Chapter 5 - CHAPTER 5: LATIHAN

Keesokan harinya, Bintang bangun pagi. Hal yang dia lakukan untuk pertama kali adalah membersihkan kamarnya, memang dari dulu dia sangat suka kebersihan. Bahkan di sekolah dia mendapat julukan sebagai "raja kebersihan". Setelah selesai membersihkan kamarnya, dia pergi ke arena latihan. Dia juga mempunyai kapak pribadi pemberian dari Razen.

Bintang sangat menyukai kapak tersebut, selain ringan digunakan. Kekuatannya juga luar biasa, ditambah dengan kekuatan pahlawan yang dia punya. Setelah menaruh boneka kayu di posisi, Bintang langsung mempersiapkan posisinya.

Dia melihat ketiga boneka kayu tersebut sambil serius. Tangan kirinya memutar kapak yang dia gunakan, matanya pun selalu memperhatikan ke ketiga boneka tersebut. Kemudian dia menarik nafasnya dan menhentakkan kaki kirinya.

"HIYAAAA!!!" Bintang mulai mengayunkan tangan kirinya ke boneka kayu yang berada di di depannya.

Boneka tersebut langsung terpotong. Tidak hanya itu, Bintang langsung memutar tubuhnya dan melompat menyerang boneka kayu yang berada di kirinya.

"URYAAAAA!!"

Boneka kayu tesebut langsung terbelah menjadi dua. Karena masih ada satu kagi, Bintang langsung menarik nafasnya dan melemparkan kapaknya ke boneka kayu yang masih utuh. Kepala boneka kayu tersebut langsung pecah, Bintang yang merasa latihan ini sudah selesai mulai menarik nafasnya secara teratur.

Seluruh tubuhnya pun mengeluarkan keringat. Dia pun mendekati kapaknya dan mengambilnya, setelah kapaknya disarungkan. Dia mulai membereskan tempat latihan.

"Hei kamu!" Teriak seorang perempuan.

"Aku?"

"Iya! Siapa kamu? Dan ngapain kamu berada di ruang latihanku dan menghancurkan boneka latihanku!?"

Perempuan tersebut tampak kesal kepada Bintang. Dia adalah perempuan muda yang memiliki mata bewarna biru dan rambut panjang yang berwarna abu-abu. Dia memakai pakaian penyihir. Dan jika dilihat, pakaian tersebut merupakan pakaian seragam sekolah sihir terkenal di kota ini.

"Namaku adalah Bintang, dan siapa kamu?" Bintang mulai bertanya kepada perempuan tersebut dengan santai.

"Namaku adalah Elaina. Aku adalah salah satu dari lima siswa terbaik di akademi swordia magicia."

Kemudian perempuan bernama Elaina pun mulai berjalan mendekati ketua osis tersebut tersebut. Bintang merasa terkejut karena Elaina mendekatinya, dia merasa tidak enak karena tubuhnya yang berkeringat. Ketika dia mau kabur, tubuhnya sudah tidak bisa bergerak lagi karena di belakangnya ada tembok.

(Eh? Sejak kapan ada tembok disini?) pikir Bintang.

Tembok tersebut muncul secara tiba-tiba, kemudian Bintang sadar bahwa perempuan yang bernama Elaina inilah yang memakai sihir untuk membuat tembok. Tapi kan seorang penyihir harus merapalkan mantranya, kemudian Bintang sadar dengan ucapan Elaina ketika dia memperkenalkan diri.

(Ja-jangan bilang dia baru saja menggunakan sihir tanpa mantra!?)

Sihir tanpa mantra merupakan salah satu dari sihir terkuat. Biasanya orang yang bisa menggunakan sihir tanpa mantra adalah orang-orang yang memiliki banyak energy sihir. Dan orang yang memiliki energy sihir tersebut sangat terbatas sekali, tidak heran jika Bintang kagum kepada Elaina.

"Jadi. Ngapain kamu ada disini?"

"Eh? A-ano…"

"Putri Elaina." Panggil Rizz dengan sopan.

"Rizz! Siapa orang ini?" Tanya Elaina.

"Pertanyaan itu akan terjawab ketika sarapan bersama. Karena anda baru tiba, lebih baik anda berganti pakaian."

Setelah itu tembok yang berada di belakang Bintang menghilang, Elaina pun mulai berjalan meninggalkan arena latihan. Bintang yang melihat Elaina meninggalkan arena latiha mulai merasakan bahwa jantungnya berdegup dengan kencang, dia tidak tahu perasaan apakah ini. Tapi dia tersenyum kecil karena merasakan sebuah kehangatan yang sangat nyaman.

Di ruang makan. Bintang dan yang lainnya sedang menunggu Elaina siap, di depan mereka ada Renhard sudah duduk di kursinya. Lenix dan yang lainnya saling mengobrol. Sedangkan untuk Bintang, dia masih memikirkan pertemuan dia dengan Elaina.

Di depan mereka sudah tersedia banyak sekali makanan seperti sup, buah, daging, dan minuman anggur. Ini pertama kalinya Bintang dan yang lainnya di siapkan makanan seperti ini. Mereka pun melihat paman Ren yang sedang makan, memang betul kalau paman Ren sedang makan. Tapi, cara makannya sangat berbeda sekali, seakan sangat sopan dan berwibawa.

Menurut padangan Bintang. Elaina memilki talenta yang tinggi, selain cerdas. Dia juga sangat cantik dan menawan. Kemudian dari arah pintu muncul Elaina. Lenix, Agung, dan Anju terkejut melihat Elaina untuk pertama kalinya.

Elaina saat ini memakai gaun yang berwarna merah muda. Rambut panjangnya dikuncir dan dia juga memakai gelang dan kalung sebagai perhiasannya. Bintang yang melihat Elaina, merasa bahwa Elaina sangat angun, menawan, dan cantik. Bintang tidak bisa mengalihkan pandangannya hingga Elaina duduk di sebelahnya.

"Elaina. Kenapa kamu tidak memberitahuku bahwa kamu akan datang hari ini?" Tanya Renhard.

"Aku kira paman tidak ada dirumah. Jadinya aku tidak memberitahu paman."

"Eh? A-apakah kamu menyebut paman?" Tanya Agung dengan sedikit gagap.

"Tentu saja. Paman Renhard adalah kakak dari ayahku."

"Eeeeehhhhh!!!!" Teriak Agung dan Lenix.

Mereka tidak menyangka bahwa Elaina adalah keponakan dari Renhard. Kalau tidak salah, Elaina juga memiliki nama Trisyn di bagian tengahnya. Tidak heran sih kalau pemimpin kota ini memiliki keponakan yang sangat berbakat.

"Ngomong-ngomong. Siapa mereka berempat?"

"Ah. Mereka adalah Bintang, Lenix, Agung, dan Anju. Mereka merupakan 4 orang dari 32 pahlawan yang dipanggil dari dunia lain."

"EEEHHHH!!! Mereka adalah pahlawan!? Dan paman bilang ada 32 pahlawan yang dipanggil oleh kerajaan!?"

Tanya Elaina dengan terkejut. Renhard hanya terdiam saja sambil menyeruput kopinya, kemudian Elaina menatap Bintang dan yang lainnya. Agung, Lenix, dan Anju hanya tersenyum saja kepada Elaina. Sedangkan untuk Bintang, dia merasa malu dan wajahnya merona tanpa disadari oleh siapa pun.

Agung yang duduk disebelah Bintang merasa aneh dengan Bintang. Karena wajah Bintang tertunduk, Agung sedikit mendekati wajah Bintang dan mengeceknya. Agung terkejut karena melihat wajah Bintang yang merona malu. Karena hanya sebagian wajah Bintang saja yang dia lihat, jadi dia tidak tahu apakah Bintang demam atau tidak.

Kemudian Agung menyenggol Lenix dan berbisik. "Hei. Apakah ada yang aneh dengan Bintang? Wajah dia tampak merah."

"Hmmm…." Kemudian Lenix mengecek wajah Bintang. "Apakah dia demam?"

"Bukannya kalau orang demam memasang wajah lesu? Sedangkan dia memasang wajah gugup."

Kemudian Lenix melihat ke Bintang dan Elaina. Lenix melihat mereka berdua cukup lama sehingga dia dapat kesimpulan. Dia memasang sedikit senyum jahil karena memiliki sebuah ide. Agung dan Anju yang merasa bingung dengan Lenix hanya memasang wajah bingung saja.

"Kalian berdua. Bisa kesini sebentar?" Bisik Lenix.

Kemudian Lenix menjelaskan situasi Bintang yang sedang jatuh cinta kepada Elaina. Agung dan Anju terkejut mendengar penjelasan dari Lenix. Mereka tidak menyangka bahwa orang serius seperti Bintang yang selama ini tidak pernah berkencan dengan siapa pun bisa menampakkan ekspresi seperti itu. Kemudian Lenix juga memberitahu sebuah rencana untuk mendekatkan Elaina dan Bintang.

"Ka-kalau begitu. Ma-maafkan aku atas ketidaksopananku!!" Elaina mulai berdiri dan menundukkan kepalanya. "Perkenalkan. Namaku adalah Elaina Van Trisyn, kalian bisa memanggilku Elaina. Sekali lagi, aku meminta maaf atas ketidaksopananku dan selamat datang di kota Elden."

"I… Itu ba-baik-baik saja…" Jawab Bintang dengan sedikit panik.

"O iya! Bagaimana sebagai permintaan maaf kamu. Kamu mengajak kami berkeliling kota?" Tanya Agung.

"A-Agung! A-apa yang kamu ucapkan ta... Tadi?" Tanya Bintang kepada Agung dengan panik.

"Aku tidak tahu."

"Hmmm... Boleh kok."

Elaina menjawab pertanyaan Agung dengan sedikit penasaran. Dia masih tidak menyangka bahwa dirinya akan semudah itu dimaafkan, asalkan dia menemani mereka keliling kota. Tapi, ada satu hal yang bikin Elaina bingung. Kenapa daritadi pria yang bernama Bintang gugup terus? Perasaan ketika dia bertemu dengan Bintang untuk pertama kalinya, Bintang tidak gugup.

(Apakah semua pahlawan memiliki sifat yang berbeda?) Itulah yang Elaina pikirkan.

Sedangkan untuk Bintang. Dia masih terus memaksa Agung memberitahu alasan kenapa dia bertanya seperti itu kepada Elaina, tingkah Bintang persis sekali seperti bocah yang minta permen kepada ibunya dengan manja. Lenix dan Anju yang tidak ingin membiarkan momen ini menghilang mulai mengambil gambar Bintang dari ponsel mereka.

"Benda apakah itu?" Tanya Renhard. Bahkan, Rizz pun ikut terkejut melihat ponsel Lenix dan Anju.

"Ah. Ini adalah ponsel. Benda ini memiliki banyak kegunaan, misalnya...."

Anju menjelaskan ponsel dan kegunaannya kepada Renhard dan Rizz. Mereka berdua tampaknya memiliki mata yang terbinar setiap Anju menjelaskan. Tidak jarang juga mereka bertanya mengenai ponsel, karena tidak punya pilihan lain lagi. Anju dan Lenix pun menjawab semua pertanyaan mereka berdua, Elaina pun tidak mau ketinggalan dan mendekati mereka berempat.

Suasana yang seharusnya sarapan. Sekarang menjadi suasana sesi jawab dan sesi maksa Bintang kepada Agung. Setelah selesai makan Bintang dan yang lainnya dan Elaina pergi keluar. Mereka berempat terkejut kagum dengan pemandangan kota, disana banyak sekali penyihir yang menggunakan sapu terbang untuk berlalu lalang.

"Sekali lagi, selamat datang di kota Elden! Tempat dimana semua calon penyihir dan calon kesatria dari seluruh dunia berkumpul disini untuk sekolah!" Ucap Elaina dengan semangat.

Kemudian mereka berlima mulai berkeliling di kota Elden. Mereka mencoba banyak hal seperti mencoba salah satu kafe terkenal di kota, membeli aksesoris khas kota, dan lain-lain. Karena Lenix sudah puas dengan keliling, dia pun memberi anda kepada Anju dan Agung untuk melakukan rencana mereka.

"Elaina. Bagaimana kalau kita istirahat dulu?" Tanya Agung dengan wajah sedikit lelah."

"Baiklah, kalau begitu, mari kita ke taman."

Kemudian mereka berempat mulai berjalan ke taman. Di taman mereka duduk di bangku taman, sebelum Lenix dan yang lainnya menjalankan rencana mereka, mereka memutuskan untuk beristirahat. Suasana yang sangat tenang dan sejuk membuat hati mereka menjadi adem.

"Baiklah, kalau begitu. Kami akan berkeliling sendiri, kamu temenin Bintang saja disini. DIa pasti masih lelah." Ucap Lenix.

"Tu-tunggu! Se-sejak kapan... Eh- Waaa-"

Ketika Bintang mau berdiri, dia tiba-tiba kehilangan keseimbangannya. Semua orang sempat panik, terutama Elaina. Tapi, kejadian tersebut tidak terjadi karena Agung yang menahan tubuh Bintang, Bintang pun mengucapkan terima kasih kepada Agung. Agung hanya tersenyum jahil saja dan mendekati telinga Bintang.

"Kami akan memberimu kesempatan untuk mendekatinya." Bisik Agung.

"Eh?"

Kemudian Bintang melihat kearah Lenix dan Anju yang mengacungkan jempol tanpa Elaina ketahui. Kemudian wajah Bintang mulai memerah malu, dia baru sadar bahwa ini sudah direncanakan oleh mereka. Kemudian Agung membantu Bintang duduk di sebelah Elaina, Bintang hanya bisa terdiam saja.

"Baiklah, kalau begitu kami akan pergi sebentar. Tolong jaga Bintang ya." Ucap Anju kepada Elaina.

"Tentu saja."

Kemudian Lenix, Anju, dan Agung pergi meninggalkan Bintang dan Elaina di taman berduaan saja. Mereka berharap semoga hubungan mereka akan berjalan dengan lancar. Di wilayah Selatan, di sebuah mansion. Hanif dan yang lainnya sedang sarapan. Di hadapan mereka ada tiga orang, yang satu adalah pria tua, di sebelahnya adlah wanita yang tidak jauh umurnya dengan pria tersebut. Dan yang satunya lagi adalah perempuan muda.

Pria tua tersebut bernama Alcoria Seroza. Katanya, dulu beliau adalah seorang jendral utama kerajaan. Setelah putri yang kedua meninggal karena serangan musuh, dia memutuskan untuk pensiun dengan tujuan melindungi keluarganya di kota bagian Selatan.

Di sebelah Alcoria, dia adalah wanita yang bernama Michelia Seroza. Dia merupakan istri dari Alcoria. Walaupun umurnya sudah cukup tua, dia masih memilki wajah canti dan kulitnya yang putih. Sama seperti Alcoria, Michelia juga adalah seorang jendral utama dari kerajaan Mazu yang berada di barat kerjaan Elonia. Dia sangat ahli sekali dalam bermain pedang, itulah yang menjadikan Michelia sebagai seorang guru untuk Hanif dan yang lainnya.

Dan yang terakhir adalah perempuan yang berada di sebelah Michelia. Dia adalah Elisi Seroza, atau nama akrabya adalah Elis. Dia juga memiliki rambut pirang yang di ikat kuncir dan mata yang berwarna ungu Dia juga orangnya sangat ramah dan baik. Tapi dia juga memiliki jiwa petualangan yang sangat besar, sehingga dia merupakan salah satu petualangan tingkat S.

"Jadi, apa agenda kalian hari ini?" Tanya Alcoria sambil memotong sebuah daging yang berada di piringnya.

"Mungkin aku akan mengajak mereka ke kota pinggir pantai!" Ucap Elis dengan semangat.

"Boleh juga itu." Sambung Michelia sambil meminum kopi.

"kota ini juga punya pantai!?"

Ojan berkata seperti itu dengan semangat. Elis hanya menganggukkan kepalannya dengan mantap, kemudian Ojan melihat kearah Hanif. Dia memberikan senyum kecil kepada Hanif, seketika wajah hanif memerah karena membayangkan kejadian kemarin malam.

Setelah makan. Hanif dan yang lainnya mulai bersiap berganti baju. Hanif memandang cermin, dia bisa melihat wajahnya yang memerah malu. Dia masih saja kepikiran tentang kejadian kemarin malam, jika saja hari dimana dia harus memilih antara Kanon atau Amita. Dia tidak bisa memutuskannya, karena dia tidak ingin salah satu dari mereka tersakiti hatinya karena Hanif menolaknya.

"Apa yang harus aku lakukan...."

Tanpa disadari oleh Hanif. Di luar pintu ada dua orang yang mendengar, dia adalah Haru dan Ojan. Sebelumnya Ojan telah memberitahu kepada Haru mengenai kejadian kemarin, Haru cukup terkejut mendengar cerita Ojan.

"Jadi, apa yang harus kita lakukan, kak Haru?"

"Sebenarnya aku berniat ingin membantu Amita. Tapi, jika seperti itu. Maka akan tidak adil untuk Kanon."

"Betul juga ya..." Ucap Ojan dengan nada kecewa.

Setelah semua sudah siap. Mereka semua berkumpul di depan rumah. Saat ini mereka sedang menunggu Amita, memang itu adalah hal yang wajar jika perempuan sedikit lama ketika berdandan. Kemudian dari dalam rumah muncul Amita.

Dia memakai gaun musim panas yang berwarna pink, rambut panjangnya di ikat kuncir mirip seperti Elis, ya walaupun dia juga memakai pakaian yang sama seperti Amita, tapi yang membedakannya adalah warnanya. Jika Amita warna pink, maka Elis warna ungu terang.

Hanif yang melihat penampilan Amita mulai memasanga wajah merona. Dia tidak menyangka bahwa Amita sangat cantik sekali. Padahal dia sering melihat Amita dengan pakaian seperti ini juga. Tapi, kali ini penampilan Amita bisa membuat Hanif terpesona.

(Kenapa aku bisa malu dengannya?)

"Maafkan aku karena telat."

"Tidak apa-apa." Balas Elis dengan semangat.

"Heh… Hanif, apakah tidak ada yang ingin kamu ucapkan kepada Amita?" Tanya Ojan sambil mendorong tubuh Hanif kepada Amita.

"Tu- Waaa…."

Kemudian Hanif melihat Amita dari jarak yang sangat dekat. Hanif hanya bisa diam terpesona saja, selain penampilannya yang cantik. Amita juga memiliki aroma tubuh yang wangi. Amita hanya memandang Hanif dengan wajah memerah malu saja.

"Ka-Kamu… Ha… Hari ini sangat menawan."

"Te-terima kasih…"

Suasana diantara mereka berdua pun mulai kembali sunyi. Ojan yang melihat mereka berdua hanya bisa mengambil gambar dari ponselnya sambil tersenyum jahil. Sedangkan Elis hanya bisa tersenyum lembut saja. Sedangkan untuk Haru. Dia hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum saja.

Di kota pinggir pantai, mereka semua menikmati keliling mereka. Mereka juga mampir ke beberapa tempat seperti pusat aquarium, pelabuhan, dan lain-lain. Ketikadi jalan, Elis mulai berbicara kepada mereka.

"Hei, apakah kalian mau melihat militer kota ini?"

"Apakah itu boleh?" Tanya Haru dengan sopan.

"Tenang saja!"

Kemudian mereka berlima mulai berjalan menuju kawasan militer. Setiba di depan sebuah gerbang, mereka berempat dihadang oleh dua penjaga.

"Siapa kalian… Eh- No-nona Elis?"

"Iya."

"Waaaa…. Ma-maafkan kami atas ketidaksopanan!!" Ucap kedua penjaga tersebut sambil membungkuk.

"Tidak apa-apa. Aku akan membawa temanku untuk masuk. Apakah boleh?"

"Te-tentu saja!!"

Kemudian gerbang pun dibuka oleh kedua penjaga tersebut. Mereka berempat pun mulai masuk ke dalam, Hanif danyang lainnya masih tidak percaya dengan tindakan Elis. Ternyata selain anak dari pemimpin kota. Dia juga bisa mengatur militer disini.

"Waaaaahhh!!"

Semua orang kecuali Elis terkejut melihat banyak sekali kapal yang berbaris rapih. Kapal tersebut memiliki ukuran yang sedang, di dua sisi kapal tersebut terdapat dua meriam. Sepertinya kapal tersebut mampu menampung 15 orang perkapal.

Selain kapal kayu juga, disana banyak sekali prajurit. Mereka semua memakai armor yang berwarna biru laut. Ini mengingatkan kepada Hanif dan yang lain mengenai kunjungan DBF ke angkatan laut Indonesia. Setiap prajurit diberi senjata yang merupakan panah, pedang, atau tongkat sihir.

"Bagaimana?" Tanya Elis.

"Ini luar biasa." Ucap Haru dengan seikit kagum.

"Ini pertama kalinya aku melihat hal seperti ini!!"

"Aku juga."

"…"

Ojan dan Amita memberikan tanggapan yang membuat Elis tersenyum semangat. Hanif tidak bisa berkata apa-apa lagi karena dia kagum dengan apa yang ada di depannya. Kemudian mereka berempat dibawa oleh Elis menuju sebuah dinding lagi. Sebelum masuk, Elis melihat kepada Hanif dan yang lainnya dengan serius.

"Di balik dinding ini ada kapal peradaban. Dan aku yakin orang seperti kalian pasti mengetahuinya."

Mereka berempat hanya memasang wajah bingung saja. Kemudian gerbang pun dibuka oleh para penjaga. Setelah itu, mereka semua mulai memasuki ke balik dinding ini.

"Mustahil!"

"Ke-kenapa…"

"Seharusnya mustahil di dunia ini bisa bangun seperti itu…."

"Apakah ini adalah kenyataan?"

Mereka berempat terkejut bukan karena kagum. Melainkan terkejut melihat 3 kapal yang berada di depan mereka, tentu saja kapal tersebut sangat besar. Saking besarnya, ukurannya melebihi kapal militer, tapi yang bikin mereka terkejut adalah bendera kapal tersebut.

Bendera tersebut merupakan bendera yang ada di bumi. Itu adalah sebuah negara besar yang sangat terkenal di dunia, mau itu dari segi budaya, politik, hiburan, dan lain-lain. Benar, itu adalah lambing bendera Amerika.

Kemudian mereka berdua mulai mendekati salah satu kapal perang tersebut. Mereka semua kagum dan bingung kenapa kapal militer milik Amerika ada disini. Memang satu-satunya jawaban adalah pemanggilan. Tapi, kenapa kapal militer bisa dipanggil juga, apalagi ini ada tiga.

"Bagaimana cara kalian membawa kapal ini dari dunia kami?" Tanya Haru sambil menyentuh badan kapal.

"Kami tidak membawanya."

"Terus?" Kali ini Ojan yang bertanya.

"Sebenarnya. Bahan-bahan dari kapal ini dari kami semua. Tapi, idenya dari pahlawan generasi ke 9"

"Tapi. Walaupun ini bisa dibilang replika, ini terlihat seperti asli."

"Kamu benar, Amita." Ucap Hanif yang sedang memandang kapal. "Apakah kita bisa menaiki?"

Elis hanya mengangukkan kepalanya saja. Kemudian, sebuah roda poros yang mengendalikan rantai menurunkan sebuah papan besar. Ya, walaupun desainnya mirip seperti kapal militer Amerika yang ada di bumi. Tapi, setidaknya tidak semua modern.

Mereka berlima pun mulai menaiki kapal tersebut, tentu saja mereka terkagum Disana banyak sekali material-material yang hampir sama seperti yang ada di bumi. Dan jika dilihat, ini adalah kapal kelas lowa. Memiliki Menara yang merupakan tempat pengendali, selain itu juga. Ada juga senjata kapal yang mirip seperti di bumi. Contohnya, Mark 12, 5in/38cal. Meriam anti udara, Phalanx CIWS, dan Mk 28 Mod 2 Mount.

Walaupun senjata tersebut hampir mirip seperti senjata di bumi. Tapi, di setiap senjata ada inti core sihir. Inti core sihir merupakan pusat dari sihir. Sihir tersebut bisa mengeluarkan sihir apa saja tergantung dari pemakai. Walaupun, sihir bisa di rapalkan. Tapi jika memakai inti core, maka kemampuannya akan meningkat 3x lipat dari kekuatan sebenarnya.

"Ini logam?" Tanya Amita sambil menyentuh Mark 12.

"Betul, itu adalah logam kuno. Konon logam tersebut sangat tahan sekali dengan serangan sihir tingkat 5. Bahkan, badan kapal ini juga memakai logam kuno."

"Tapi, bukannya logam itu berat?"

Tanya Ojan sambil melihat sekitar. Elis pun mulai menjelaskan kepada Ojan mengenai mengapa logam kuno yang merupakan logam langka bisa mengapung di laut. Memang betul kalau logam bisa tenggelam, apalagi ini adalah logam kuno. Di bumi logam yang dipakai oleh kapal dibuat cekung atau bisa di sebut lambung kapal supaya kapal tersebut bisa menahan beban sambil mengapung.

Tapi, logam kuno sangat berbeda dengan logam biasa. Konon katanya logam kuno ini adalah salah satu bahan untuk membuat Mjolnir, atau orang-orang bilang adalah palu dewa Thor. Dan tentu saja, butuh usaha yang sangat keras untuk menemukannya. Belum lagi menambang logam dalam ukuran yang sangat besar.

Tapi, berkat kekuatan salah satu pahlawan generasi ke 9 yang merupakan berkah dewa tambang. Mereka bisa menemukan logam tersebut dengan mudah, tapi setelah mereka mengetahui lokasi logam tersebut. Mereka juga harus bersiap bertempur. Kenapa? Karena logam tersebut berada di pertambangan wilayah iblis.

Perang pun tidak dapat dihindarkan, pasukan pahlawan terpaksa membagikan dua kelompok. Kelompok satu adalah kelompok yang berdiri di barisan depan, dan kelompok dua bertugas untuk menjadi tim medis dan bantuan. Pada saat itu, manusia yang berada disana hampir musnah jika salah satu pahlawan generasi ke 9 yang bernama Xavier mengorbankan dirinya untuk memakai kekuatan perpindahan dimensi dan ruang.

Teman-teman Xavier pada saat itu memutuskan untuk membuat kenangan berupa tiga kapal ini. Bahkan, tiga kapal ini memiliki nama Xavier. Itu merupakan salah satu jenis penghormatan para pahlawan generasi 9 kepada Xavier yang telah gugur demi melindungi manusia.

Di sebuah aula sekolah. Tepatnya di Indonesia. Terlihat banyak sekali siswa, mereka semua memakai satu seragam yang sama. Tentu saja karena mereka adalah para anggota organisasi DBF. Walaupun mereka semua beda sekolah, tapi saat ini mereka semua menghadapi sebuah masalah besar. Di balik panggung, ada dua murid laki-laki. Mereka adalah Farras dan Ferdy.

Farras adalah seorang siswa teladan di sekolah. Dia satu sekolah dengan Shin, dia juga adalah ketua divisi perhubungan di organisasi DBF. Walaupun, begitu. Dia juga memiliki sifat ceroboh. Contohnya seperti pada acara tahun baru. Dia tidak sengaja menghancurkan sebuah kue yang bisa dibilang sangat besar ukurannya. Padahal, kue tersebut adalah karya dari seorang seniman ternama di Spanyol. Karena member DBF sudah mengetahui sifatnya. Akhirnya pada acara itu, mereka semua memakan bakso yang berada di depan tempat acara mereka.

Ferdy. Dia adalah orang yang dipercaya oleh tiga serangkai DBF, dan tiga serangkai DBF itu adalah Ken, Bintang, dan Hanif. Dia juga satu sekolah dengan tiga serangkai. Walaupun dia adalah orang yang cuek dan pendiam. Tapi, dia pernah bisa mengatur organisasi DBF ketika tiga serangkai pergi ke Amerika untuk urusan bisnis. Kemampuan otaknya sangat hebat sekali sehingga bisa membuat lawan bicaranya terdiam. Jika Agung memiliki kekuatan untuk menggerakkan orang dari ucapannya saja. Maka, Ferdy bisa mengendalikan lawan bicaranya dengan kecerdasan otaknya.

"Apakah kamu yakin?" Tanya Farras kepada Ferdy?

"Tentu saja. Jika hal ini dibiarkan terus, maka DBF akan hancur."

"Ta-tapi, bisakah kita menunggu?"

"Itu mustahil."

Kemudian muncul dua orang laki-laki. Mereka adalah Ija dan Mirai. Ija adalah seorang mahasiswa yang sama seperti Haru. Walaupun sebenarnya DBF yang anggota intinya adalah anak SMA, walaupun ada Haru. Tapi Ija bisa masuk ke anggota inti karena bakatnya yang merupakan kelicikan, ide gilanya, detektif dan bakat dalam merayu. Dia juga pernah berhasil memecahkan kasus pembunuhan di Australia ketika DBF sedang ada kunjungan ke duta.

Pada saat itu salah satu menteri Australia terbunuh oleh racun, dan itu menyebabkan DBF menjadi korban tuduhan palsu. Dengan tenangnya, Ija menyelidiki dan berhasil menemukan pelakunya yang merupakan anak dari menteri tersebut. Maka dari itu Ija mendapat julukan sebagai "detektif santai".

Mirai, mungkin dalam bahasa Jepang arti Mirai adalah masa depan. Itu memang betul, tapi. Mirai yang merupakan siswa di sekolah ternama di Indonesia adalah orang yang sangat berbahya. Dia merupakan ketua dari PHI atau disebut perkumpulan hacker Indonesia. Dia juga sudah membawa pasukan hackernya untuk melawan serangan dari hacker dari luar maupun dalam negara, karena itulah DBF meminta Mirai bergabung dan menjadikan dia sebagai ketua divisi informasi dan IT.

"Apakah kamu masih saja berharap dengan harapan palsu tersebut?" Tanya Mirai dengan cetus.

"Ta-tapi…"

"Aku sudah berusaha selama dua hari untuk mencari mereka, dan kamu tahu berapa persen untuk menemukan mereka? Apakah aku tahu dimana mereka?" Tanya Mirai yang mulai mendekati Farras dengan melotot.

"TENTU SAJA TIDAK!! MUSTAHIL ADA ORANG YANG BISA KEMBALI DARI INSIDEN "LOST PEOPLE"!!"

Semua orang yang berada di situ mulai terdiam karena amarah dari Mirai yang memarahi Farras. Tentu saja Mirai merasa kesal dan sedih yang bercampur aduk karena orang yang menyelamatkan dari kegelapan telah menghilang. Dia merasa sudah tidak mempunyai tujuan hidup lagi. Seandainya dia sudah tidak berpikir, pasti saat ini dia sudah tewas karena bunuh diri. Tapi, dalam lubuk hatinya, dia yakin bahwa teman-temannya akan kembali.

Kemudian Mirai mulai pergi meninggalkan Farras dan yang lainnya. Semua orang mulai terdiam saja, tidak ada satu pun orang yang mengjar Mirai, karena mereka tahu bahwa dia membutuhkan waktu untuk menerima semua ini.

"Maafkan aku…."

Kemudian dari arah pintu muncul laki-laki yang membawa beberapa kertas. Dia adalah Ami, dia adalah siswa dari sekolah swasta. Dia juga mendapat tempat sebagai wakil ketua osis, tapi. Sifat dia lebih ceroboh dari Farras dan dia bisa dibilang sangat lemah terhadap perempuan. Tapi, walaupun begitu. Alasan dia jadi anggota inti DBF karena dua bakat yang ada di dalamnya. Bakat pertama adalah dia sudah memiliki sabuk hitam judo, gelar master di karate, dan gelar shifu di wushu. Dan bakat terakhir dia adalah mengurus rumah tangga.

Ya karena anggota inti sering rapat di rumah kedua Ken. Maka dalam hal rumah tangga, Ami adalah orang yang paling hebat. Dan dia adalah orang termuda di anggota inti, karena dia masih kelas 2 SMP. Kemudian Ami memberikan kertas tersebut kepada Ferdy. Ami kemudian melihat sekitar, dia tampak sedang mencari sesuatu.

"Dimana kak Mirai, bukannya tadi kak Ija dan kak Mirai datang berduaan?"

"Dia tampaknya butuh waktu untuk menerima semua ini." Jawab Ija.

"Begitu ya. Sebenarnya aku juga rindu kepada para senior lainnya."

Wajah Ami mulai berubah menjadi sedih. Suasana di ruangan tersebut mulai tegang kembali. Kemudian Ferdy mulai berjalan ke panggung, sesampai di panggung. Semua anggota yang awalnya berisik, mulai terdiam. Mereka tahu sifat Ferdy seperti apa, tapi yang sekarang mereka takuti adalah jabatannya yang merupakan ketua DBF sementara.

"Baiklah, apakah ada yang tidak hadir?"

Semua orang hanya terdiam saja. Ferdy menganggap bahwa itu adalah jawaban kalau semua telah hadir, dan total yang hadir ada 400 orang. Kemudian Ferdy melakukan pembukaan, semua orang tetap fokus mendengarkan pembukaan dari Ferdy.

"Baiklah, mari kita ke intinya. Jadi, kalian semua sudah tahu masalah sekarang?"

Semua orang mulai terdiam lagi. Ferdy menganggap itu sebagai jawaban bahwa mereka setuju. Kemudian Ferdy mulai memukul meja di depannya dengan keras. Suara benturan tangan dan meja membuat semua orang fokus ke Ferdy, bahkan Farras dan yang lainnya juga terkejut dengan Ferdy.

"Aku tahu kalau kita telah kehilangan sebagian besar anggota inti! Tapi, ingat! Masih ada aku dan yang lainnya. Dan tentu saja ada kalian semua!!" Ucap Ferdy dengan keras. "Kalian masuk ke DBF karena kalian memiliki bakat, maka dari itu. Ini adalah tugas kita untuk menggantikan mereka semua sementata yang telah menjadi korban "lost people". Dan kita juga jangan putus harapan kalau mereka tidak akan kembali."

Setelah Ferdy berkata seperti itu. Semua penonton terdiam saja. Farras dan yang lainnya tidak menyangka bahwa Ferdy akan berkata seperti itu, sebenarnya itu bukanlah sesuatu yang harus sesuai dengan kertas pidato yang telah di siapkan.

Kemudian satu persatu penonton mulai berdiri dan memberikan tepuk tangan yang meriah. Mereka semua bersorak semangat. Itu benar, walaupun sebagian besar anggota inti tidak ada. Tapi, itu bukan berati akhir dari organisasi DBF.

"Tampaknya, dia sudah menjadi lebih baik." Ucap Ija sambil tersenyum kecil.

"Itu benar." Sambung Ami.

"Baiklah, aku akan bertemu dengan kepala sekolah Bintang dan membahas masalah kerjama sama sekolah dengan sponsor yang akan datang. O iya Farras." Panggil Ija sebelum meninggalkan ruangan.

"Apa?"

"Aku harap kamu bisa menjadi wakil yang bisa mendukung Ferdy." Kemudian Ija meninggalkan ruangan.

"Eh? Aku!!! Kenapa harus aku yang jadi ketua!? IJA!!!!!!!!"

Begitulah situasi di bumi. Yang awalnya semua anggota DBF tertekan karena sebagian besar anggota inti tidak ada. Berkat pidato Ferdy, mereka kembali semangat lagi.