Chereads / When They Are Summoned To Another Wold To Become Heroes / Chapter 11 - CHAPTER 11: TANPA EMOSI DAN CINTA PANDANGAN PERTAMA

Chapter 11 - CHAPTER 11: TANPA EMOSI DAN CINTA PANDANGAN PERTAMA

Di kota Toba yang terletak di antara dua danau besar yang berada di Utara. Ken sedang sibuk membaca di perpustakaan. Dia terus-terusan mencari informasi mengenai dunia ini, sihir, dan ras. Sedangakan untuk Shin, dia sedang berada di kafe meminum kopi. Dayat dan Kudoharu sedang menyelidiki sebuah reruntuhan kuno yang tempatnya tidak jauh dari kota Toba.

"Ah! Pusingnya…. Banyak sekali rahasia mengenai dunia ini." Ucap Ken sambil menutup bukunya.

Dia pun kemudian membereskan beberapa bukunya dan memasukkannya ke dalam tas. Tapi, dia tidak menyangka bahwa hari ini, hanya sedikit saja pengunjung di perpustakaan. Biasanya perpustakaan ini sangat penuh sehingga harus menunggu giliran. Sebelum keluar, mata Ken melihat seorang perempuan yang sedang membaca.

Dia memiliki tubuh yang kecil, bisa dibilang seperti anak SMP. Rambut dia bermodel kepang dua dan berbentuk seperti bor yang berwarna emas. Wajahnya pun terlihat seperti tidak ada emosi, mungkin bagi orang-orang. Dia adalah perempuan yang membosankan, tapi ada satu hal yang menarik perhatian Ken.

Itu adalah pakaian yang dia pakai. Pakaian tersebut hampir mirip seperti pakaian para atasan militer, walaupun ada beberapa perubahan. Jika di Indonesia pakaian tersebut berwarna hijau tua, maka yang di pakai oleh perempuan tersebut adalah warna merah.

"Hai. Apa yang sedang kamu lakukan?" Ucap ken sambil duduk di hadapannya.

"Kamu… Pahlawan?" Tanya perempuan tersebut tanpa emosi.

"Ah! Mohon maaf karena tidak memperkenalkan diri. Namaku adalah Ken, dan kamu bisa melihat, bahwa aku adalah pahlawan dari dunia lain."

"Dunia lain…"

Mata perempuan tersebut tampak bersinar, kemudian dia kembali membaca bukunya dan mulai membuka halaman lain, dia tampak buru-buru sekali mencari halaman. Kemudian dia berhenti di suatu halaman dan menunjukkan halaman itu kepada Ken.

"Apa itu pistol!?"

"Eh?"

Mata Ken terbuka lebar karena melihat halaman yang di tunjukkan oleh perempuan tersebut. Halaman tersebut adalah gambar sepasang pria dan wanita yang berpakaian seperti agen rahasia. Dan di masing-masing tangan mereka ada satu pistol. Dan Ken sadar, bahwa buku yang di baca oleh perempuan tersebut adalah sebuah majalah dari dunianya.

"Da-darimana kamu mendapatkan buku ini?"

"Dari pahlawan. Sayangnya dia sudah menghilang selama 15 tahun yang lalu, sebelum dia menghilang. Dia memberikanku buku ini."

"Be-begitu ya…"

Ken hanya bisa menjawab itu. Dia masih membutuhkan waktu untuk menerima kata-katanya, dia tidak percaya bahwa ada pahlawan yang masih hidup di 15 tahun yang lalu. Padahal di ruangan singgasana ada lukisan dengan tanda pahlawan. Maksudnya, dari sisa cahaya yang tersisa, tinggal satu cahaya lagi yang tersisa. Dan itu adalah Ariq. Tapi tunggu, bisa jadi kalau itu adalah pahlawan yang hilang.

(Sial! Ini semakin membuatku pusing!)

"Ta-tadi kamu bertanya kepadaku, apa itu pistol?"

"Iya."

"Baiklah." Jawab Ken sambil sedikit berpikir. "Kamu tahu kan disini ada sihir? Di duniaku, tidak ada sihir sama sekali. Tapi, kami menggunakan sains dan teknologi yang terus berkembang dari waktu ke waktu."

"Sa-sains…. Tekno-"

"Hmmm… Bisakah aku meminjam buku itu… A-ano…"

"Bronya. Namaku adalah Bronya."

"Baiklah Bronya, apakah aku boleh meminjam buku itu?"

Bronya hanya menganggukkan kepalanya saja. Kemudian dia menyerahkan majalah tersebut kepada Ken, kemudian Ken mulai membaca majalah tersebut. Dia sedikit kecewa karena isi dari majalah ini kebanyakan mengenai tempat hiburan di seluruh dunia, dan sulit sekali mencari contoh mengenai sains dan teknologi.

(Apakah pahlawan yang memberikan buku ini adalah seorang traveler?)

"Ah- ini dia!" Kemudian Ken menemukan Halaman yang cocok.

"Lihatlah, ini adalah pesawat terbang." Ucap Ken sambil menunjuk ke gambar pesawat di majalah. "Apakah kamu tahu? Bagaimana pesawat tersebut bisa terbang?"

"Sihir?"

"Salah. Selumnya aku sudah bilang, tidak ada sihir di duniaku. Alasan pesawat bisa terbang karena di dalam pesawat tersebut ada mesin yang membuat pesawat tersebut bisa terbang dan bergerak, itulah keuntungan dari teknologi. Tidak memakai tenaga dari manusia untuk membuat pesawat terbang. Sama halnya seperti pistol. Pistol adalah sebuah senjata api yang bisa menembak dari jauh. Bahkan caranya lebih muda dibandingkan dengan sihir, di pistol ada satu pelatuk. Fungsinya untuk apa? Fungsinya untuk mengeluarkan serangan, anggap aja seperti sihir bola api yang keluar dari tangan kita setelah merapalkan mantra tersebut. Tapi, di pistol kita hanya harus menekan pelatuk tersebut saja."

Bronya hanya memandang Ken dengan kagum. Itu membuat Ken sedikit malu, tapi Ken melihat dari wajah Bronya. Walaupun saat ini dia sedang kagum, tapi dia bisa lihat bahwa Bronya masih belum banyak mengerti.

"Apakah kamu masih kurang mengerti?"

"I-itu…." Balas Bronya sambil memalingkan wajahnya dengan malu.

"Bagaimana kalau mulai sekarang aku akan menceritakan mengenai duniaku?"

"Benarkah!" Tanya Bronya dengan semangat.

"Tentu saja."

Kemudian Ken melanjutkan menjelaskan mengenai semua gambar yang ada di buku. Bronya hanya mendengar saja sambil tersenyum, suasana di antara mereka sangat damai, seakan dunia adalah milik mereka berdua. Di sisi lain, Shin sedang berbelanja bahan-bahan makanan untuk makan malam. Dia membeli daging, jamur, roti, buah, dan beberapa sayuran.

"Mungkin sup krim daging sama sayur tumis cocok untuk makan malam."

Kemudian Shin melihat seorang perempuan. Dia memiliki rambut panjang dengan sedikit merah di bagian bawahnya. Dia juga memiliki mata yang berwarna merah ruby, dan dia memakai sebuah kimono yang tidak menutupi pundak. Walaupun begitu, masih terlihat satu pakaian lagi yang menutupi bagian dada keatas.

Shin yang melihat perempuan tersebut mulai terkagum, menurut Shin. Perempuan tersebut sangatlah indah. Kemudian mata perempuan itu menangkap Shin, dia hanya tersenyum saja dan mulai mendekati Shin.

"Ada yang salah denganku?"

"Ti-tidak ada apa-apa…."

"Hmmm…. Kamu, bukannya adalah pahlawan?"

"Ah… I-iya, na-namaku adalah Shin."

"Aku adalah Ayame. Salam kenal, Shin."

Kemudian Ayame mengulurkan tangannya kepada Shin, Shin hanya tersenyum saja sambil membalas salaman Ayame. Mereka berdua pun memutuskan untuk duduk dan saling berbicara.

"Sudah berapa lama kamu tinggal disini?" Tanya Shin.

"Sebenarnya aku baru 2 tahun tinggal di kota ini, sebelumnya aku berasal dari negara yang berada wilayah Utara."

"Begitu ya…."

"Ngomong-ngomong, kamu membeli banyak bahan makanan. Apakah kamu mau masak?"

"Eh- Iya… Ka-karena hari ini aku yang masak."

Shin menjawab pertanyaan Ayame dengan gugup. Ayame hanya bertepuk tangan saja, itu membuat Sin merasa tersipu malu. Kemudian Shin memikirkan sebuah ide.

"Ayame. Bagaimana kalau kamu ikut denganku?"

"Eh? Tapi apakah itu akan baik-baik saja?"

"Tenang saja! Aku akan bilang kepada yang lainnya."

"Ba-baiklah. Aku akan ikut."

Shin merasa senang sekali dengan jawaban dari Ayame. Kemudian mereka berdua mulai pergi menuju tempat tinggal Shin dan yang lainnya. Selama di perjalanan, Shin menceritakan kisah masa lalu dia kepada Ayame. Ayame hanya tertawa kecil dan mendengarkan cerita Shin. Ayame kemudian memberitahu kepada Shin bahwa di kota Toba ini ada banyak tempat yang sangat indah dan bagus, dia juga bilang kepada Shin ingin mengajak ke tempat-tempat tersebut.

"Tentu saja!!"

"Fufufu~ Mungkin itu bisa nanti…."

Setelah berjalan. Mereka berdua tiba di depan sebuah bangunan, bangunan tersebut seperti rumah panggung dan bahan yang di buat untuk membangun rumah ini adalah menggunakan kayu Toba yang berada di sekitar danau.

"Kami pulang."

"Shin, selamat datang." Kemudian muncul seorang laki-laki tua dengan semangat.

Dia adalah Ragbris. Dia merupakan jenderal besar di kerajaan ketika dulu, dia pensiun dari pekerjaannya setelah perang terakhir bersama pahlawan sebelumnya. Dia pun memutuskan untuk hidup tenang di kota Toba dan melakukan apa saja yang dia inginkan.

"Ah, Ragbris. Kenapa kamu ada disini? Bukannya istri kamu sudah menyiapkan makan malam untukmu."

"Bwahahahaha… Tenang saja, aku masih memiliki ruang di perutku untuk masakan dari Leone tercinta!!" Balas Ragbris sambil mengusap perutnya yang lumayan besar.

Kemudian mata Ragbris melihat Ayame. Ayame hanya menundukkan kepalanya saja, kemudian Shin mulai berbicara kepada Ragbris.

"O iya, dia adalah Ayame."

"Ayame." Sambung Ayame dengan pelan.

"Shin." Panggil Ragbris. "Bisakah kamu ke dapur duluan, mereka semua sudah menunggu."

"Ah, baiklah!"

Kemudian Shin berlari menuju dapur. Di dapur terdengar suara Dayat yang senang karena Shin baru saja pulang. Kemudian Ragbris memandang Ayame dengan serius, Ayame merasakan tekanan yang sangat besar yang di keluarkan oleh Ragbris. Kemudian Ragbris memegang pundak kiri Ayame.

"Hanya kali ini saja aku membiarkanmu." Kemudian Ragbris mulai menggenggam pundak Ayame dengan sedikit tenaga sehingga Ayame meringis kesakitan. "Tapi, jika kamu melukai salah satu dari mereka. MAKA AKU AKAN MEMBUNUHMU!"

"..."

Ayame tidak bisa berkata apa-apa lagi. Seluruh tubuh dia merasa merinding karena merasakan tekanan yang sangat tinggi dari Ragbris. Kemudian Ragbris pergi ke dapur duluan, Ayame hanya memandang ke lantai yang terbuat dari kayu.

"Ayame! Lama sekali kamu!" Ucap Shin dengan semangat yang melihat Ayame masuk.

"Shin, siapa dia?" Tanya Ken sambil menatap Ayame.

"Ah! Dia adalah Ayame. Kami baru saja bertemu hari ini."

"Eeeeeh~ Hebat sekali kamu, Shin." Goda Kudoharu.

"Tidak kusangka, bahwa Shin yang kalem di sekolah. Bisa mengundang seorang perempuan yang baru di temui."

Kemudian wajah Shin mulai memerah malu. Dia pun segera panik karena ucapan dari Dayat. Ayame yang melihat itu, hanya bisa tertawa kecil saja. Kemudian Kudoharu mengajak Ayame duduk di sebelahnya, setelah duduk di sebelah Kudoharu. Kudoharu bertanya kepada Ayame.

"Kamu berasal darimana?"

"Sebenarnya aku adalah pengembara. Aku berasal dari wilayah Utara, disini aku baru tinggal selama 2 tahun."

"Kalau tidak salah, di wilayah Utara kota ini adalah perbatasan dengan wilayah iblis kan?" Tanya Ken sambil menatap ke Ayame.

"Ah- I-itu benar. Aku tinggal di sebuah desa kecil di dekat perbatasan. Kedua orang tuaku adalah petualangan, dan mereka semua mati dibunuh oleh iblis."

Suasana di sekitar mereka mulai tegang kecuali Ragbris yang sedang meminum kopinya. Semua pahlawan tampak terkejut sekali mendengar ucapan Ayame, kemudian Kudoharu memegang kedua tangan Ayame dengan wajah sedih.

"Ma-maafkan kami jika itu menyinggung kamu...."

"Ah- Ti-tidak apa-apa."

"Tenang saja! Aku pasti akan membalaskan kematian kedua orang tuamu!!"

Pwhuuuhhh!!!

Ragbris pun langsung menyemburkan kopi yang berada di dalam mulutnya ke udara, kemudian dia mulai terbatuk. Ken yang berada di sebelahnya mulai memberikan tisu kepada Ragbris. Tapi, tidak hanya Ragbris saja yang terkejut, Dayat dan yang lainnya, terutama Ayame terkejut mendengar ucapan Shin.

"Tunggu sebentar, Shin!!" Panggil Dayat sambil memukul tangan ke meja. "Apakah kamu gila!? Melawan iblis? Itu masih sangat jauh sekali. Walaupun begitu, ketika belum saatnya. Apakah kamu akan bertahan?"

"Walaupun begitu. Jika membutuhkan waktu yang lama, aku akan-"

"Shin." Panggil Ken. "Kamu tahu kan, kota yang dimana Hanif, Ojan, Amita, dan kak Haru tinggali di serang oleh pasukan iblis?"

"Itu..."

"Apakah kamu yakin bahwa Hanif dan yang lainnya bisa mengalahkan mereka dengan kekuatan sekarang? Shin. Jangan pernah menganggap enteng ucapanmu. Aku tahu kalau kamu sedang di mabuk cinta oleh Ayame."

Seketika wajah Ayame dan Shin mulai memerah. Shin sadar bahwa dia merasa berbeda dari biasanya, tapi dia tidak menyangka bahwa dia jatuh cinta pandangan pertama kepada Ayame. Sedangkan Ragbris yang melihat wajah Shin dan Ayame hanya bisa terdiam saja. Dia tidak menyangka bahwa iblis semacamnya bisa jatuh cinta kepada pahlawan, apalagi Shin yang menyukai pandangan pertama kepada Ayame yang merupakan iblis.

"Baiklah, apakah makanan telah selesai." Tanya Ragbris sambil berdehem.

"Se-sedikit lagi!"

Shin kembali ke kenyataan dan mulai lanjut masak. Kudoharu pun langsung mengalihkan pembicaraan dan mulai bertannya hal lain kepada Ayame. Ayame hanya menjawab dan menceritakan sedikit kehidupannya. Ragbris hanya meminum kopinya saja. Dia sadar bahwa mereka semua tidak tahu bahwa jati diri Ayame adalah iblis. Dan iblis adalah makhluk yang telah membunuh sahabat Ragbris yang merupakan seorang pahlawan terdahulu.

(Aku bersumpah akan membunuh semua iblis! Termasuk dirimu, Ayame.)

"Baiklah! Ini dia makanan kalian." Shin pun mulai menaruh piring yang berisi sebuah daging kalkun yang telah di masak.

Dia juga menaruh hidangan lain seperti salad, telur mentah, dan nasi. Ragbris yang awalnya serius dengan masa lalunya mulai terbinar-binar karena melihat hidangan di depan matanya. Ayame terkejut karena melihat semua hidangan ini, dia tidak pernah menyangka bahwa Shin bisa memasak seperti ini.

Kemudian Shin duduk di sebelah Ayame.

"Baiklah, semua. Angkat gelas kalian." Ucap Shin sambil mengangkat gelas. "Semoga hari ini dan kedepannya akan menjadi hari yang damai!"

"Bersulang!!" Ucap mereka semua sambil mengangkat gelas mereka.

Mereka pun mulai makan. Ragbris mulai melahap banyak makanan di depannya, Ken tampak diam sekali ketika makan. Kudoharu memaksa Dayat untuk memakan salad miliknya, Ayame sangat menikmati masakan Shin sehingga membuat Shin merasa tersipu.

"Aku tidak mau!!" Teriak Dayat yang berusaha menghidari salad dari Kudoharu.

"Makan ini~" Ucap Kudoharu lembut.

Bagi yang lain, mereka melihat Kudoharu sebagai ibu yang sangat perhatian kepada anaknya. Tapi, bagi Dayat, itu adalah iblis. Kemudian Dayat mulai berlari mendekati Ken, dia pun berusaha meminta tolong kepada Ken. Ken yang merasa terganggu oleh Dayat mulai berbicara.

"Setahuku, sebelum hari valentine. Kamu pergi berdua dengan Lala ke mall kan." Kemudian Ken mulai memakan daging kalkun.

Shin, Dayat, dan Kudoharu terkejut dengan ucapan dari Ken. Mereka tidak menyangka bahwa Ken akan berkata seperti itu. Apalagi para Shin dan teman-temannya tahu bahwa Dayat suka menolak perempuan, tapi hal yang tidak terduga yang keluar dari mulut Ken sangatlah tiba-tiba.

"Da-Dayat... I-itu bohong kan?" Tanya Shin ragu.

"Dayat....."

Seluruh tubuh Shin dan Dayat terasa membeku mendengar ada orang yang memanggil. Keduanya melihat ke sumber suara, disana terlihat Kudoharu yang tersenyum. Tapi, mereka tahu bahwa Kudoharu mengeluarkan sebuah aura setan yang sangat mengerikan. Ken dan Ragbris mulai gemetar melihat Kudoharu marah, sedangkan untuk Ayame. Dia mulai gemetar juga tubuhnya.

"Ken....." Panggil Kudoharu kepada Ken.

Ken hanya menelan ludah saja. Walaupun dia hanya di tatap oleh Kudoharu saja, tapi dia merasa sangat takut sekali. Dia sepertinya sadar bahwa dia baru saja membangunkan harimau tidur.

"Apakah kamu masih ada cerita mengenai Dayat?" Tanya Kudoharu tersenyum.

"A-aku... E-entahlah-"

Stare!! Stare!!

Ken terkejut sekali melihat Kudoharu yang sudah ada di depan wajahnya. Kudoharu memandang Ken dengan wajah yang sangat menyeramkan, Ken yang melihat itu mulai gemetar. Bibir dia merasa gemetar karena tidak tahu harus berkata apa-apa lagi.

SIIIIIIIIIIIIIIIIIINNNNNGGGGGG!!!!!

Dan pada akhirnya, Ken pingsan di tempat. Ragbris yang melihat itu mulai terjatuh dari kursi. Kedua kaki dia merasa lemas sekali karena ketakutan, dalam seumur hidupya. Dia tidak pernah merasakan ketakutan yang sangat dasyat ini. Ayame yang melihat Ken pingsan mulai mengeluarkan keringat dingin. Ini pertama kalinya dia melihat sebuah monster yang sangat hebat, kemudian dia melihat Dayat yang mencoba merangkak keluar dari ruang makan.

"Dayat, apa kamu mau keluar?"

"!!!" Kemudian Dayat menengok ke Ayame. "Sssssstttttt... jangan beritahu-"

"Beritahu apa?"

"Waaaaaahhhhh!!!!"

Seketika Dayat terkejut yang tiba-tiba melihat Kudoharu yang sudah berjongkok di depannya. Dia hanya bisa merangkak mundur saja dan terpojok di tembok. Kudoharu hanya berdiri dan tersenyum saja, dia berjalan mendekati Dayat dengan sura "fufufu". Kemudian di sebelah tangan Kudoharu muncul sebuah silet sihir miliknya. Dayat yang melihat hal itu mulai bermandikan keringat dingin. Dia pun menengok ke teman-temannya dan berusaha meminta tolong kepada mereka.

Shin dan yang lainnya hanya bisa mengangkat kedua tangannya saja yang melambangkan bahwa mereka menyerah. Dayat tidak percaya melihat teman-temannya seperti itu. Kemudian dia merasakan bahwa silet Kudoharu telah menyentuh kulit tenggorokannya.

"Fufufu... Apakah kamu bisa memberitahu?"

"I-i..... Iya...."