Chapter 10 - CHAPTER 10: PERASAAN

Di sebuah kota Timur, Sarutobi. Terlihat Syahdan yang sedang berjalan-jalan di kota. Kota Sarutobi adalah kota yang hampir mirip dengan Jepang pada zaman shogun, bahkan makanan terkenal kota ini adalah tuna. Sambil menikmati pemandangan kota, Syahdan terus berjalan sendiri.

Dua hari sebelumnya, Syahdan dan yang lainnya mendapatkan kabar bahwa kota Selatan telah di serang oleh pasukan iblis. Mendengar hal tersebut, Fahri memutuskan untuk pergi, tapi tuan Margov tidak mengizinkannya. Karena Fahri tidak bisa menerimanya, dia mengamuk. Syahdan dan Arif berusaha untuk menenangkan Fahri, kemudian Fahri berhasil tenang oleh kesatria perempuan yang bernama Nino dengan cara memberikan obat tidur.

Dan saat ini Fahri sedang dikurung di kamarnya, tentu saja ada pelayan yang mengantarkan makanan untuknya. Untuk Arif, saat ini dia sedang berada di balaikota menjadi tangan kanan tuan Margov. Dan untuk Kino, dia sedang berada di rumah sambil meneliti sihir.

Sebenarnya Syahdan juga memiliki pekerjaan sebagai pelayan restoran. Tapi, karena pemilik restoran tersebut sedang sakit. Jadi dia dan pegawai lainnya libur, karena libur. Dia harus menikmatinya. Ketika dia sedang berjalan, dia melihat sebuah toko perhiasan. Disana terlihat sebuah kalung yang di pajang di dalam sebuah kaca. Kalung tersebut memiliki motif hati, entah kenapa dia terus memandangi kalung tersebut.

"Apakah aku harus beli untuknya?" Tanya Syahdan kepada dirinya.

"Apakah anda ingin membeli kalung tersebut?" Tanya seorang pegawai pria.

Pegawai tersebut tampaknya melihat Syahdan yang terus menatap sebuah kalung. Karena penasaran, pegawai tersebut mendekati Syahdan.

"Uh… A-aku hanya melihat-lihat saja." Balas Syahdan sambil memalingkan wajahnya dengan tersipu.

Pegawai pria tersebut menyeringai karena melihat tingkah lucu Syahdan, kemudian dia menarik tangan Syahdan ke dalam tokonya. Syahdan yang sebelumnya menolak, sekarang dia terkagum dengan isi dari toko yang menampilkan barang-barang untuk wanita.

"Umur berapa perempuan tersebut?" Tanya pegawai tersebut dengan sopan.

"Eh? Di-dia seumuran denganku."

"Hmmmm.... Jadi begitu."

Pegawai tersebut memegang dagunya sambil menganggukkan kepalanya, kemudian dia pergi ke salah satu rak. Kemudian dia mulai mengambil salah satu gelang perak. Syahdan yang melihat gelan tersebut hanya bisa terkagum, gelang tersebut memiliki bahan yang bagus dan polanya yang berbentuk seperti bunga.

"I-ini untuk apa?" Tanya Syahdan yang sadar dengan kelakuan pegawai tersebut.

"Ini, untuk anda."

"Eh!? Kenapa?"

"Saya tahu kalau anda sedang jatuh cinta."

"Eh... A-a-apa... Ma-maksudmu!?" Seketika wajah Syahdan mulai malu.

"Anda. Anda pasti sedang jatuh cinta kan?" Tanya pegawai tersebut sambil menunjuk ke Syahdan.

Syahdan hanya memasang wajah malu saja. Bukan berati dia suka sama Kino, tapi dia juga tidak membencinya. Tapi, belakangan ini. Setiap dia berdua dengan Kini, dada Syahdan selalu sakit. Bahkan hatinya selalu berdegup dengan kencang. Dan pada akhirnya dia sadar, bahwa dia mencintai Kino.

Perasaan tersebut sudah dimulai ketika Syahdan baru masuk ke SMA. Pada saat itu, dia sudah bergabung dengan DBF selama empat bulan. Dan dia masih sama-sama pemula seperti Kino pada saat itu. Syahdan awalnya tidak terlalu tertarik dengan Kino, karena sikap Kino sangat dingin dan setiap ada orang yang berbicara dengannya. Dia hanya bisa menjawab seperlunya atau mengabaikan mereka.

Tapi, ketika angkatan Syahdan sedang istirahat. Dia melihat Kino yang sedang makan di bawah pohon sendiri, Syahdan dengar bahwa di kelasnya Kino tidak mempunyai teman, bahkan ada rumor dia pernah membuat masalah kepada guru.

Karena Syahdan tidak terlalu percaya dengan rumor tersebut, dia memutuskan untuk mendekatinya. Ketika Syahdan menyapa Kino, dia hanya di abaikan saja. Karena tidak terima, dia memaksanya sehingga Kino membalasnya.

"Ada apa?" Cetus Kino kesal.

"Jadi, aku dengar kamu pernah membuat masalah dengan guru?"

"Apakah seorang guru atau murid menyuruhmu untuk menuduhku!?" Tanya Kino dengan nada cukup tinggi.

"T-tidak. Aku tidak di suruh sama siapa pun, di organisasi DBF. Kita di ajarkan untuk tidak percaya dengan rumor tanpa bukti kan?"

"Kamu...." Kemudian Kino menatap lurus ke Syahdan, Syahdan hanya bsa gugup saja. A-apakah dia akan menciumnya? Itulah yang ada di pikiran Syahdan karena jarak dia dan Kino sangat dekat.

"Apakah kamu anggota DBF?"

"Eh?"

Tunggu sebentar? Apakah Syahdan tidak salah dengar? Jangan bilang perempuan yang ada di depannya tidak mengenali dirinya? Padahal mereka satu angkatan di pelatihan. Masa, sama teman angkatan lupa sendiri. Di dalam hati Syahdan, dia merasa mau menangis.

"Ah... Aku adalah Syahdan. Dan kita adalah satu angkatan di pelatihan DBF."

"Syahdan... Syahdan... Hmmmm..." Kino tampaknya sedang berpikir keras. Sepertinya dia tidak mengingat nama teman seangkatannya.

"Tidak perlu memaksa. Bagaiman kalau kita mulai dari awal, namaku adalah Syahdan." Ucap Syahdan sambil menjulurkan tangannya.

"Kino." Balas Kino sambil memegang tangan Syahdan.

Syahdan senang sekali karena bisa berkenalan dengan Kino. Kenapa? Karena di sekolah ini hanya Kino saja yang merupakan anggota DBF. Jadi, mereka terlihat satu kelompok. Setelah itu, Syahdan mulai bertanya kepada Kino.

"Aku dengar kamu pernah buat masalah dengan guru? Apakah itu benar?"

"Jika aku bilang tidak?"

"Tentu saja aku akan percaya jika kamu mau menceritakannya kepadaku."

"Baiklah."

Kemudian Kino mulai menceritakan masa lalunya. Setahun yang lalu, di sekolah sebelumnya. Kino adalah orang yang penuh dengan banyak prestasi, selain itu juga. Dia sangat hebat di bidang akademis dan atletik, bahkan dia selalu menjadi perwakilan lomba judo dari sekolahnya. dia juga sangat ramah kepada guru dan siswa.

Pada saat itu, ketika Kino sedang membereskan barang-barangnya, dia dipanggil oleh pak Budi yang merupakan guru fisika.

"Kino, bisakah kamu membantu saya?"

"Ada apa?"

"Bantuin saya untuk mengangkat barang di gudang."

"Baiklah."

Kemudian mereka berdua berjalan menuju gudang. Di lorong, Kino terlihat biasa saja, dia tidak tahu bahwa pak Budi memiliki niat jahat, tentu saja pak Budi ingin memperkosanya. Nafsunya sudah tidak bisa ditahan semenjak Kino baru pertama kali juara judo.

Kemudian mereka berdua tiba di gudang, pak Budi bilang ingin mengambil sebuah bola yang berada di atas rak, ketika Kino sedang berusaha untuk mengambil sebuah bola. Pak Budi mengunci gudng dari dalam, mendengar pintu gudang terkunci. Kino melihat kearah pak Budi.

"Ada ap- Kyaaa…"

Kino berteriak karena tiba tiba pak Budi menyentuh pinggangnya.

"Pinggang kamu sangat ramping…."

"Ku-kumohon, hentikan ini."

Ketika Kino mau melepaskan diri, dia di dorong ke tembok. Kedua tangannya pun di pegang oleh pak Budi, Kino terlihat ketakutan yang melihat pak Budi seperti hewan buas. Kino pun berusaha memberontak, tapi usaha dia sia-sia.

"Kamu tahu… Hah… Dari dulu bapak mau merasakan tubuhmu…."

"He-hentikan… Se-seorang!! Tolong!!"

Kemudian pak Budi hanya memasang senyuman yang sangat menjijikan, kemudian pak Budi mulai menjilat pipi kanan Kino. Kino hanya bisa menangis saja, dia sangat panik sehingga dia tidak ada pilihan lain selain menendang selangkangan pak Budi.

"AAAARGGGHHH!!"

Kemudian Kino mencoba melepaskan diri, karena pak Budi sedang kesakitan, Kino berusaha untuk keluar dari gudang. Karena kuncinya ada di saku pak Budi, dia tidak bisa membuka pintu gudang.

"DASAR JALANG!!!"

"Arrrgggghhh...."

Kemudian rambut Kino di tarik oleh pak Budi. Kino berusaha untuk melepaskan diri, kemudian karena tidak ada pilihan lain. Dia melakukan sapuan samping dengan cara menyapu kaki kanan pak Budi. Pak Budi pun kehilangan keseimbangannya dan mau terjatuh, sebelum tubuh besarnya terjatuh. Kino menekan leher pak budi dengan sikuknya dan mendorong tubuh pak Budi ke tanah.

Tubuh pak Budi terbanting dengan keras sehingga kepalanya juga ikut terbentur dengan keras. Kemudian Kino melihat pak Budi tidak sadarkan diri, karena ini adalah kesempatannya. Dia mengambil kunci gudang dan melarikan diri dari gudang.

Setelah itu, dia bilang kepada kedua orang tuanya untuk izin tidak sekolah. Kedua orang tuanya bingung karena Kino meminta libur sekolah tanpa alasan, walaupun di paksa. Kino tetap tidak mau menjawab alasannya.

Seminggu kemudian, ketika Kino ke sekolah, dia jadi pusat perhatian guru dan murid. Merasa bingung, dia mendekati salah satu temannya.

"Hei, apa yang terjadi?"

"Sial! Menjauhlah dariku, dasar lacur!!"

"Eh?"

Kino merasa bingung. Kemudian dia pun belajar dengan kondisi bingung karena sekitarnya mulai menjauh. Ketika jam istirahat pertama, Kino dipanggil ke ruang kepala sekolah. Kino yang sedang memakan kue hanya bisa pergi ke kantor dengan pikiran yang masih bingung.

Setiba di ruang kepala sekolah, dia melihat kepala sekolah yang sedang duduk di kursinya. Tapi, Kino terkejut karena melihat pak Budi yang berada di ruangan tersebut, tapi kali ini pak Budi memakai perban putih di kepalanya, salah satu tangannya ikut di perban seakan seperti orang yang tangannya patah dan plester di pipi kanannya.

"A-ada urusan apa ibu memanggil saya?" Tanya Kino yang masih waspada kepada pak Budi.

"Saya mendengar bahwa anda memaksa pak Budi untuk melakukan hubungan intim. Tapi, karena pak Budi tidak mau melakukannya, kamu menghajar pak Budi hingga seperti itu."

"Eh? A-apa maksud anda...."

"JANGAN PURA-PURA TIDAK TAHU!!!" Teriak pak Budi. "kamu wa-waktu itu... Memaksa saya untuk hubungan intim kan!?"

"A-anda salah!! Dimana buktinya!?" Protes Kino.

"Bukannya kamu sudah melihatnya?" Tanya kepala sekolah.

Kemudian mata Kino terbuka lebar, dia sadar. Ternyata dari dia masuk, dia sudah membawa buktinya. Yaitu kondisi pak Budi, tapi Kino menyadari bahwa ini adalah bukti yang salah, karena seharusnya luka pak Budi berada di belakang kepalanya.

"Itu bohong bu!!" Teriak Kino. "Padahal luka tersebut tidak apa-apa, dan seharunya saya yang menjadi korban!!"

"SUDAH DIAM!!!" Teriak kepala sekolah sambil memukul meja. "KINO MULAI SEKARANG KAMU DI KELUARKAN DARI SEKOLAH!! DAN KAMU HARU BAYAR BIAYA PERAWATAN SEKITAR 5 JUTA RUPIAH DAN KAMU HARUS BAYAR BIAYA SEKOLAH DULU SEBELUM KELUAR!!"

Kino terkejut mendengar ucapan dari kepala sekolah. Dia tidak menyangka dia akan dikeluarkan dari sekolah, bahkan dia disuruh bayar sekolah dan biaya perawatan pak Budi. Kemudian Kino meninggalkan ruang kepala sekolah dengan ekspresi kesal. Dia tidak langsung menuju kelas, melainkan langsung pulang.

Di dalam hatinya dia merasa dendam dan marah karena ulah pak Budi. Tapi, dia sadar. Jika dia mengamuk sekarang, akan jadi banyak masalah. Dan dia juga tidak ingin merepotkan kedua orang tuanya. Setiba di rumah, ibunya yang sedang memasak penasaran kenapa putri terakhirnya pulang duluan.

"Apa yang terjadi?"

Dengan perasaan sedih dan marah yang bercampur aduk. Kino menjelaskan kepada ibunya mengenai kejadia di ruang kepala sekolah, ibunya terkejut karena mendengar hal tersebut. Walaupun begitu, ibunya hanya bisa menghibur putrinya. Karena ibunya yakin putrinya tidak salah dan putrinya melakukan hal yang benar.

Setelah itu, selama sisa sekolah. Kino memutuskan untuk tidak datang ke sekolah, walaupun begitu. Dia tetap belajar dengan guru les dan terus latihan judo. Dia tidak menyesali karena menyerang pak Budi, jika saja dia diam saja pada saat itu. Mungkin kondisi dia akan semakin parah.

Ketika Kino baru saja latihan Judo. Dia melihat ada seorang perempuan yang berdiri di depan pintu, karena bingung. Kino pun mendekatinya.

"Kamu siapa?"

"Namaku adalah Aimi, aku adalah wakil ketua osis di sekolahku dan merupakan anggota organisasi DBF."

"DBF?..."

"Di sekolah kamu sekarang. Nama kamu sudah sangat buruk sekali."

"!!!"

"Asalkan kamu tahu. DBF sudah mengetahu masalah kamu, walaupun begitu. Kami tahu bahwa kamu tidaklah salah, Kino. Bergabunglah dengan DBF, maka kami akan mencoba membersihkan nama baik kamu dan menghukum dua pelaku tersebut."

Aimi hanya mengulurkan tangannya saja sambil tersenyum. Kino tidak percaya dengan ucapan Aimi, Begabung dengan DBF? Apa itu DBF? Mereka bisa menghukum pak Budi dan kepala sekolah? Bisa membersihkan nama baik aku? Semua pertanyaan itu terus bergema di pikiran Kino.

Tapi, dia juga berpikir. Apakah yang di ucapkan Aimi itu benar? Jika benar, ini seperti kesempatan sekali seumur hidup. Dia tidak boleh bimbang, sekalinya dia sudah memutuskannya, dia tidak boleh mundur. Kino pun menarik nafasnya dan mulai menatap Aimi.

"Baiklah... Aku akan masuk ke organisasi DBF."

"Terima kasih. Kalau begitu, aku akan menjelaskan mengenai organisasi DBF."

Seminggu kemudian, Kino disuruh pindah sekolah oleh Aimi. Aimi bilang jangan bayar uangnya dulu, karena tim sedang berusaha membongkar kedok mereka. Untuk berjaga-jaga, Kino di pindahkan rumahnya di daerah Tanggerang, kedua orang tuanya setuju dengan keputusan Aimi.

Kehidupan sekolah Kino pun perlahan menjadi baik, dan dia juga mulai aktif di organisasi. Setahun pun dia menikmati kehidupan sekolahnya yang baik. Hingga di hari kelulusannya. Setelah kelulusannya, pak Budi datang ke sekolah Kino dan menyebarkan berita kebohongan, Kino yang melihat itu sudah tidak tahan lagi. Tapi Aimi menahannya, Aimi bilang "Bersabarlah, ada waktunya kamu bisa balas dendam."

Dan yang awalnya acara kelulusan yang dipenuhi oleh rasa haru dan senang, berubah menjadi ejekan dan bully terhadap Kino. Kino hanya bisa menahan emosinya saja. Aimi yang melihat Kino mulai menatap ke pak Budi dengan tajam. Dia berjanji kepada Kino untuk membantu balas dendam.

Setelah insiden tersebut, Kino mulai menutupi dirinya dan mulai rajin di DBF. Dia hanya bisa terbuka kepada keluarganya dan Aimi saja, yang lain dia hanya bisa biasa saja. Bahkan bisa saja mengabaikannya. Ketika mau masuk SMA, Aimi menyarankan untuk bersekolah di daerah Bintaro. Aimi bilang, disana ada banyak kenalan Aimi.

"Baiklah." Jawab Kino.

Setelah itu, Kino berbicara kepada kedua orang tuannya mengenai hal tersebut. Mereka berdua hanya menyesetujui saja. Setelah melakukan persiapan perpindahan ke rumah baru. Aimi bilang kepada Kino bahwa insiden di kelulusan sudah tersebar di kalangan guru dan pengajar lainnya. Tapi, dia bilang bahwa kepala sekolah dan para guru di sekolah barunya tidak akan membedakan Kino dengan yang lainnya.

Sehari sebelum perpindahan. Kino dan Aimi berjalan di sekitar kota, karena insiden tersebut mulai menyebar di kalangan masyarakat juga. Jadi, Kino memakai pakaian yang sedikit tertutup. Mereka berdua pun menongkrong di kafe dan membahas kegiatan sehari-hari Kino di DBF.

"O iya, aku dengar kakak kamu ada di Amerika?" Tanya Aimi yang sambil memakan pasta.

"Kamu tahu dari mana? Padahal aku tidak pernah menceritakan mengenai kakakku." Balas Kino sambil menatap tajam Aimi.

"Hahaha… Maaf-maaf, karena kamu sudah jadi anggota DBF. Maka kami terpaksa mencari informasi yang berkaitan denganmu, alasannya adalah supaya kami bisa membantu atau melindunginya."

"Begitu ya…." Kemudian Kino melanjutkan minum kopi lagi.

Di hari tes masuk sekolah, Kino berhasil meraih peringkat ketiga dalam tes akademi. Bahkan dia dengan cepat melewati tes lainnya. Tapi, ada satu hal yang membuat Kino bingung, kenapa disini banyak sekali orang Jepang? Aimi bilang bahwa sebenarnya sekolah ini adalah sekolah Jepang internasional Indonesia, jadi wajar banyak orang Jepang disini.

Di kehidupan SMA barunya. Dia masih di jauhi oleh berapa siswa Karena rumor mengenai insiden tersebut telah tersebar. Walaupun ada beberapa siswa yang mengobrol dengannya. Itu pun hanya sebatas pertanyaan dan hal yang perlu saja. Dan ketika istirahat, pada saat itulah seorang laki-laki yang bernama Syahdan datang untuk berbicara dengannya.

"Jadi begitu…"

"Apakah kamu mempercayainya?" Tanya Kino pelan.

"Tentu saja!!" Jawab Syahdan. "Karena aku tahu bahwa kamu tidak akan salah, dan untuk dua orang itu. Aku harap mereka bisa mendapatkan hukumannya."

Kino membuka matanya dengan lebar. Dia tidak menyangka, selain Aimi, kedua orang tuanya dan para guru. Syahdan percaya dengan ucapan Kino. Selain mereka, tidak ada yang percaya dengan ucapannya.

"Baiklah, mulai sekarang aku akan selalu mendukung kamu apa pun terjadi!!" Ucap Syahdan sambil tersenyum semangat.

"Baiklah. Terima kasih." Balas Kino sambil tersenyum. Baginya, senyuman ini sudah lama sekali tidak dia tunjukan ke orang lain.

Setelah itu, Syahdan selalu membantu meluruskan kesalahpahaman di sekolah, walaupun ada beberapa orang yang percaya. Termasuk Nizar, tapi masih banyak orang yang tidak percaya. Hingga 5 bulan kemudian, di berita menunjukkan video suap pak Budi ke kepala sekolah dan ke beberapa orang. Kino yang melihat berita tersebut, mulai bersorak gembira. Akhirnya di tangkap juga! Itulah yang Kino pikirkan.

Kemudian Kino mendapatkan pesan dari Aimi, Aimi bilang kalau kamu mau menghajarnya, bisa dilakukan di sidang besok sore. Tapi dengan satu syarat, yaitu jangan terlalu kasar. Kemudian Kino juga mendapatkan pesan dari Syahdan dan Nizar, mereka berdua mengucapkan selamat kepada Kino yang telah terbebas dari tuduhan palsu.

Kino merasa bahagia sekali karena ada Aimi dan yang lainnya. Seandainya Aimi pada saat itu tidak bertemu dengan Kino. Mungkin Kino tidak akan pernah keluar dari rumah, dan menjadi bahan bully bagi orang di sekitar, dan dia juga berterima kasih kepada Syahdan yang selalu saja membantu dirinya untuk meluruskan kesalahpahaman.

Hari demi hari kehidupan sekolah Kino mulai membaik. Dia juga berhasil memberikan satu pukulan telak kepada pak Budi di acara persidangan. setelah insiden tersebut. Sikap Kino yang awalnya dingin, sekarang mulai terbuka dan semangat. Syahdan yang selalu mendukungnya sangat senang sekali.

Tapi, dia merasa ada satu hal, yaitu setiap bersama Kino, dia selalu saja merasakan dadanya berdegup dengan kencang. Dia awalnya hanya berpikir ini hanyalah sementara, tapi Rifqi berkata bahwa dia sedang jatuh cinta. Awalnya Syahdan tidak mau mengakuinya, tapi dia tidak bisa menolaknya sehingga dia sadar bahwa dirinya jatuh cinta kepada Kino.

Memang betul kalau Syahdan jatuh cinta kepada Kino. Tapi, dia tidak berani mengungkapkan perasaanya karena dia takut kalah. Kalah? Dengan siapa? Tentu saja dengan Nizar, Syahdan berpikir Nizar juga mencintai Kino. Jadi dia berpikir dia tidak akan menang.

Tapi, sekarang kondisi mulai berubah. Saat ini. Syahdan, Kino, Arif, dan Fahri berada di kota Timur, yang berati tidak ada Nizar. Syahdan berpikir, mungkin ini adalah kesempatan untuk menyatakan perasaannya kepada Kino.

"Terima kasih karena telah membeli. Semoga hubungan anda dengan perempuan anda semakin baik."

Syahdan hanya bisa tersipu saja dengan ucapan pegawai tersebut. Kemudian Syahdan meninggalkan toko dengan senyum kecil. Setelah itu, Syahdan mulai berjalan sambil memikirkan rencana untuk melakukan pengakuan.

Kemudian dia sadar, di kota ini. Ada beberapa tempat yang sangat di sukai oleh Kino, salah satunya adalah taman bunga Himitsu.

"Yosh! Aku akan melakukannya besok!"

Keesokan harinya...

Keesokan harinya. Setelah sarapan, Syahdan dan yang lainnya melakukan pemburuan monster. Mereka saat ini berada di sebuah hutan Selatan. Fahri yang menggunakan tombak terus menusuk dan menebas para goblin. Arif yang berada di belakang Fahri mendukung dengan memanah setiap goblin yang akan mendekati Fahri.

Syahdan dan Kino selalu melakukan kombinasi mereka. Syahdan menembus musuh dengan dua mini axe nya, sedangkan Kino membantu Syahdan dengan sihir serangannya. Dalam waktu yang singkat, mereka semua sudah lumayan kuat. Sebenarnya, setelah mereka di beritahu bahwa kota yang di tinggali oleh Hanif di serang oleh pasukan iblis, mereka semua memutuskan untuk membantu.

Tapi, itu dilarang oleh tetua Sarutobi. Tetua tersebut mengatakan bahwa sudah ada bantuan dari kerajaan, jadi mereka tidak perlu khawatir. Arif, dan Fahri mulai tenang, tapi untuk Kino dan Syahdan. Mereka masih saja khawatir. Memang betul kalau pasukan kerajaan memiliki Razen dan yang lainnya, tapi mereka tetap saja khawatir.

"Hah... Hah... Akhirnya selesai juga." Ucap Syahdan sambil mengusap keringat di kepalanya setelah melakukan pemburuan.

"Apakah kamu haus?" Tanya Kino sambil menyerahkan sebotol air untuk Syahdan.

"Terima kasih." Balas Syahdan sambil menerimanya.

Kemudian Kino duduk di sebelahnya, Kino pun meregangkan badannya keatas sehingga menunjukkan beberapa lekukan tubuhnya yang putih. Syahdan yang melihatnya, hampir saja tersedak ketika dia sedang minum. Walaupun Kino memakai armor, tetapi di bagian perutnya yang tidak dilindungi, ketika Kino meregangkan badannya. Itu membuat perut Kino yang ramping menjadi lebih ramping dan terlihat seksi.

(Sialan! Dia sangat manis.)

Sementara itu. Di belakang mereka, Fahri dan Arif yang melihat itu. Hanya bisa tertawa kecil, mereka berdua tampaknya sudah mengetahui perasaan Syahdan. Maka dari itu, mereka membiarkan Syahdan melakukannya. Tugas mereka hanyalah menghibur Syahdan bila nanti dia tertolak saja.

Setelah mereka melapor ke guild petualang. Arif dan Fahri memutuskan untuk latihan, tentu saja bagi Kino yang hanya bisa sihir. Dia tidak ingin ikut, dan dia juga benci bau keringat mereka setelah latihan fisik. Dan untuk Syahdan, dia bilang ada urusan lain. Padahal, Arif dan Fahri mengetahui rencananya. Tentu saja, mereka berdua juga berbohong mengenai latihan ini.

Setelah Arif dan Fahri meninggalkan mereka berdua. Syahdan mulai merasa gugup, kemudian dia berusaha untuk tenang.

(Baiklah! Ayo kita lakukan!)

"A-apakah kamu mau ikut denganku?"

"Kemana?"

"Se-semacam kafe mungkin?"

"Eeeeh.... Baiklah."

Kemudian mereka berdua mulai berjalan menuju kafe yang di tuju. Selama di perjalanan, Syahdan merasa gugup sekali karena berjalan di sebelah Kino. Biasanya, dia tidak pernah seperti ini, mungkin karena hari ini dia akan menyatakan perasaannya.

"Syahdan."

"E-eh, ada apa?"

"Kafe apa yang akan kita tuju?"

"Um.... Se-sebenarnya, itu adalah kafe yang ingin kamu kunjungi dalam beberapa hari ini..."

"Serius!?" Tannya Kino semangat.

"I-iya-"

Sebelum Syahdan menyelesaikan ucapannya. Kino memegang tangan Syahdan dan menarik pergi ke kafe yang di tuju. Syahadan merasa ini sangat tiba-tiba sekali Kino memegang tangannya, tapi kemudian dia hanya tersenyum kecil saja. Dia tahu kalau Kino akan seperti ini jika menyangkut masalah hal yang di sukai nya.

Tidak lama kemudian, mereka berdua tiba di sebuah kafe yang di maksud. Itu adalah sebuah kafe yang yang sangat menarik, dindingnya terbuat dari kayu dengan cat pink kemerahan. Di atas pintu terdapat tanda tulisa "selamat datang", dan di sebelah pintu masuk. Terlihat papan yang bertulisan list menu dan harga.

Kemudian mereka berdua memasuki kafe tersebut.

"Selamat datang! Berapa orang?" Tanya pelayan perempuan tersebut.

"Dua orang." Jawab Kino.

"Baiklah, kelau begitu silahkan ikuti saya."

Kemudian mereka berdua di arahkan oleh pelayan perempuan tersebut ke meja. Setiba di meja, mereka berdua di berikan buku menu. Selama mereka mau memesan, seketika diantara mereka mulai sunyi. Mereka bukanlah sibuk mencari menu melainkan mereka berdua gugup.

Kenapa?

Karena di dekat meja mereka. Banyak sekali pasangan kekasih. Mungkin sebelumnya, pelayan perempuan tersebut berpikir Syahdan dan Kino adalah pasangan, jadi dia menempatkan Syahdan dan Kino di wilayah pasangan kekasih.

Syahdan mulai memerah di wajahnya. Perasaan gugup dan malu bercampur aduk menjadi satu, seluruh tubuhnya gemetar, bahkan jantungnya berdegup dengan kencang sekali. Dia takut suara jantungnya tersengar oleh Kino, jadi dia berusaha untuk tenang.

Sedangkan untuk Kino? Memang betul jika dilihat dari sudut pandang Syahdan, dia terlihat tenang sekali seakan tidak terjadi apa-apa. Tapi kenyataannya, wajah Kino ikut memerah juga. Dia memerah karena malu. Dia tidak menyangka akan jadi seperti ini.

Sebenarnya Kino sudah gugup dari pertama kali jalan ke kafe ini. Dia merasa bahwa dia tidak bisa berprilaku normal di dekat Syahdan, alasannya dia juga bingung. Itu terjaadi ketika setelah Syahdan menyelamatkan dirinya dari serangan orc. Pada saat itu, Kino merasakan bahwa jantungnya berdegup dengan kencang.

Setelah kejadian itu. Setiap Kino bertemu atau berduaan dengan Syahdan, dia merasa gugup. Saking gugupnya dia tidak mau dilihat oleh orang lain, sehingga dia memakai pokerface. Tapi, tampaknya di situasi sekarang, dia tidak bisa menggunakan menggunakan pokerface-nya karena dia baru sadar sekarang.

Kino sadar bahwa dia menyukai Syahdan.

Tapi sejak kapan?

Hal itu terjadi ketika dia membantu Kino untuk meluruskan kesalahpahamannya ketika di SMA. Pada saat itu, Kino selalu saja melihat Syahdan yang berusaha meluruskan dan membersihkan nama baik Kino. Dia awalnya merasa bahwa perasaan ini hanyalah sementara. Tapi, setelah tinggal di kota ini, ditambah dengan setelah kejadian orc. Kino tidak bisa menyangkal bahwa dia menyukai Syahdan.

Tapi.....

Apakah Syahdan menyukai dirinya?

Kemudian mereka berdua menikmati pesanan mereka dengan tanpa bicara sama sekali. Setelah dari kafe, Syahdan memutuskan untuk mengajak Kino ke tempat terakhir. Di perjalanan, mereka berdua tidak banya berbicara. Mereka tampak canggung sekali setelah kejadian di kafe.

Dalam diri Syahdan, dia merasa kecewa karena dirinya tidak bisa melakukan apapun. Kino yang melihat Syahdan, hanya bisa tersenyum kecil saja tanpa di ketahui oleh Syahdan. Hari pun semakin sore, angin malam pun mulai banyak yang lewat. Karena mereka harus tiba di rumah petapa sebelum waktu makan malam, jadinya Syahdan terlihat terburu-buru/

"Hah… A-akhinya tiba juga…." Ucap Syahdan.

"I-ini…"

Kino tidak bisa melanjutkan ucapannya karena terkagum melihat sebuah pemandangan yang berada di depan matanya. Di depannya terlihat taman bunga yang sangat luas, disana bahkan terlihat banyak sekali macam-macam bunga, dan keindahan itu semakin bagus karena terpantul oleh cahaya matahari sore yang indah.

"Indahnya…" Ucap Kino.

"Itu benar." Sambung Syahdan.

Kemudian Syahdan mengeluarkan kotak yang berisi kalung yang Syahdan beli kemarin, Syahdan pun menarik nafasnya dan mulai memanggil Kino.

"Kino!"

Kemudian Kino melihat kearah Syahdan. Dia tampak bingung karena melihat sebuah kotak hitam kecil.

"Se-sejak dulu, aku selalu…. Me-memperhatikanmu… Dan aku sadar, a-aku mencintaimu!!" Kemudian Syahdan membuka tutup kotak tersebut sehingga menampilkan sebuah kalung.

Kino hanya bisa diam tertegun saja, sesaat kemudian dia terkejut dan menutup mulutnya. Kedua matanya mulai mengeluarkan air matanya, di dalam dirinya. Dia sangat senang sekali, dia tidak menyangka bahwa Syahdan yang merupakan pria yang di cintainya menyatakan perasaannya kepada Kino.

"Baiklah…" Ucap kino pelan.

"Eh?"

"Aku juga mencintaimu!" Kemudian Kino mulai memeluk Syahdan dengan gembira.

Syahdan yang dipeluk oleh Kino secara tiba-tiba mulai membalas pelukannya dengan kasih saying. Dia tidak menyangka bahwa Kino akan menerima perasaannya. Setelah mereka berdua berpelukan, Syahdan memasangkan kalung yang dia beli di leher Kino.

"Ini adalah kalung yang indah sekali…." Kata Kino sambil melihat kalungnya.

Kemudian Kino menatap Syahdan. Kedua mata mereka saling bertatap, bahkan tubuh mereka semakin dekat, tangan kiri Syahdan mulai memegang pinggul Kino dan menarik mendekati Syahdan. Syahdan hanya bisa menatap Kino dengan serius dan malu saja, bahkan dia bisa melihat pipi Kino yang merona. Kemudian Kino melingkarkan kedua tangannya di leher Syahdan.

Kedua bibir mereka pun semakin dekat, sehingga mereka pun mulai berciuman. Lidah mereka saling beradu dengan lembut, bahkan kedua nafas mereka hampir saja tidak terkendali. Mereka pun memutuskan ciuman mereka sambil mengatur nafas mereka.

"Tampaknya ciuman pertama kita sedikit berbeda…" Ucap Syahdan.

"Fufufu… Tapi, aku menyukainya." Kemudian mereka berdua mulai berciuman lagi.

Setelah kejadian pernyataan cinta Syahdan ke Kino. Mereka berdua berjalan menuju kediaman mereka, selama di perjalanan. Kino selalu saja memeluk lengan kiri Syahdan, Syahdan tampak gugup tapi dia hanya bisa tersenyum saja kepada Kino.

Di kediaman. Syahdan dan kino memberitahu kepada Arif dan Fahri bahwa mereka berdua telah pacaran. Arif dan Fahri terlihat semangat sekali dan memberikan selamat kepada mereka berdua. Ya, walaupun mereka sudah mengetahuinya. Kenapa? Karena Arif da Fahri selalu mengikuti Syahdan dan Kino pergi hingga di pernyataan Syahdan ke Kino. Tapi, mereka hanya bisa tutup mulut saja.

Setelah makan malam, Arif dan Fahri dipanggil oleh tetua. Mereka pun segera berjalan memasuki ruangan tetua. Setiba di ruangan tetua, Fahri dan Arif menunduk hormat. Di ruangan tersebut, selain tetua. Ada Yaminaki yang merupakan pengawal terkuat di kota ini.

"Aku mendengar bahwa kalian telah menuntaskan misi." Ucap tetua tersebut. "Kerja yang bagus."

"Terima kasih!"

"Ngomong-ngomong….." Ucap Yaminaki. "Dimana Kino dan Syahdan?"

Arif dan Fahri hanya saling memandang saja. Kemudian mereka sadar bahwa pasangan tersebut langsung pergi setelah makan malam. Di sisi lain, di kamar Kino. Kino dan Syahdan sedang duduk di Kasur Kino. Mereka tampak terdiam saja karena gugup.

"Ka-kamu tahu? A-aku pernah bermimpi indah." Ucap Kino.

"Mi-mimpi tentang apa?"

"Mimpi tentang kita pacaran seperti sekarang, kamu melamarku, kita menikah, hingga kita membuat keluarga."

Syahdan terkejut mendengar ucapan Kino. Setelah dia mendengar hal tersebut, dia juga berharap supaya mimpi tersebut terjadi. Tapi, dia sadar bahwa perjalanan ini masihlah panjang. Syahdan pun menelan ludahnya dan memanggil Kino.

"Ka-kamu tahu…. A-aku juga pernah bermimpi dimana kita melakukan hu-hu-hubungan di ranjang dan mimpi ka-kamu melahirkan anak kita."

Syahdan berkata itu sambil tersipu. Kino yang mendengar hal tersebut mulai ikut tersipu juga, kemudian. Kino mencium bibir Syahdan dan mendorong tubuhnya ke Kasur. Syahdan yang terkejut tidak bisa berbuat apa pun karena mulutnya terkunci oleh ciuman Kino. Setelah cukup lama ciuman, Kino melepaskan ciumannya.

"A-apa yang kamu-"

"Apakah kamu ingin melakukannya denganku?"

Kemudian Kino membuka satu demi satu kemeja yang dia pakai. Syahdan hanya memandang dengan tidak percaya, dia bahkan bisa melihat kulit Kino dari jarak yang sangat dekat. Payudaranya yang cukup besar terlindungi oleh bra-nya

Stare!! Stare!!

Keduanya merasakan ada yang melihat mereka. Kemudian mereka menoleh ke pintu, disana terlihat Arif yang dengan wajah tidak percaya, Fahri yang memegang ponselnya, dan Yaminaki. Dan keadaan pun mulai sunyi.

3

2

1

"WAAAAA!!!! Ke-kenapa kalian bisa masuk!?" Tanya Kino panik sambil menutupi tubuhnya dengan selimut.

"KA-KALIAN! SU-SUDAH SEJAK KAPAN!?" Lanjut Syahdan.

"Semenjak kalian membahas mimpi kalian." Jawab Arif.

"Dan juga pintu ini tidak terkunci."

Kino dan Syahdan tidak percaya dengan ini. Padahal, mereka baru saja ingin pergi ke tingkat selanjutnya. Tapi, hal itu di ganggu oleh mereka bertiga. Kemudian Kino berjalan menuju lemarinya. Dia mengambil tongkat sihirnya. Fahri dan Arif mulai merinding karena merasakan aura besar dari tubuh Kino.

"Ki-Kino… A-apakah kamu serius?"

"Ka-kami hanya bercanda…."

"Diam." Ucap Kino pelan.

"Kalian kenapa?" Tanya Yaminaki bingung.

"Kenapa!?" Tanya Fahri dan Arif.

"KELUAR LAH ANGIN SUCI!!!!"

Dan mereka bertiga terpental sangat jauh.