Setelah semua telah di bereskan, Hanif dan yang lainnya mulai kembali ke Higuria, selama di perjalanan, mereka saling berbicara. Agunk bilang kepada Hanif bahwa dia sudah bertemu dengan pasukan Fauzan, tetapi Alcoria menyuruh Agunk dan pasukannya untuk membantu pasukan Hanif.
"Jadi, dua kelompok bantuan tersebut adalah kamu dan kelompok Fauzan?" Tanya Amita.
"Iya." Jawab Agunk. Kemudian Agunk melihat Amita dan Kanon memeluk lengan Hanif. "Apakah kalian pacaran?"
"Uggghh-"
Hanif terkejut mendengar pertanyaan Agunk. Kemudian dia menyadari bahwa Amita dan Kanon memeluk lengannya, kemudian Hanif secara paksa melepaskan diri dari mereka berdua dan memasang wajah malu.
"I-itu... Ma-maksudku...." Ucap Hanif dengan gagap.
"Tenang saja. Aku sudah tahu." Jawab Agunk sambil memegang pundak Hanif.
Hanif mulai terjatuh. Dia merasa tekanan tiba tiba datang. Tidak menyangka bahwa hubungan dia dengan Kanon dan Amita telah diketahui oleh Agunk dan kelompoknya. Kemudian mereka tiba di gerbang belakang Higuria.
"Astaga-"
"Apa-"
"Yang-"
"Terjadi!?"
Hanif dan yang lainnya terkejut melihat gerbang belakang tidak ada penjaganya. Kemudian Hanif dan pahlawan lainnya mulai berlari memasuki Higuria. Mereka melihat banyak sekali orang-orang yang mati, tidak hanya itu. Banyak sekali iblis yang mati. Vicent menutup mulutnya karena hampir muntah melihat mayat manusia yang sudah rusak.
"Te-teganya." Ucap Aimi sambil menutup mulutnya. Tampaknya Aimi tidak bisa menahan melihat pemandnagan ini.
"Apa yang terjadi?" Tanya Hanif.
Kemudian dia melihat seorang prajurit yang sedang berjalan. Dia terkejut melihat prajurit tersebut, prajurit tersebut mengenakan armor yang sudah rusak. Wajahnya sangat ketakutan sekali seakan-akan nyawanya bisa hilang kapan saja.
"Permisi. Aku adalah pahlawan Hanif, apa yang sebenarnya terjadi?"
"Iblis.... Kejam.... Berbahaya...." Orang tersebut mulai pingsan setelah berkata seperti itu.
Dengan segara, Hanif memanggil salah satu bawahannya untuk merawat prajurit tersebut. Setelah itu, mereka semua melihat Alcoria dan Haru.
"Kak Haru!"
"Hanif." Kemudian Haru melihat Agunk dan lainnya.
"Syukurlah kalian tepat waktu." Puji Alcoria kepada Agunk.
"Itu benar. Seandainya saja saya telat sedikit. Mungkin Hanif dan Kanon akan mati." Agunk membalas
"O iya. Selain kelompok pahlawan Agunk, ada juga kelompok-"
"Semuanya!!"
Hanif dan kelompoknya melihat ke sumber suara, disana dia melihat kelompok Fauzan dan kelompok lainnya. Hanif dan kelompoknya terkejut melihat kelompok Fauzan, tidak bisa disangka bahwa mereka akan datang juga.
"Fauzan! Aku tidak menyangka kelompok kamu yang akan datang."
"Hahaha... Apa pun demi kamu, pasti aku akan bantu." Jawab Fauzan kepada Hanif.
Hanif hanya tersenyum saja. Kemudian mereka semua di pimpin oleh Alcoria ke dalam gereja. Di sebuah ruangan besar, Alcoria berterima kasih kepada kelompok Agunk, Fauzan, dan kelompok Afandy yang telah datang ke Higuria sebagai pertolonngan. Selain bantuan perang, mereka juga membawa bantuan berupa makanan, pakaian, dan harta.
"Sekali lagi! Saya berterima kasih karena telah datang untuk membantu melindungi Higuria!"
Kali ini tidak hanya Alcoria saja. Elis, Michelia, dan seluruh anggota pelayan keluarga Seroza menundukkan kepala mereka dengan hormat.
"Su-sudah cukup.... I-itu membuat kami malu..." Ucap Afandy dengan gugup.
"Baiklah. Dilihat dari total kerusakan kota, kita masih bisa menyelesaikannya dalam waktu 4 minggu saja. Selama waktu itu, saya ingin meminta bantuan kepada kalian semua. Tentu saja, nanti di minggu terakhir, kalian akan berlibur."
"Tentu saja!" Jawab Afandy.
"Berati kita bisa ke pantai!" Ucap Hasshi.
Setelah Hasshi berkata seperti itu. Hanif, dan Fauzan merasakan sebuah tatapan dari beberapa perempuan. Hanif merasa jika ke pantai jadi, ini akan jadi ujian mental, dia pun berusaha berdoa di dalam hatinya supaya hal tersebut tidak terjadi.
(Tuhan. Bantulah aku.) Pikir Fauzan sambil berdoa di dalam hatinya.
Setelah itu, mereka semua dibimbing sama Mariene menuju villa yang berada tidak jauh dari pusat kota Higuria. Cukup berjalan 30 menit saja dan pada akhirnya mereka semua tiba di villa milik keluarga Seroza.
"Baiklah. Ini adalah villa kalian yang akan kalian tinggali, di dalamnya sudah ada beberapa pelayan yang akan mengurus kebutuhan kalian semua. Kalau begitu, saya pamit."
Setelah Mariene berkata seperti itu. Dia pun mulai pergi meninggalkan sekelompok pahlawan tersebut. Kemudian Hanif dan yang lainnya mulai memasuki villa tersebut, setelah mereka masuk ke dalam villa, mereka di sambut oleh banyak pelayan.
"Selamat datang, para pahlawan!!"
Ya, Hanif dan yang lainnya tidak terlalu terkejut dengan sambutan ini. Selama di kediaman mereka, mereka selalu disambut seperti ini oleh pelayan, tapi tetap aja ini masih membuat mereka terkejut. Kemudian kepala pelayan yang bernama Herrias menyuruh para pelayan untuk membawakan barang-barang Hanif dan yang lainnya ke ruangan mereka.
"Tapi, ini sangat besar sekali." Ucap Taya dengan kagum.
"Kamu benar, bahkan ini lebih besar dari kediaman kita." Sambung Yukki sambil melihat kearah Hasshi.
"Kamu benar."
"Baiklah. Karena kalian sudah lelah. Lebih baik kita beristirahat, dan jangan lupa untuk makan malam." Ucap Agunk sambil berjalan menuju kamarnya.
Hanif dan beberapa orang lainya setuju mengenai saran dari Agunk. Kemudian mereka semua berpisah dan menuju ruangannya masing-masing. Untuk Fauzan, dia mengajak Ojan untuk pergi ke sebuah ruangan, itu adalah ruangan yang berisi banyak rak buku. Selain rak buku, ada sofa, meja dan lukisan.
"Ojan." Panggil Fauzan dengan serius.
"A-apa?"
Ojan sedikit gugup karena Fauzan yang tiba-tiba serius. Suasana di antara mereka mulai canggung. Ojan tidak mengetahui ada masalah apa dengan Fauzan, kemudian Fauzan menarik nafasnya dan mulai berbicara kepada Ojan.
"Jadi...."
"...."
"Ponsel kamu masih ada daya?"
"Eh?"
.
.
.
.
Di kota Elden, di sebuah kafe terlihat dua orang yang sedang duduk. Mereka adalah Bintang dan Elaina, mereka saat ini sedang duduk sambil memikirkan sesuatu.
"Aku berpikir kamu haru belajar sihir tanah saja jika kamu ingin fokus terhadap pertahanan. Tapi, jika dilihat dari kemampuanmu yang ahli menggunakan kapak, aku sarankan untuk bisa menggunakan sihir api."
"Hmmm... Jadi begitu." Kemudian Bintang mulai menulis di buku catatannya.
Bintang melakukan itu karena minggu depan dia dan pahlawan lainnya akan melakukan ujian tes di akademi. Maka dari itu, mereka semua belajar dengan cara mereka masing-masing. Ketika Bintang sedang menulis di catatan, dia merasakan tatapan dari Elaina.
"A-ada apa?"
"Kenapa kamu terlalu fokus ke ujian sih? Padahal itu mudah." Balas Elaina dengan wajah cemberut.
"Tapi kan, jika ingin satu kelas denganmu, Aku harus mendepatkan nilai tanding A+"
"Tapi!" Ucap Elaina sambil berdiri dari kursinya. "Apakah kamu tidak ingin berkencan denganku? Bukannya kita ini sekarang sudah menjadi pasangan kekasih."
Itu benar.
Bintang dan Elaina sudah berpacaran. Itu bermula sejak 4 hari setelah rencana Agung dan yang lainnya untuk meninggalkan Bintang berduaan dengan Elaina. Dan setelah hari itu juga, mereka semakin lama semakin dekat sehingga pada hari ulang tahun Elaina ke 16, Bintang menyatakan perasaannya kepada Elaina.
"Tenang saja." Ucap Bintang sambil berdiri dari kursinya. Di kemudian memegang pipi Elaina dengan lembut. "Setelah aku berhasil lulus tes, aku akan melakukan apa pun demi kamu."
Kemudian Bintang mencium kening Elaina dengan lembut. Elaina yang merasa keningnya di cium oleh Bintang, mulai memasang wajah merah merona. Elaina tahu kalau Bintang adalah tipe orang yang santai, tetapi melaukan ini secara tiba-tiba. Itu membuat dia terkejut.
"Ke-kenapa kamu melakukan itu!?"
"Kenapa? Bukannya kita adalah pasangan kekasih?" Kemudian Bintang mulai mendekati telinga Elaina. "Apa kamu mau yang lebih?"
"Ah! I-itu...."
Chop
Kemudian Bintang menjitak pelan kepala Elaina.
"Awwww Sakit tahu~" Ucap Elaina sambil memegang kepalanya yang sakit.
Bintang hanya tersenyum kecil saja. Kemudian dia meninggalkan Elaina sendiri dan pergi ke kamar mandi. Di sana, seketika wajah Bintang mulai memerah karena malu. Dia tidak menyangka akan melakukan hal seperti itu.
"Bagimana ini...."
Kemudian Bintang keluar dari kamar mandi. Ketika dia mau berjalan menuju meja yang ada Elaina, dia mendengar sebuah suara.
"Bukannya kita adalah pasangan kekasih? Apa kamu mau lebih?" Ucap Agung dengan canda.
"Tidak bisa disangka ketua osis akan berbicara seperti itu." Sambung Anju sambil tertawa.
Bintang terkejut melihat Agung dan Anju yang sedang mengejek dirinya. Dia hanya berdiam malu saja, memang betul kalau ini salah dia juga dia berkata seperti itu.
"Hentikan semua ini!!"
Anju dan Agung hanya tertawa saja. Setelah Bintang dan Elaina berpacaran, teman-temannya selalu saja mempermainkan Bintang. Tentu saja, kenapa tidak? Itu karena ketika di bumi. Bintang adalah orang yang tidak pernah merasakan hubungan romantis selama di sekolah, bahkan saking seriusnya mengurus sekolah. Dia tidak ada pikiran untuk melakukan hal tersebut.
Tapi, setelah pacaran dengan Elaina. Dia menjadi gugup dan selalu menjadi korban candaan Anju, Agung, dan Lenix. Ya, semenjak tinggal di kota Elden. Sifat serius Bintang yang selalu dia lakukan di SMA tidak pernah muncul lagi. Mungkin karena di Elden sudah ada kepala daerahnya sehingga Bintang dan yang lainnya hanya bersantai.
"Jadi, dimana Lenix?" Tanya Bintang yang masih sedikit merona.
"Dia saat ini sedang dalam misi pengintaian." Jawab Anju yang mulai sedikit serius.
"Tenang saja. Kita juga sedang belajar untuk masuk ke akademi." Sambung Agung.
"Baiklah jika kalian masih ada waktu untuk belajar."
Kemudian Bintang pergi meninggalkan Anju dan Lenix. Mereka berdua hanya saling memandnag saja, mereka tahu bahwa saat ini Bintang sedang ada banyak pikiran. Selain masalah tes masuk, Bintang juga sedang memikirkan masalah ramalan. Ramalan? Ramalan apakah itu?
Itu adalah ramalan yang disebutkan oleh peramal kota Elden. Dia mengatakan bahwa kedepannya Elonia akan diserang oleh banyak musuh. Tentu saja, itu bukanlah pertanda yang baik. Hanya beberapa orang saja yang mengetahui mengenai ramalan ini, karena tidak ingin membuat warga Elden panik. Renhard memerintahkan untuk tidak membocorkan rahasia ini kepada siapa pun.
Selain dua hal itu. Ada satu hal lagi yang ada di pikiran Bintang. Yaitu, pertemuan dengan para pahlawan yang akan di adakan dua minggu lagi.
Di Ivnisia, saat ini Rifqi, Riko, dan Rikako sedang berjalan dari pusat belanjaan. Semenjak insiden lelang gelap. Dengan bantuan Zoild dan koneksinya, Rifqi mempunyai banyak intel dari dalam, maupun luar kota. Bahkan Kato dan Ganawy tidak menyangka bahwa Rifqi akan melakukan ini. Dan semenjak kejadian lelang tersebut, Rikako menjadi pendiam kepada Rifqi.
"Ne.... Rikako, kenapa kamu diemin aku sih?" Tanya Rifqi bingung.
"Bukan urusanmu!" Kemudian Rikako pergi meninggalkan Rifqi dan Riko.
"Apa yang terjadi?" Tanya Rifqi bingung.
"Saya tidak tahu." Jawab Riko.
(Kenapa dia jadi seperti ini semenjak kejadian lelang?) Pikir Rifqi dengan heran.
Kemudian mereka tiba di kediaman mereka. Rifqi melihat Anton yang sedang bermain ponselnya. Kenapa dia masih bisa main sampai sekarang? Padahal di dunia ini tidak ada namanya tempat isi daya ponsel.
Itu karena Anton membuatnya dengan bahan-bahan dan sihir yang dicampur dengan bakat dia. Tentu saja, dia merasa bahwa kerajaan ini harus melakukan evolusi sehingga untuk berkomunikasi, itu akan menjadi sangat mudah. Maka dari itu, tahap pertama yang harus dia lakukan adalah membuat alat pengisi daya ponsel karena semua pahlawan yang dipanggil kesini membawa ponsel.
"Ah, kamu sudah pulang." Sapa Anton yang terus bermain ponselnya.
"Ya itu sangat lelah." Kemudian Rifqi duduk di sofa. "Riko, tolong taruh belanjaan ini ke dapur."
"Baik."
Kemudian Rifqi mengela nafas. Dia kemudian melihat sekitar ruangan.
"Anton, dimana Amane?"
"Dia sedang bersama Kato di ruangan latihan. Dan jika kamu mencari Rikako, dia langsung pergi ke kamarnya."
Rifqi hanya menghela nafas. Pikirannya terfokus dengan tingkah Rikako, dia bingung sekali apa yang terjadi dengan Rikako. Kemudian Rifqi mulai berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju jendela. Dia memikirkan mengenai insiden penyerangan Higuria oleh pasukan iblis. Pada saat itu, Amane terpakasa di kurung di kamarnya karena dia bersikeras untuk menyelamatkan Amita.
Tapi, setelah diberitahu oleh Rikako mengenai kondisi mereka saat ini, Amane langsung menangis. Tidak hanya Amane, Rikako, Rifqi, dan Anton juga merasakan sakit di dada mereka karena mereka masih lemah dan belum bisa membantu temannya. Beberapa hari kemudian setelah insiden penyerangan, mereka mendapatkan kabar dari salah satu mata-mata Zoild yang pergi ke Higuria, mereka senang karena kota Higuria berhasil bertahan berkat bantuan dari tiga kelompok temannya yang datang ke Higuria.