"Kepalaku ah.. sakit sekali rasanya."
Camelia tersadar dari pingsan, kepalanya terasa begitu sakit apalagi lengan mungil dan kaki itu seolah ada sesuatu yang mengikatnya. Kedua mata indah itu pun terbuka lebar lalu menatap keadaan sekitar, tempat ini bukan lagi kamar yang dia datangi bersama Rey tadi melainkan tempat baru. Aroma bunga mawar memenuhi seisi ruangan, ditambah dengan penerangan yang bisa dibilang cukup minim membuat suasana terasa sedikit menyeramkan. Camelia mencoba bangun dari tempatnya terbaring, namun sangat sulit karena ada seikat tali yang melilit tubuhnya. Dia meringis sembari mencoba melepaskan ikatan yang sangat kuat itu tapi tidak berhasil, sampai akhirnya suara langkah kaki seseorang membuatnya terkejut.
"Siapa itu?!" ucap Camelia panik.
Seorang lelaki datang menggunakan piyama berwarna hitam polos dengan sebuah selembaran kertas ditangan kanannya, Camelia gemetar hebat ketika lelaki itu semakin dekat menghampirinya. Rey, dia tersenyum dengan sangat misterius kemudian duduk dan membelai wajah cantik yang sudah pucat karena siksaan yang dia lakukan beberapa saat yang lalu.
"Sudah puas dengan tidur panjangmu Camelia? sekarang bangunlah dan kita bicara baik-baik." ucap lelaki itu.
Rey melepaskan ikatan kuat yang melilit tubuh Camelia menggunakan pisau kecil yang selalu dia simpan dibalik sakunya, terlihat bekas merah yang memenuhi lengan dan kaki gadis itu. Namun Rey tidak terlalu perduli, karena ini adalah hukuman yang setimpal untuk gadis yang telah berani menolak serta mencaci dirinya seperti Camelia.
"Apa yang kau inginkan?" tanya gadis itu dengan wajah yang ketakutan.
Rey tersenyum. "Sepertinya kau mulai bisa menghormatiku, baguslah karena aku ingin menawarkan sebuah pekerjaan yang sangat menguntungkan dirimu."
Camelia menelan ludahnya kasar. "Apa itu? sebenarnya aku tidak butuh pekerjaan."
Rey mencengkram dagu cantik itu dengan kuat kemudian melepaskannya kembali dalam beberapa detik. "Kau tidak pantas untuk memilih, jadi dengarkan saja apa yang aku katakan padamu Camelia!" bentak lelaki itu marah.
Camelia hanya mengangguk, bibirnya gemetar karena menahan tangis. Rey pun mulai menunjukan lembaran kertas berisi perjanjian khusus yang telah dia buat beberapa jam yang lalu. Disana tertulis sebuah kata-kata berhuruf besar dengan warna hitam yang pekat.
"Pernikahan kontrak? apa maksudnya itu?"
Lagi-lagi Camelia tidak paham dengan maksud lelaki dihadapannya sampai Rey pun harus menjelaskan secara rinci.
"Kau adalah budak yang aku dapatkan dari wanita sialan yang sudah berani menguras habis uangku, dan sekarang karena aku sedang baik hati akan menawarkanmu sebuah kontrak pernikahan yang akan kita jalani beberapa tahun ke depan. Jangan khawatirkan tentang uang atau pun kebutuhan lainnya, karena aku yang akan menanggung semua itu. Tugasmu hanyalah menjadi istri palsu di depan ibuku, itu saja." ucap Rey rinci.
"Kenapa aku harus melakukannya? pernikahan adalah hal sakral yang harus dilakukan dengan tulus, bukan main-main seperti ini." ucap Camelia.
Rey tertawa keras, gadis kampungan ini berani sekali mengeluarkan pendapatnya. Dia tidak butuh saran atau pun pendapat dari siapapun, yang Rey ingin adalah kepatuhan. Apa harus dia mengancam terlebih dahulu agar si gadis mau menyetujui perjanjian itu?! atau mungkin menyerah dengan suka rela.
"Jika kau tidak menuruti apa yang aku perintahkan maka kepala ibumu yang akan jadi gantinya Camelia, oh atau aku perlu menghabisi kakak laki-laki mu yang tidak berguna itu? baiklah." ucap Rey dengan senyum kecil diwajahnya.
Camelia dibuat bimbang dengan tawaran yang terasa seperti ancaman ini, demi apapun dia tidak akan pernah sudi jika harus menikah dengan lelaki arogan yang sudah pasti akan membuat hidupnya semakin menderita. Namun dilain sisi, dia juga tidak mungkin membiarkan lelaki ini sampai menyakiti ibu dan juga kakak laki-lakinya. Mereka memang sangat jahat, namun tidak pantas mendapat perlakuan seperti ini. Camelia harus berfikir dan mencari jalan terbaik atas semua masalah yang sedang dihadapinya sekarang.
Sementara itu Rey dibuat geram dengan tingkah laku Camelia yang so jual mahal mengenai tawaran yang dia berikan, harusnya gadis ini sadar jika begitu banyak wanita yang mengantri hanya untuk mendapatkan cinta seorang Rey. Namun Camelia tidaklah sama, dia menganggap tawaran ini adalah sebuah bencana. Apalagi ketika tahu bagaimana sifat dan perlakuan lelaki itu pada orang yang dengan berani menolak serta menghancurkan harga dirinya.
"Kau ingin membuang waktuku? cepatlah berfikir dasar bodoh! kau kira aku disini untuk main-main denganmu!" bentak Rey geram.
Camelia menundukan kepalanya, lelaki itu sepertinya tidak memberikan pilihan atau waktu yang banyak untuk berfikir. Dia memaksakan kehendak serta keinginan nya dalam pernikahan kontrak yang sudah direncanakan itu, sebagai seorang yang terpojokkan Camelia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia juga tidak ingin membuat masalah hutang piutang itu semakin rumit.
"Aku harus meminta izin kepada ibu terlebih dahulu, apa kau bisa mempertemukan kami? aku mohon..." pinta Camelia dengan wajah yang memelas.
"Hey untuk apa kau menemui wanita gila harta itu hm? percayalah padaku, dia tidak akan pernah perduli kepadamu walau hanya seujung kuku." ucap Rey dengan nada mengejek.
"Aku tahu ibu memang tidak pernah memperdulikan aku sebagai anaknua, namun tetap saja wanita jahat itu adalah orang yang sudah melahirkan diriku ke dunia. Jadi aku mohon ijinkan aku untuk menemuinya terlebih dahulu." ucap Camelia.
Rey terdiam sejenak, dia kembali memikirkan rencana yang akan dia lakukan besok di depan sang ibu. Jika Camelia tidak mau menuruti apa yang dia inginkan mungkin saja wanita kaya raya itu akan menjodohkan Rey dengan wanita pilihannya, dan itu sungguh tidak etis sama sekali. Dengan terpaksa malam ini juga dia harus mempertemukan Camelia dengan Kania.
"Baiklah, tapi aku hanya memberimu waktu 30 menit." ucap Rey sembari melotot tajam ke arah gadis dihadapannya.
"Baik, terimakasih. Aku berjanji akan segera kembali setelah mendapat restu dari ibuku." ucap gadis itu dengan polosnya.
Rey hanya tersenyum kecil, gadis ini benar-benar bodoh dan polos. Sudah jelas jika pernikahan yang dia tawarkan adalah sebuah ganti rugi atas apa yang telah dilakukan ibunya, namun dengan bodoh Camelia masih saja meminta ijin untuk mendapatkan restu dari wanita jahat itu. Entah terbuat dari apa hati gadis itu benar-benar kuat dan tahan banting!
Pukul 20.12
Camelia diantar pulang oleh supir pribadi Rey beserta dengan dua bodyguardnya, dengan perasaan yang campur aduk gadis itu pun masuk. Menyiapkan diri untuk mendengar semua kebenaran yang telah sang ibu lakukan kepadanya. Dan benar saja, ketika gadis ini masuk ke dalam rumah terlihat sang ibu dan kakaknya panik karena Camelia kembali lagi kerumah mereka.
"Heh anak sialan! kenapa kau kembali lagi ke rumahku?!" tanya Kania dengan mata yang membulat.
Camelia berjalan menghampiri sang ibu dengan mata yang berkaca-kaca. "Ibu, kenapa kau tega menjual anakmu kepada lelaki jahat itu?"