah." ucap gadis itu.
Rey mengusap wajah cantik berpoleskan make up tipis itu dengan gaya sensual hingga membuat bulu kuduk Camelia berdiri.
"Aku tidak ingin uang, tapi aku ingin kau memuaskan diriku." bisik lelaki itu dengan suara khasnya yang menggoda iman.
Camelia membulatkan matanya, dia juga mendorong tubuh Rey hingga menjauh dari hadapannya. "Jangan bercanda dengan ucapanmu itu!"
Lagi-lagi lelaki itu tertawa kecil, penampilan seksi Camelia rupanya tidak menjamin jika sikapnya akan berbuah manis. Gadis itu masih saja jual mahal dengan tingkah polosnya, dan membuat Rey semakin muak. Dia menarik lengan mungil itu kemudian membuat Camelia berlutut dihadapannya, Rey juga menekan kepala gadis itu agar merunduk tanpa berani menatap ketampanannya.
Camelia merintih kesakitan karena mendapat perlakuan kasar dari lelaki yang ada dihadapannya ini. Dia tidak menyangka jika niat baik meluruskan masalah yang sedang di alami sang ibu akan memberikan masalah baru yang akan diterima Camelia. Sekarang apa yang harus gadis itu lakukan? sementara Rey sudah sangat kecewa dengan tatapan kebencian yang dilontarkan Camelia padanya. Permintaan maaf pun mungkin tidak akan cukup menebus perasaan kesal itu.
"Apa kau tidak bisa berbicara sopan padaku Camelia? asal kau tahu saja jika ibumu dengan suka rela telah memberikan seluruh hidupmu padaku untuk melunasi hutang-hutangnya. Jadi sudahlah jangan jual mahal seperti itu dan lakukan apa pun yang aku perintahkan!" bentak lelaki itu keras sembari menjambak rambut gadis dihadapannya.
Camelia terdiam, dia ingin sekali menangis dan menjerit sejadi-jadinya. Jika benar apa yang dikatakan lelaki itu? sungguh sang ibu benar-benar kejam. Dia sudah memanfaatkan ketulusan hati Camelia untuk menjualnya kepada lelaki yang tidak punya perasaan ini. Tetesan air mata pun mulai membasahi pipi Camelia, dia tidak bisa menahan perasaan sedih dan kecewa yang dirasakannya. Kania begitu tega mengorbankan seorang putri yang cantik, baik hati dan berhati tulus seperti Camelia.
"Apakah benar jika ibuku telah menjual aku padamu?" tanya gadis itu dengan mata yang berkaca-kaca.
"Iya memang benar, jika kau tidak percaya aku akan menelpon ibumu sekarang." ucap Rey.
"Tidak! aku percaya dengan ucapanmu. Jika ibu memang telah menjual diriku kepadamu tidak masalah, mungkin hidupku memang tidak berarti dikeluarga itu. Kau boleh membawaku, asalkan jangan sakiti ibuku. Karena aku sangat menyayanginya." ucap Camelia dengan air mata yang mengalir membasahi pipinya.
Rey tersenyum puas, sekarang tidak perlu ada ancaman atau pemaksaan lagi darinya. Camelia benar-benar pasrah dengan keadaan, walau mungkin tidak seseru dengan apa yang sudah dia bayangkan sebelumnya. Dimana Rey mungkin bisa saja menyiksa bahkan melakukan kekerasan pada gadis ini, namun sayangnya tidak mungkin terjadi karena Camelia sudah sangat pasrah.
"Kau itu sangat bodoh! kenapa menyerah begitu saja pada takdir buruk yang menimpamu hah?" pancing Rey dengan nada yang menyebalkan.
"Untuk apa aku melawan takdir? jika orang yang aku perjuangkan tidak pernah menghargai diriku sedikit pun. Terimakasih karena sekarang aku benar-benar tahu sebusuk apa sifat ibuku, tetapi apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanya Camelia dengan wajah polosnya.
"Belututlah dan tundukan kepalamu! bila perlu ratakan wajah cantikmu itu dengan lantai selama 2 jam!" perintah Rey.
Camelia tidak menolak sedikit pun perintah lelaki itu, dia langsung berlutut dan mencium lantai yang ada dihadapannya. Rey jongkok tepat di depan Camelia, dia mengusap kepala gadis itu kemudian berjalan keluar ruangan.
"Jangan berani-berani untuk bangun! karena aku akan mengawasimu dari setiap sudut rumah. Tunggulah, setelah selesai dengan urusanku aku akan kembali menemuimu cantik, setelah itu kita akan bermain lebih seru lagi."
Brakkk !
Pintu ruangan itu ditutup dengan sangat kencang, Rey meninggalkan Camelia disana dan berjalan menuju kamarnya. Dia mengambil sepasang pakaian kemudian setelah itu mencoba menelpon Kania. Sejujurnya dia bingung dengan gadis yang diserahkan wanita licik itu, untuk apa Rey memelihara Camelia disini? dia tidak akan berguna sama sekali kecuali menjadi seorang budak untuknya. Tubuh gadis itu tidak terlalu menarik untuk menjadi mainannya, apalagi dengan sifat yang sok jual mahal. Rey sangat membenci itu karena diluar sana masih banyak ribuan wanita cantik yang mengantri hanya untuk berkencan dengannya.
Kania :"Halo tuan Rey! apa putriku sudah sampai dirumahmu? apa dia melakukan kesalahan lagi?"
Rey :"Iya dia memang terlihat sedikit berbeda hari ini, namun tetap saja sifat menyebalkannya itu yang tidak aku sukai. Dia gagal membuat diriku puas jadi iya entah apa yang harus aku lakukan pada gadis itu sekarang."
Rey tersenyum kecil sembari menatap dirinya di cermin, tidak ada ide yang terlintas di pikirannya kecuali menjual gadis itu ke penampungan untuk mengganti semua uang yang telah dikeluarkan untuk Kania. Namun sepertinya sayang jika Rey tidak mencicipinya terlebih dahulu.
Kania :"Tuan maafkan putriku! aku bisa membuatnya patuh padamu jadi tolong pertimbangkanlah lagi."
Wanita itu seolah tidak perduli dengan apa yang terjadi dengan Camelia saat ini dan itu membuat Rey kesal, harusnya Kania merasakan kesedihan ketika putrinya bersama seorang lelaki kasar dan dingin seperti Rey. Namun mau bagaimana lagi? kehadiran anak itu memang tidak ada pentingnya bagi Kania.
Rey :"Kau sepertinya senang sekali melihat putrimu menderita Kania? baiklah jika begitu aku akan menjual Camelia ke penampungan untuk dijadikan pelacur! bagaimana kau puas? dengan begitu hutang kita lunas."
Kania :"Iya itu bukan masalah untukku, karena sekarang Camelia adalah milikmu tuan Rey. Terimakasih telah memberikan kesempatan berharga ini untuk keluarga kami, dan aku harap putriku akan laku dengan harga yang fantastis."
Rey menggigit bibirnya sendiri, dia benar-benar tidak menyangka akan mendengar ucapan sekasar itu dari seorang ibu. Kania benar-benar jahat dan tega membiarkan putrinya sendiri menderita seperti ini, dan jujur saja Rey merasa sangat dirugikan disini karena kehadiran Camelia yang menyusahkan nya. Dia mematikan panggilan itu dan pergi menemui Camelia diruangan sana, dengan amarah yang membara Rey berjalan tergesa-gesa dia juga tidak lupa membawa ikat pinggang ditangan kanannya yang terbuat dari kulit asli.
Brakkk !
Rey menendang pintu ruangan itu kencang kemudian melihat Camelia sedang duduk dan tidak mematuhi perintahnya. Lelaki itu kesal dan langsung mencambuk kan ikat pinggang yang ada ditangannya ke arah Camelia, gadis itu menjerit kesakitan sembari memohon ampun. Namun amarah Rey sudah bergejolak sekarang, tanpa henti lelaki itu terus memberikan cambukan yang luar biasa pada tubuh mungil Camelia.
"Tolong hentikan!! aku minta maaf hikss..." rintih Camelia ketakutan.
Rey melempar sabuk itu dari tangannya kemudian menyeret Camelia ke sebuah ranjang yang tak jauh dari hadapan mereka. Dia sudah berniat untuk menjual gadis malang ini, namun sebelum itu biarkan Rey merasakan apa yang seharusnya dia dapatkan.
"Layani aku sekarang Camelia, cepat!!"
"Tidak hikss.. aku mohon jangan lakukan itu!!"